🌿14

54.7K 3.7K 611
                                    

Berenang dengan usahanya sendiri  akhirnya Kaleza berhasil mencapai dasar laut. Untung saja dirinya pintar berenang, jadi Kaleza tidak masalah bila harus terlempar sampai ke tengah laut.

Mendudukan dirinya di atas pasir, Kaleza menatap matahari sore yang perlahan mulai tenggelam. Pikirannya terus melayang bagaimana dengan sengaja Zairo mendorong punggungnya. Kaleza tidak bodoh untuk tidak menangkap maksud pria itu, jelas saja Zairo tengah mencari kesempatan untuk mencelakainya.

"Dia ingin menyingkirkan Delaza agar pertunangan tidak terjadi." kalimat itu tercetus begitu saja dari bibirnya. Bukan tanpa sebab Kaleza berspekulasi seperti ini, menilik dari tingkah Zairo cukup menjelaskan tujuan dibalik Zairo melakukan padanya.

Kaleza memijit pelipisnya pelan, ia tidak bisa membayangkan akan bagaimana nasibnya selama 4 hari ke depan. Zairo itu licik, pergerakannya terlampau sangat halus. Bila Kaleza lengah, bisa-bisa Kaleza tinggal nama.

"Ini tidak bisa dibiarkan, tidak ada yang tau hal apa yang akan terjadi di masa depan. Salah-salah, gue yang jadi objek balas dendam Zairo." monolognya menendang pasir, perasaannya campur aduk.

Kesal sekali Kaleza mengingat tindakan brengsek Zairo tadi.

"Butuh ini?" seseorang tiba-tiba saja datang menyodorkan segelas susu jahe di hadapan Kaleza. Kontan saja gadis itu berjenggit, kepalanya terangkat guna melihat siapa lelaki baik hati yang mau memperhatikannya.

"E-Eh, makasih." ujarnya sedikit kikuk. Kaleza menghirup aroma jahe yang menguar dari susu pemberian pria itu lalu mulai menyeruputnya pelan-pelan. Rasa hangat langsung mengaliri tenggorokannya kemudian perut.

"Sepertinya kamu butuh pakaian kering."

Uhuk!

Kaleza terbatuk begitu menyadari penampilannya yang jauh dari kata baik. Segera saja kepalanya menunduk, memindai pakaiannya apabila tembus pandang.

"Ini, pakai jaket saya saja." sekali lagi pria itu menolongnya. Kaleza sempatkan menatapnya lama sebelum ragu-ragu menerimanya.

"Makasih, aku Kaleza?" tanyanya seraya menyelipkan rambutnya basahnya, siapa sih yang tidak baper diperlakukan sedemikian rupa.

"Danis,"

Pria yang diketahui bernama Danis itu duduk di samping Kaleza lalu melempar pandangannya pada sunset yang tengah memamerkan keindahannya. Kaleza pun melakukan hal sama. Keheningan tidak begitu lama terjadi sebab Danis kembali membuka obrolan.

"Oo, liburan juga." Kaleza sempat berpikir bahwa tempat ini sudah di sewa Zairo, ternyata dirinya salah. Masih ada seorang lagi yang menyewa tempat ini.

"Villa kamu di mana? Biar saya antar." tanyanya bangkit diikuti Kaleza sebab angin pantai mulai menembus kulitnya.

"Gak jauh dari sini." jawab Kaleza dengan suara kecil. Entah mengapa Kaleza jadi malas pulang, tapi tidak mungkin dia terluntang lantung di tengah pasir seperti sekarang. Apalagi saat ini kondisinya yang sangat membutuhkan hangatnya selimut.

Beralih di sisi lain, suasana villa justru sebaliknya. Sekumpulan keluarga itu sedang melakukan pesta bakar-bakar lengkap dengan wajah penuh bahagia mereka.

"Seneng banget gak ada tuh si hama." celetuk Stefi yang sibuk mengupas bawang.

"Hoh, eneg banget. Moga-moga dia kagak balik dulu dah." balas yang lain yang diangguki setuju oleh mereka.

Sosok Zairo muncul setelah menemani Alina membersihkan badannya. Pandangannya menyapu seluruh manusia yang ada di halaman villa, pun Alina.

"Zairo, Dela gak papa kan?" pertanyaan Alina yang sarat akan khawatir itu sempat membuat Zairo menoleh.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang