🌿30

59.2K 6.9K 1.3K
                                    

Brak!

"Apa-apaan ini?!" seruan bernada marah itu terdengar menggema di seluruh rumah megah setelah melihat satu persatu perusahaan suaminya gulung tikar.

Tak ada yang tau penyebab pastinya, namun perusahaan raksasa yang telah sang suami rintis kini terancam hilang dari jajaran perusahaan besar.

Rengganis, selaku ibu dari Alina yang baru saja membanting tab di tangannya itu menatap sang suami—Joshua menggebu.

"Begitulah, perusahaan kita sudah hancur." tutur Joshua yang saat itu duduk di sofa empuk seraya memijit pelipisnya.

Satu persatu cabang mereka yang tersebar di dalam negeri hingga luar negeri telah gulung tikar. Penyebab utamanya, banyak proyek yang sedang ia jalankan gagal. Klien banyak yang memilih mundur dan dari pihak mereka meminta kembali modal yang sebelumnya telah disepakati.

Perjanjian hitam di atas putih sudah tidak berguna saat itu, sehingga mau tak mau Joshua mengganti kerugian yang dialami.

"Tapi gak sampe ke anak cabang juga! Pasti ada yang berusaha menjatuhkan kita."

Joshua mengangkat kepalanya hingga tatapannya saling bertubrukan dengan sang istri. Joshua akui perannya dalam dunia bisnis tak perlu lagi diragukan. Banyak perusahaan yang berlomba-lomba ingin melakukan kerja sama dengan perusahaannya hingga terbukti bisa mengepakan sayap sampai ke luar negeri.

Total ada 50 cabang yang tersebar di luar negeri, dan dalam waktu 24 jam, satu persatu perusahaan yang dirintisnya runtuh. Joshua seakan tidak diberi bernapas saat menyaksikan bagaimana kehidupannya kini sudah hancur.

Persaingan dalam dunia bisnis adalah hal lumrah, tetapi pengecualian untuk Joshua. Seberapa kalipun rivalnya mencoba menjatuhkannya, Joshua akan tetap berjaya. Dan hari ini, seseorang berhasil melumpuhkannya hanya dalam kurun waktu 24 jam.

Tidak ada yang bisa melakukan itu padanya, kecuali satu orang.

"Zairo Ranggala Caler." tiga kata itu meluncur bebas dari bibirnya.

Joshua yakin semua musibah yang menimpanya adalah sepenuhnya campur tangan Zairo. Meski tidak ada bukti, tapi Joshua yakin Zairo-lah dalangnya.

"Gak mungkin calon mantu kita. Gila kamu." Rengganis yang sempat mendengar gumaman sang suami menolak mentah-mentah.

"Calon mantu? Kamu lupa Zairo sudah memutuskan membatalkan pernikahan kemarin karena sikap impulsif kamu? Lihat, sekarang kita di ambang kehancuran. Perbuatanmu kemarin telah tersebar, aku bahkan tidak punya muka untuk keluar."

Rengganis terkesiap mendengar nada dingin yang dikeluarkan Joshua, gegas wanita itu menghampiri Joshua lalu memeluk lengannya.

"Tapi kemarin Zairo anteng-anteng aja tuh. Pas kemarin aku dorong dia baru bereaksi, padahal saat aku jambak rambutnya dia hanya melihat. Lagipula, Zairo mana mungkin melakukan ini pada kita. Terkecuali bila wanita jalang itu istimewa bagi Zairo." ungkapnya tanpa menyembunyikan nada kesalnya tetapi hal itu justru mengundang suaminya berdecak keras bahkan langsung melepaskan pelukan Rengganis secara kasar.

"Teruslah berpikir dengan otak dangkalmu itu. Aku malas menjelaskan, aku hanya berharap kita masih bisa melihat matahari esok hari."

"Kok kamu ngomong gitu sih?!" sentak Rengganis yang kini berdiri menatap suaminya nyalang.

"Kamu tidak tau siapa itu Zairo. Dari luar dia bisa menipu orang-orang dengan julukannya sebagai kaisar uang. Tapi kamu tidak tau, dia itu seperti jelmaan monster. Psycopath gila."


🌿🌿🌿


Di sebuah ruangan yang didominasi warna putih itu, terdapat seonggok manusia yang tengah terbaring lemah dengan alat penunjang kehidupan.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang