🌿19

57.8K 4.7K 939
                                    

Suasana halaman hotel terbilang cukup ramai, hotel milik keluarga Caler untuk 2 hari ke depan dikosongkan mengingat dua keluarga akan memiliki agenda penting.

Sejak tadi, Kaleza hanya menatap keramain. Di ujung sebelah kanan Tamari sedang berbincang akrab dengan salah satu tante Zairo. Sedangkan di sebelah kiri Rian juga sibuk bercengkerama dengan kerabatnya.

"Jalan-jalan?"

Suara berat di belakangnya berhasil menarik Kaleza dari dunianya. Perempuan itu menoleh dan sudah menemukan kekasih asli dari Kaleza. Tatapan penuh kelembutan itu hanya dibalas Kaleza dengan senyum kikuk.

Hingga saat ini Kaleza masih tak percaya bila tubuh yang ia rasuki ternyata sudah memiliki pacar. Kaleza baru mengetahuinya kemarin malam saat pria bernama Erza itu menelponnya.

Dan fakta mengejutkan lainnya adalah Kaleza mengenal Erza saat masih menjadi Kalisa, sebab pria itu adalah adik kelasnya di sekolah menengah pertama dulu saat dirinya menjalani kehidupan pertama. Pria yang juga menjadi sosok yang Kaleza kagumi diam-diam.

"Di sini aja." akunya setelah beberapa saat terdiam. Erza mengangguk lalu duduk di samping Kaleza.

Agaknya pria itu mengerti kecanggungan yang Kaleza rasakan. Maka dari itu, demi mencairkan suasana, Erza terus membangun obrolan hingga Kaleza tanpa sadar merasa nyaman.

"Jadi gak lanjut kuliah?"

Kaleza mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Erza padanya. Dia masih mengatur hatinya yang kocar kacir bertemu cinta pertamanya dulu.

"Rencananya gue mau langsung kerja aja." jawabnya.

Tatapan Kaleza kemudian jatuh pada Zairo serta Delaza yang berjalan beriringan. Tatapannya jatuh pada Delaza yang dengan santai menggandeng mesra Zairo. Melihat interaksi keduanya yang cukup akur, Kaleza tak mampu menahan decakannya, menilai dalam dirinya untuk dramanya sebagai Delaza sepertinya masih kurang.

Tanpa sadar Erza mendengar decakannya tadi.

"Kenapa?"

Kaleza yang sedang memonyong-monyongkan bibirnya, menoleh ke arah pacarnya itu. "Gak, tadi kebetulan lagi mikir. Lo cinta gue gak."

Erza tak sanggup menahan tawa gelinya, hingga yang ia lakukan adalah memeluk gemas kepala Kaleza sebagai bentuk pelampiasan rasa gemasnya.

"Kalo gak cinta, mana mungkin kamu liat aku di sini." ujarnya seraya melepaskan bekapannya saat dirasa Kaleza mulai memberontak.

"Yaa abisnya lo jarang ngasih kabar. Gue ampe lupa punya pacar." ucapan berisi keluhan itu berhasil membuat Erza meringis.

"Maaf, aku harus fokus belajar. Supaya bisa satu kota sama kamu lagi."

Ughh, haruskah Kaleza baper pada cinta pertamanya?

Tapi dia pacar orang! Batinnya berteriak pilu.

"Hehehhe, cemungut..." Kaleza memberikan semangat sambil menepuk-nepuk lengan kekar pria itu. Erza segera menangkap tangannya lalu menarik perempuan itu masuk ke dalam pelukannya.

"Maaf sekali lagi. Aku tau kamu marah, tapi tolong jangan bicara lo-gue seakan aku ini bukan siapa-siapa kamu."

Eh?

Kaleza yang mencoba melepaskan pelukan pria itu, seketika mengurungkan. Diam-diam dirinya meringis, Kaleza tanpa sadar telah melakukan kekeliruan.

"Iya, kagak bakalan lagi. Umm, bisa lepas dulu gak?" Kaleza berujar demikian karena entah mengapa panggungnya bisa merasakan hawa dingin menusuk yang membuatnya sangat tidak nyaman.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang