59 - LULUS!!! Eh, tapi....

157 33 18
                                    

Setelah menjalani berbagai ujian yang membuat pusing kepala mulai dari try out, Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN), hingga Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) 2019 akhirnya Tisya dan teman-temannya mendapat pengumuman "LULUS" dari SMK Wardhana Adibasra. Perjuangan yang luar biasa sebagai anak SMK.

Seminggu setelah pengumuman, sekolah mengadakan sebuah acara perpisahan angkatan. Seluruh siswa diperbolehkan membawa kedua orang tua. Tisya hanya mampu membawa diri, mengingat kedua orang tuanya sudah kembali ke rumah baru masing-masing dan akan kembali saat rumah resmi dibeli ibunya Liza. Tisya juga sudah membujuk kakaknya, tetapi wanita itu hanya akan datang saat sesi foto.

Sesepi apa pun keluarga Tisya, dia tetap memiliki orang lain dalam hidupnya: Baza dan Haryan. Dia bisa saja mengintil di belakang dua sahabatnya itu dan bertingkah seperti mereka adalah sepupu. Tisya sudah berdandan ria untuk hari perpisahan, mengenakan kebaya biru muda yang pernah dia beli semasa kakaknya menikah––empat tahun yang lalu. Untungnya, ukuran tubuh Tisya kurang lebih tetap sama, tinggi badannya juga tidak bertambah drastis.

Dia menghampiri Haryan, menyapa orang tuanya, dan ikut duduk di kursi-kursi para hadirin saat hendak menonton pertunjukkan acara dari pembukaan, pembacaan doa, pentas seni persembahan siswa kelas 11, sesi pemanggilan nama-nama siswa yang telah lulus sekaligus pemberian medali kelulusan, dan penutupan.

Selama perpisahan, Tisya cukup berbahagia bersama dua sahabatnya. Ada Haryan yang duduk tepat di sebelah orang tua, Baza yang duduk di tengah bersama adik bungsunya dalam pangkuan, dan Tisya paling ujung. Hari itu terasa normal, maksudnya, dia bisa mengerjai Haryan untuk dekat dengan Rilda, menerima medali kelulusan dengan bahagia, dan berfoto bersama banyak orang mulai dari teman kelas, guru-guru, para sahabat, dan kakaknya yang datang. Semua berjalan lancar.

Ya, normal.

Sampai satu ketika, si badai itu datang. Setelah acara formal berakhir dan ditutup, beberapa siswa telah bubar dari halaman sekolah bersama orang tua mereka, begitu juga para guru. Namun, ada beberapa yang masih tinggal di sana untuk menghabiskan waktu berbahagia saja. Kapan lagi bukan? Takut saja, setelah kelulusan akan sulit bertemu, tetapi bagi Tisya ternyata menetap di sekolah adalah malapetaka.

Saat itu, Tisya sedang asik berfoto sendirian di spot foto yang disediakan OSIS. Tiba-tiba Patru datang. Mood Tisya menburuk seketika.

"Baja, Haryan!" Secara refleks Tisya memanggil dua sahabatnya untuk berlindung.

Dengan gesit, keduanya datang. Untung saja mereka juga belum pulang. Kalau tidak, habis Tisya.

"Gue mau bicara sama Tisya," kata Patru.

"Mau bicara atau mau jambak?" tantang Haryan, menyinggung masalah lama.

"Mending lo pergi dari sini," sentak Baza yang maju paling depan. "Tisya nggak butuh lo lagi, Pat."

"Gue cuma minta semua uang gue balik," kata Patru langsung ke inti. "Gue mau semuaaa uang yang Tisya pakai, dibalikin."

"Wah." Haryan terkekeh. "Lo ikhlas nggak, sih, jadi cowok?"

Patru diam saja.

Haryan membuka jasnya, begitu juga dengan Baza. Lengan kemeja mulai mereka tarik hingga ke siku.

"Oh, mau adu?" Patru terkekeh. Dia menaikkan lengan jasnya. "Dua lawan satu, siapa takut."

Dia lupa, dia saja kalah dari Tisya. Apa kabar dari dua sahabat cewek itu? Selesai.

"Eh, gini aja, gue kembaliin setegahnya!" Tisya menginterupsi tindakan mereka, cepat mengeluarkan ponsel dan mentransfer sisa uang Patru yang dia simpan. "Nanti kalau gue sudah kerja, gue bakal balikin semuanya."

Tisya dan TisyuWhere stories live. Discover now