🌿26

60.6K 7.4K 2.7K
                                    

"Cobain, aku buatin makanan favorit kamu." Alina menghampiri Zairo sementara tangan kanannya memegang piring berisi sandwich daging.

Zairo yang sibuk pada tabletnya, sempat menoleh lalu melirik sandwich buatab Alina. Zairo mengambilnya, namun tidak langsung memakannya lantaran dia masih sibuk.

"Terimakasih." ucapnya memberikan satu senyum manis kepada Alina. Sontak saja gadis surai blonde itu tersipu kemudian menggangguk.

"Kalo capek istirahat dulu. Ini udah siang loh." kalimat dengan nada perhatian itu kembali membuat Zairo mengalihkan perhatiannya.

Sudut bibirya naik sedikit, menuruti perkataan Alina, Zairo menaruh tabletnya di atas meja tepat di samping sandwich buatan gadis itu. Keduanya mengobrol hingga tanpa sadar sudah menghabiskan waktu satu jam. Zairo yang kebanyakan jadi pendengar, dan Alina yang lebih dominan bercerita.

"Dad sama mom bakal ke sini besok. Katanya sekalian mau bicarain tanggal pernikahan kita." ujar Alina sembari itu menyederkan kepalanya nyaman di bahu kekar Zairo.

"Besok aku usahain kosongin jadwal.".balas Zairo singkat namun meski begitu Alina tetap tidak menahan letupan bahagianya yang menggema dalam dada.

"I love you." Alina mendongak bersamaan Zairo menundukkan kepalanya. Wajahnya maju lalu mengecup singkat hidung mancung gadis itu.

"Anything for you, Honey,"

"Lusa kita jalan-jalan."

Itulah sepatah kata Zairo saat Alina ingin masuk ke kamar untuk mandi. Kepalanya mengangguk bahagia sebagai jawaban kemudian meninggalkan Zairo yang masih betah duduk di sana.

Mengingat sandiwch yang dibawa Alina, Zairo yang posisinya membelakangi meja mengulurkan tangan menuju piring. Tetapi tidak ada. Alisnya menyerngit, kepalanya menoleh dan sudah mendapati hanya ada piring kosong.

Zairo tentu bingung, tidak mungkin Alina mengambil kembali makanan buatannya. Pandangannya kemudian mengedar sedetik setelahnya manik hitam tajamnya menyorot punggung kecil yang berlari meninggalkan area santai Zairo. Matanya menyipit, Zairo baru sadar bahwa makanannya telah digondol tuyul kecil itu beberapa saat lalu setelah melihat ada jejak makanan jatuh tiap langkahnya.

Alih-alih marah, Zairo justru membiarkannya lepas begitu saja.

Sementara itu, Kaleza sudah sedari tadi sibuk mencari keberadaan sang anak. Perasaannya risau, padahal Kaleza hanya mengambilkannya air tetapi ketika dirinya berbalik, anaknya malah sudah raib entah kemana.

Di usianya sekarang, Geva sedang aktif-aktifnya. Kaleza bahkan Ira beberapa kali kecolongan.

"Geva." Kaleza nyaris menyeru setelah sosok sang anak terlihat dipandangan. Cepat dia menghampiri Geva lalu menggendongnya. Wajahnya hari ini sengaja Kaleza tutupi dengan topi serta hodie hingga bagian atas mukanya tertutup.

"Dari mana sih, Nak?" tanyanya seraya memperbaiki posisi topinya turun. Barulah Kaleza sadar bahwa Geva sedang sibuk mengunyah, netranya membola lalu tanpa kata merampas sandwich yang tersisa setengah itu.

Dari mana Geva mendapatkan ini?

Geva yang merasa makanannya diambil, tak tanggung langsung meraung. Kaleza panik dan tidak ada pilihan lain selain memberikan kembali makanan Geva.

Kaleza hanya takut bila orang lain yang memberikan makanan itu sudah melihat wajah Geva.

"Emang paling bener kamu di kamar aja." gumamnya sedikit meringis.

"Kamu gak nyuri kan?" tuduhnya ketika mereka berada di depan pintu kamar.

Geva mendongak menatap sang ibu, gumaman khas anak kecil keluar dari bibirnya yang sebagian Kaleza mengerti sebagian lagi tidak.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang