60 - Kuliah atau Kerja?

149 30 18
                                    

Kemarin lupa update karena ada acara teater guys. Sore ini aku update cepet karena acaranya masih lanjut, takut lupa lagi up nanti malam.

So, happy reading!

~ Tisya dan Tisyu ~

Tisya mulai merapikan semua barang-barang yang akan dia bawa ke kamar indekos. Tidak banyak. Hanya beberapa baju yang bisa dipakai sehari-hari dan pakaian sopan untuk bekerja. Sisanya dia sumbangkan ke orang lain. Untuk novel-novel yang pernah dia beli, dia berikan ke para teman di Jurusan Akuntansi. Untuk make up, karena masih perlu, jadi dia bawa semua.

Orang tuanya datang untuk membersihkan semua barang juga. Dalam satu hari, rumah itu langsung bersih dan dibayar kontan oleh ibunya Liza. Setelah semuanya beres, Tisya dan keluarga berjalan keluar rumah, sudah disambut keluarga Liza yang siap menempati rumahnya untuk dijadikan bangunan usaha sembako.

Tisya tersenyum saja ke arah Liza dan berpelukan sebagai tanda perpisahan biasa di depan orang tua. Mereka memang sudah berdamai, tetapi bukan berarti Tisya mau berteman dekat dengan Liza lagi, rasanya sudah tidak bisa. Mereka tetap akan saling mengenal dan menyapa bila bertemu, tetapi tidak seperti dulu lagi.

Tisya diantar oleh ibunya ke salah satu indekos khusus perempuan. Dia pun segera menyusun kamarnya, seadanya, dan mulai mencari lowongan pekerjaan. Namun, setelah semuanya selesai, Ibunya Tisya belum mau pergi setelah membantu anaknya merapikan kamar.

"Padahal kamu nggak perlu begini Tis, nggak kuliah juga. Mending kamu tinggal sama Ibu," katanya.

Tisya menggeleng. "Tisya cuman mau deket dari tempat kerja aja."

"Emang kamu sudah dapet kerjaan?"

"Bentar lagi, Bu."

Ibunya Tisya tetap membujuk Tisya agar tidak mengekos terlalu lama. Minimal, satu bulan saja, setelah itu tinggal kembali dengan ayah atau ibunya daripada harus menyusahkan diri.

"Kalau laper dan malas masak, kamu bisa aja pulang ke rumah Ibu," saran ibunya Tisya. "Atau kalau bingung, tiap minggu ganti-gantian. Ke rumah Ibu di minggu pertama, terus pindah ke rumah ayah di minggu kedua. Daripada ngekos."

"Tisya mau coba ngekos dulu, Bu."

"Ya sudah, terserahmu. Kalau ada apa-apa langsung telepon aja." Ibunya Tisya bangkit dari kasur yang tergeletak di atas lantai. "Ibu pulang, jangan lupa telepon."

Pintu pun ditutup, hanya tinggal Tisya sendiri. Ponselnya tiba-tiba berdering, memunculkan nama Shinka di sana. Tisya cepat menerimanya.

"Halo?"

"Tis, gue kayaknya nggak jadi ambil akuntansi lagi," ungkap Shinka di seberang sana.

Tisya berdiri. "Kenapa?"

"Gue penasaran sama ilmu komputer. Jadi gue mau linjur nanti pas SBMPTN. Gue mau ambil prodi Ilmu Komputer."

"Lo nggak jadi magang, dong, kalau begitu?"

"Nggak. Bosen gue sama akuntansi," kata Shinka di seberang sana. "Oh ya, tadi pagi gue temenin adek buat beliin jilbab sekolah baru, di toko jilbab deket sekolah kita, Toko Cahaya. Gue tadi liat di dindingnya, ada poster loker tau. Buat anak baru lulus SMA atau SMK lagi. Coba lo ke sana aja, pura-pura beli jilbab. Terus baca, siapa tau bisa apply."

Tisya berdecak sedikit. "Toko jilbab? Nggak ada yang lain? Ya masa gue beli jilbab."

"Biar lo tobat." Shinka terkekeh. "Siapa tau lo dapet hidayah gara-gara jadi penjual jilbab."

Tisya dan TisyuWhere stories live. Discover now