🌿31

54.4K 6.5K 3.3K
                                    

Tapi prank!!! Eaaa...

Maaf ya ReLuvi, bukan maksud hati beri kalian PHP, malam ini aku hanya update TRAP!

Numpang di sini tuh karena emang mau ngobrol2 aja sama kalian.

Dan yang minta THR kemarin, coba maju sini.

Arrinda aja gak dapet THR. Jadi kalian juga gak dapet.

Sebelum itu, absennya dulu yang dari daerah mana🙋






































Happy reading!!!

🌿🌿🌿

Detak jantung orang-orang yang berada di sana saling bersahut cepat. Terutama dokter yang sudah berusaha memberikan CPR. Namun tidak berhasil lantaran layar monitor sudah berubah menjadi garis lurus.

"Suter, tolong catat tanggal serta jam kematian pasien." ujar dokter perempuan tersebut seraya mengambil langkah menjauh dari brankar.

Dia biarkan para perawat melepas alat penunjang itu, sementara netranya melirik Gavindra serta pria muda yang sedari tadi mengamati usaha mereka.

Tapi mau di apa, takdir lebih menginginkan wanita itu kembali ke pangkuan yang maha kuasa.

"Sudah Kakek katakan, mustahil selamat dari kecelakaan itu. Sekarang liat sendiri, kamu bahkan tidak bisa mencegah kematiannya."

Perkataan menusuk Gavindra tak semerta-merta membuat Zairo menoleh. Alih-alih masuk ke dalam ruangan tempat Kaleza berada, pria itu berbalik lalu dengan langkah lebar meninggalkan lorong ruangan Kaleza dirawat.

Gavindra yang melihatnya tidak mencegah, dia biarkan cucunya itu introspeksi diri, berharap dari kejadian ini Zairo dapat memetik pelajaran berharga yang telah terjadi.

"Hey, Zairo kecil. Tidak apakan bila kamu hidup sama Kakek?" kini Gavindra menaruh atensinya pada sosok mungil yang sedari tadi sibuk dengan mainannya. Anak yang belum tau apa-apa itu, jelas tidak akan paham bahwa sang ibu sudah tidak ada lagi sejak beberapa saat lalu.

D

engan polos anak itu memberikan mainan mobil tayo pada Gavindra setelah melihat wajah sedih pria tua itu.

Gavindra menyeka ujung matanya, lalu menerima pemberian Geva sambil tak lupa mencium pipi cicitnya itu.

"Kakek harap kelak dewasa, kamu tidak membenci papamu. Tapi sebenarnya, papamu itu layak dibenci."

Gavindra mengalihkan pandangannya pada perempuan yang kini seluruh tubuhnya sudah diselimuti oleh kain putih. Gavindra hanya bisa mengirim doa dalam hatinya, semoga Kaleza bisa bahagia di akhirat sana.

🌿🌿🌿


Berdiri seraya menghisap rokoknya, Zairo mengangkat kepalanya pada langit yang sedang bergemuruh di atas sana. Pandangan matanya begitu jelas menggambarkan begitu banyak emosi, hujan dan petir.

Ada begitu banyak kenangan pahit tentang dua cuaca tersebut. Zairo tak ingin mengingatnya dan sampai kapanpun tidak akan sudi mengingatnya. 

Membuang puntung rokoknya, Zairo berbalik, pandangannya langsung ia arahkan pada seonggok manusia dengan kondisi terikat di kedua pilar.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang