🌿04

62K 4.4K 94
                                    

Entah sudah ke berapa kali Kaleza memuntahkan isi perutnya. Yang pasti, saat ini tenaganya seakan terkuras habis.

Usai balapan yang mana dimenangkan oleh Zairo, Kaleza dengan segera keluar dari mobil guna mengeluarkan isi perutnya. Percayalah, rasa mualnya sudah ia tahan sejak Zairo melakukan balapan di menit ke-5.

Mengusap bibir pucatnya, Kaleza bangkit setelah merasakan perutnya sudah membaik. Tubuhnya sedikit terhuyung, beruntung dia segera menguasai diri dengan baik.

"Gue doain moga tuh cowok gantiin morning sickness istrinya." gerutunya mencakar udara seakan tengah mencakar wajah kurang aja Zairo. Kaleza teramat gondok, baru sehari dia menjadi Delaza, tetapi Zairo sudah membuatnya ingin menceburkan lelaki itu di rawa penuh buaya.

"Hueee pengen pulang." rengeknya menendang udara dengan kesal. Saking kesalnya, Kaleza ingin menangis. Perasaan bad mood-nya kian bertambah usai melihat Zairo yang tidak jauh dari mobilnya sedang bercumbu mesra dengan wanita lain.

Kaleza berdecih, kakinya tetap ia langkahnya bermaksud mengabaikan tingkah kedua musang birahi itu, namun sekelabat percakapannya dengan sang ibu menghentikan langkahnya.

'Kalo kamu berhasil sama misi ini, maka Ibu akan memberikan toko butik yang ada di luar negeri.'

Kaleza mengacak rambutnya sebelum kembali mengaturnya demi misi dan toko butik yang Tamari janjikan padanya.

Akhirnya sambil memasang wajah penuh kesal yang sebenarnya bukan kesal sandiwara. Memerankan wanita pencemburu, Kaleza mendorong perempuan yang menjadi patner bertukar saliva Zairo itu ganas.

"Grrrr! Aurghh! Aurghh!"

Kaleza sudah seperti anjing betina yang tidak mendapat pelepasan dari si jantan. Setidaknya begitulah anggapan Zairo yang melihat aksi Kaleza menunjukkan gigi-giginya lengkap dengan hidung mengkerut.

Persis bukan?

"Wah wah wah, siapa lo berani nyosor my Zai, hah?!" sentaknya berdiri gagah di hadapan Zairo seolah menghalangi wanita itu menyentuh Zairo.

Wajah galaknya di pasang se-normal mungkin, menghalau apa saja yang bisa membuatnya marah karena berani menyentuh masa depannya Delaza.

Sedangkan perempuan yang menjadi korban anjing jadi-jadian alias Kaleza itu hanya menatapnya dengan alis mengkerut.

"Zairo, dia siapa?" tanyanya beralih menatap Zairo tetapi Kaleza menghalanginya meski percuma karena tingginya dan Zairo, perbedaannya bagai bambu kuning dan kayu gamal.

"Peliharaan gue yang lepas kandang." jawab Zairo seraya mendorong tubuh Kaleza kasar ke samping.

Wanita itu nampak mati-matian menahan tawanya berbanding terbalik Kaleza yang menatap Zairo melotot.

"Zai, kamu tega bilang gitu? Aku begini karena aku cinta kamu."

"Lo masuk, atau gue tinggalin lo di sini." ancamnya pada Kaleza. Zairo teramat geli mendengar kata cinta bak pujangga yang keluar dari bibir Kaleza.

Memerankan wanita yang tersakiti, Kaleza membuang pandangannya ke samping dengan ekspresi sedih. Namun netranya mengerjap saat melihat salah satu kumpulan pemuda tidak jauh dari tempatnya sekarang.

Matanya memicing, dan setelah benar-benar memastikan Kaleza berlari menuju salah satu dari mereka.

"KYAAA GALEN BANG*AT! GARA-GARA LO GUE KENA ASAM LAMBUNG! BALIKIN DUIT GUE KAMPR*T!"

Teriakan membahana Kaleza tentu menarik atensi orang-orang yang sedang mengobrol termasuk si pemilik nama yang diteriaki Kaleza. Matanya membola lantaran ada makhluk jadi-jadian yang sekarang ini sedang menjambak rambutnya brutal.

"PENIPU! TUKANG SELINGKUH! GARA-GARA LO GUE GAK BISA MAKAN! BALIKIN DUIT GUE!"

Galen meringis sembari itu berusaha melepas jambakan maut Kaleza. Entah apa kesalahannya hingga gadis yang dibawa Zairo di arena balapan malam ini menyerangnya ganas.

🌿🌿🌿

"Ya Tuhan Kalee!!"

Seruan yang sarat akan rasa frustasi menyambut telinga Kaleza pagi ini. Dia hanya meringis saat di sebrang sana Tamari mengomel usai videonya yang menyerang Galen tersebar luas.

"Kalo gini ceritanya, Dela terancam gagal jadi tunangannya Zairo. Kamu tau kan bagaimana image mereka di publik. Hal yang kamu lakukan bisa mengundang masalah ke depannya."

"Maaf, Bu. Tapi asal Ibu tau, Zairo gak semulus itu. Semalam dia cium cewek. Cipok beneran, sumpah. Sampe air liur mereka keluar." ujarnya kembali membayangkan adegan tadi malam, Kaleza jadi merinding.

Zairo yang baru tiba, berganti menyenderkan tubuhnya pada badan kulkas sementara kedua tangannya saling bersedekap dada.

"Maka dari itu luluhin dia. Kalo ga bisa, sampe tunangan kita dapat zonk."

Kaleza menghela napas panjang, niat hati mencari pembelaan dirinya malah ikut disemprot.

"Aku gak janji, Bu. Kata teman aku, kalo jodoh pasti gak bakal kemana." setelah mengeluarkan kata bijak itu, Kaleza mematikan sambungan secara sepihak.

Bibirnya maju beberapa senti, entah sejak kapan kesabarannya ini akan terus diuji.

Demi melampiaskan kekesalannya, Kaleza menendang kaki meja. Gerakan spontannya itu tentu mendapat balasan dari rasa sakit yang menjalar di kakinya.

"Sakit..." keluhnya berjalan pincang menuju kulkas tetapi maniknya malah mendapati sosok Zairo berdiri menatapnya lurus.

Kaleza menciut, tanpa di komando, tubuhnya duduk dengan sendirinya. "Ehehehe, my Zai sejak kapan di situ?"

"Sejak mendengar para penjilat bergosip." tukasnya berjalan menghampiri Kaleza yang diam-diam ngeri merasakan auranya.

Badannya membungkuk guna menyamakan posisinya bersama Kaleza. Manik tajamnya tak lepas mengamati wajah pucat itu, decihan sinis keluar dari bibirnya.

"Lo dan keluarga lo terlalu obsesi untuk ada di sini. Dibanding lo jadi penjilat, mending lo jadi wanita bayarannya Zairo. Itu jauh lebih terhormat." ungkapnya mengulas senyum remeh.

Plak!

Kaleza menampar bibir Zairo, cukup kuat hinga cowok itu mundur beberapa langkah disertai tatapan membunuhnya.

"Duh maaf, Sayang. Tadi ada laler. Mana gede banget lagi." tukasnya dengan pandangan melayang-layang mencari lalat yang katanya hinggap di bibir Zairo.

"Lo...."

"Nah, tuh dia. Laler! Kesini kamu! Jadi serangga gatel banget! Beraninya nyosor calon suaminya Dela!" pekikan Kaleza menunjuk udara tentu tidak dipercayai begitu saja oleh Zairo.

Baru saja ingin memberinya pelajaran, Kaleza bangkit lalu berjalan cepat seakan sedang mengejar hewan kecil tersebut. Padahal gadis itu hanya ingin kabur dari amukan maut Zairo.


🌿🌿🌿

Pintar banget ngelesnya.

Hayo interaksi mereka Udah ada peningkatan.

Part emessnya keknya masih lama sih, tergantung seberapa centil Kaleza pada Zairo.

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Sayang ReLuvi banyak2😘😘

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang