🌿24

57.4K 7.1K 2.6K
                                    

Kaleza menatap pintu di depannya ragu, pasalnya dia mendapat tugas khusus setiap hari. Yakni membangunkan Zairo.

Agak aneh sebenarnya, maksud Kaleza, Zairo itu kaisar uang. Apa membeli jam weker akan membuatnya bangkrut. Tapi meski begitu, Kaleza manut-manut saja.

Tangannya terangkat mengetuk pintu hitam itu beberapa kali, masih tak ada sahutan. Hingga di menit kelima, Kaleza mendapat balasan. Begitu pintu terbuka dan menampilkan sosok Zairo yang hanya mengenakan piyama tidur di mana bagian dadanya terbuka.

Kaleza mengedarkan pandangan, sembari itu berdeham. "Selamat pagi, Tuan."

Kaleza cukup geli mengucapkannya, namun mengingat statusnya sekarang, mau tak mau Kaleza harus mengikuti kebiasaan para pekerja di sini.

"Beresin kamar." titahnya melenggang masuk tanpa ada basa-basi mempersilakan Kaleza masuk ke kamarnya.

Mencebik kecil, Kaleza membawa kedua tungkai kakinya menuju kamar Zairo. Sepintas kenangan saat dia pertama kali masuk kemari dan berakhir diusir. Menggelengkan kepalanya ribut, Kaleza mulai membersihkan kamar Zairo. Dimulai dari tempat tidur yang masih terlihat rapi, dilanjutkan menyapu kemudian mengambil pakaian kotor yang teronggok dilantai.

"Hiii, kolornya sobek." Kaleza mengangkat boxer hitam itu tinggi-tinggi dan memperlihatkan bagaimana sobekan di bagian tengah terpampang jelas.

Bersamaan itu pula, Zairo keluar dari kamar mandi. Melihat Kaleza merentangkan barang kebanggaannya, Zairo dengan cepat menghampiri wanita itu kemudian merebut paksa boxer kesayangannya.

"Lo kagak usah sentuh-sentuh." desisnya sekaligus menyadarkan Kaleza dari keterkejutannya.

Kaleza segera mengambil jarak dengan kedua tangan bergerak ke kanan dan ke kiri. "Gak sengaja, tadi ada di bawah kasur." ungkapnya yang tidak berhasil membuat wajah Zairo lurus. Malah semakin keruh.

"Pokoknya lo gak boleh sentuh!" kali ini Zairo sedikit menyeru, Kaleza angkat tangan pertanda dia tidak akan melakukannya lagi.

Keduanya terlibat keheningan hingga di menit kedua, Kaleza membuka suara.

"Emm, gue— maksudnya saya bisa jahit celana dalam Tuan. Dijamin rapi kok."

Dan makin keluarlah tanduk pria itu, Kaleza yang menyadari posisinya dalam bahaya segera ngacir dari sana. Padahal niatnya beberapa saat lalu tulus. Tapi, emang dasar Zairo-nya aja yang tidak bisa melihat kebaikannya.

🌿🌿🌿

Tamari menaruh segelas susu coklat di hadapan Delaza yang sekarang ini lagi sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Putri sulungnya itu nampak begitu memberikan fokus hingga kehadiran Tamari baru ia sadari saat wanita yang melahirkannya ke dunia tersebut memberikan deheman kecil.

"Bu, kenapa kita tidak bawa paksa saja Kale dari sana? Bukankah kita sudah membayar segala perbuatan kita dua tahun lalu." Delaza mengungkit nama saudara kembarnya di hadapan Tamari yang mana saat ini menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyisir rambut Delaza.

"Ibu juga pengennya gitu, nak. Tapi, yang kita hadapai ini Zairo Ranggala Caler." Tamari memelankan suaranya ketika menyebut nama lengkap Zairo.

Delaza segera menghentikan kegiatan Tamari lalu menatap sang ibu penuh arti.

"Bu, setelah pertunangan terjadi, aku sadar telah melakukan banyak kesalahan. Wajar bila Kale marah ataupun kecewa. Hanya saja, rasanya tidak wajar bila Zairo mencari Kaleza sebegitunya. Maksudku, kenapa Zairo tidak melepaskannya. Bukannya di atas kesalahan Kale masih ada kesalahan besar kita?"

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang