24 - Cewek Cantik di Instagram

160 39 13
                                    

Tisya teringat dengan dirinya yang menolak Patru tempo hari. Dia pun berniat untuk membuka Instagram cowok itu, hanya untuk bersenang-senang dan mengusir rasa bosan. Namun, setelah menyadari ada sesuatu yang berbeda, cewek itu lantas berteriak keras. 

"Wah, dia pake foto yang gue fotoin dulu untuk jadi foto profil," katanya setengah tertawa, "terpantau sama-sama susah move on."

Tisya dulu memang sering memfoto Patru saat mereka berkencan. Foto Patru lagi melamun, main game, senyum, jalan-jalan, bermain gitar, dan lagi berantakan ada. Tisya juga sering mengirimkan kembali semua foto itu langsung ke What's App Patru.  Sekarang ternyata salah satu dari foto itu dipakai Patru untuk dijadikan foto profil Instagram. Pastinya Tisya jadi mulai berpikir macam-macam. 

Sayangnya, omongan dan pikiran Tisya  saat itu tidak benar, karena setelah dua hari, tiba-tiba saja dia menemukan Patru meng-upload foto cewek lain di story Instagram yang lebih-lebih-lebih cantik darinya, hanya saja terlihat sedikit lebih dewasa. Cewek di foto itu mengenakan gaun serba biru muda, tersenyum menghadap ke kamera dengan berpangku tangan di sebuah restoran berkelas. Kalau dilihat-lihat, sepertinya Patru berkencan dengan cewek ini. 

"Pacar baru?" Tangan Tisya bergetar. "CEPET BANGET!" Dia refleks mengusap rambutnya ke belakang dan mulai melihat story Instagram Patru berkali-kali. "Gile, gile, gile, Astaghfirullah, mana ceweknya cakep!"

Beberapa detik kemudian dia tersadar. "Oh ya, pantesan kelihatan cakep, ceweknya aja pakai make up." Tisya terdiam lagi selama beberapa saat. "Gue kalau berduit dan pakai make up mungkin bakal kelihatan cakep buangettt juga. Duh, pede banget Ya Allah. Nggak papa, deh, kalau gitu, harus pede dulu pokoknya."

"Tapi, kenapa kelihatan lebih tua ya? Ups, sorry, maksudnya lebih dewasa. Kayak kakak kelas atau orang yang udah kuliah gitu. Sedikit nggak cocok sama Patru yang punya muka lebih muda. Kalau cewek ini adalah cewek dari kakaknya Patru, mungkin lebih masuk akal." Tisya meratapi baik-baik foto cewek itu. "Halina mantannya aja kalah, mungkin yang baru ini juga orang kaya. Dia cakep banget, sih, gue nggak menolak. Yah, walaupun cewek-cewek sekarang, termasuk gue, kalau pake efek memang suka yang nge-jreng sampe ke ubun-ubun."

"TAPI YA, TAPI LAGI, KOK, CEPET BANGET MOVE ON-NYA!" protes Tisya sangat tidak terima. "Waktu itu dia baru ngajak gue balikan, kan? Kode ke sana kemari, di mana-manaaa! Kalau gagal move on untuk orang kayak dia—yang katanya udah serius, udah ini, udah itu—minimal jangka move on-nya enam bulan sampai setahun nggak, sih? Baja aja begitu, di tahun ini dia baru bisa suka orang lagi. Lah, si Patru? Baru beberapa hari. Memang bener ya, cowok itu kadang kebanyakan omongan doang. Nemu yang cakep dikit langsung disikat," celotehnya panjang lebar sambil berbolak-balik melihat story cowok itu. 

"Yah, gue juga sama, sih."

Lima menit kemudian, Tisya menyadari bahwa story itu dihapus oleh Patru secara mendadak dan menghilang dari tampilan Instagram. 

Sama sekali hilang. 

"KOK, ILANG?" Tisya protes lagi, tapi kali ini sambil menangis kejer. "Apa karena dia bisa denger protesan gue kali ya? Atau dia merasa nggak enak sama gue yang udah liat? Ah, nggak tau, ah."

Tangan Tisya cepat mencari nomor Shinka dan menelepon cewek itu.

Sambil menangis tersedu-sedan, dia mengadu, "MASA, SI PATRU UDAH PUNYA CEWEK BARU!"

Di seberang sana, Shinka ikut berteriak, "HAH?! SERIUSAN?"

Tisya yang terisak itu bergumam, "Cantik banget lagi."

"Bentar, gue buka dulu IG cowok itu."

"Sudah dihapus fotonya. Kayaknya, cewek barunya itu kakak kelas, kelihatan lebih dewasa. Padahal Patru baru-baru ini masang lagu galau di story yang maknanya nggak terima ditinggalin, seolah masih susah move on," jelas Tisya.

"Mungkin aja cewek itu pelampiasan, supaya pikiran dia teralihkan dan move on dari lo. Mungkin juga, lagu yang dipasang itu lagu yang nadanya dia suka, bukan fokus ke maknanya, siapa tau nggak bermaksud nyindir; atau bisa lagi, nih, selama ini dia memang kebanyakan drama aja seolah cinta serius, tapi punya cadangan cewek di belakang," jelas Shinka.

"Lo udahan aja sama dia dari dalem lubuk hati juga. Biarkan aja kalau cowok itu udah dapat yang baru. Lo, kan, juga dapet. Itu kemarin, ada kakak kelas yang ngejar lo."

"Tapi gue nggak terima dia move on secepat itu, sementara gue masih ngambang."

"Ya gimana ya, kalian beda agama. Mau nggak mau, sembuh sendiri dalam waktu yang lama atau nyari yang baru dalam waktu singkat."

"Tapi, kan, bisa nanti-nanti aja! Sembuh dulu kali. Kasian banget kalau misalnya cewek cakep itu jadi pelampiasan."

"Kita nggak tau pasti sifat Patru itu gimana. Kita juga nggak tau, cewek barunya dia ini orang yang udah pernah muncul di masa lalu atau orang yang baru dikenal. Bisa aja, dia juga tipikal orang yang cepet sembuh dari hubungan lama. Udahlah, berhenti pikirin orang begitu."

"Iya juga, sih." Tisya bergeming lagi. "Apa gue nonaktifkan akun Instagram aja ya?"

"Ah, masa nonaktifkan Instagram cuma demi orang kayak dia? Nanti kalau akun lo hilang gimana? Sementara di sana banyak kenangan penting. Nggak usah, sih," saran Shinka. "Mending unfollow dia aja daripada hati lo semakin gundah kalau lihat posting-an dia tentang cewek barunya."

"Hmmm, bisa juga, tuh." Tisya membuka Instagram dengan tergesa untuk mengeklik tombol unfollow, tetapi tiba-tiba mendapatkan suatu ide gila. "Eh, jangan unfollow, deh."

"Kenapa? Nanti giliran dia posting tentang cewek barunya dan kebahagiaan lainnya lo malah nangis sampe jam tiga subuh atau nangis sampe pagi, terus telpon gue sambil sesak napas. Jangan begitulah, mending lupain aja."

"Soalnya gue mau nunjukkin ke dia seberapa berkembangnya gue."

"Emang lo bisa berkembang? Gue kira enggak."

"Eh, dasar! Merendahkan." Tisya pun tertawa. "Bentar lagi, kan, PKL, kayaknya gue bisa aja nanti move on dari dia."

"Gitu dong."

Namun, setelah memutus sesi curhat dan panggilannya ke Shinka, tiba-tiba Tisya menangis lagi. Dia galau terus-menerus sampai tidak bisa tidur semalaman. Dia sibuk menghapus semua foto-foto lamanya bersama Patru, sekaligus catatan-catatan di aplikasi notes ponsel yang masih terkait dengan Patru.

Keesokan pagi, matanya pun sangat terlihat bengkak. Dia terpaksa menggunakan kacamata hitam dan sering berjalan keluar dari gedung Jurusan Akuntansi ke gedung jurusan lain agar tidak bertemu dengan Patru. 

Hal ini terjadi selama seminggu ke depan, sampai Tisya benar-benar kekurangan tidur, sehingga sering bermalas-malasan di kelas. 

Dia merasa sangat bodoh sudah menangisi cowok seperti Patru, tetapi mode galaunya tetap dilanjutkan. Dia mulai menyalahkan dirinya sendiri setiap malam, menyesal kenapa harus jadian dengan orang seperti Patru, dan menyalahkan komunikasi di antara mereka dulu saat masih memiliki hubungan. Di kepalanya penuh protesan seharusnya begini, seharusnya begitu, sampai muak sendiri. 

Dia tidak bisa menyingkirkan itu berminggu-minggu. 

~ Tisya dan Tisyu ~

Jangan lupa vote dan komennya yang sobat. Terima kasih💝

Tisya dan TisyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang