🌿18

56.6K 4.2K 678
                                    

Kedua manusia itu saling lempar pandang dengan pikiran masing-masing. Sejak tadi Kaleza tak berhenti merapal doa, dia takut bila Zairo curiga bahwa hari ini Kaleza akan meninggalkan kediamannya.

"Kemana?" pertanyaan Zairo meluncur setelah mereka diam-diaman selama hampir 2 menit. Pandangannya tak pernah luput dari Kaleza dan bergantian tas ransel di punggung perempuan itu.

"O-Oh, ini. Anu, aku mau jenguk kucing beranak anak panti. Katanya induknya lagi kabur ama laki-laki lain, jadinya anak-anaknya terlantar. Aku mau ke sana anter susu formula bayi kucing." jawab Kaleza sambil tak lupa cengengesan.

Zairo mengangkat sebelah alisnya, sedikit kurang percaya karena Zairo tidak pernah melihat kucing di sekitar panti.

"Susunya merek apa?"

"Dancow."

Oke, kali ini Zairo cukup tidak paham. Tentu dia tau merek susu yang Kaleza sebutkan tadi, tapi pertanyaannya kucing apa yang minum susu bayi.

"Lo—" Zairo hendak berbicara tetapi kembali ia urungkan dan melangkah memasuki rumah guna mengambil dokumen penting yang tertinggal di ruang kerjanya.

Sepeninggalnya Zairo, Kaleza tanpa sadar menghela napas lega. Netranya terus menatap punggung kekar itu hingga hilang dari pandangan. Untuk beberapa saat, Kaleza terdiam di tempatnya sebelum kemudian memutuskan melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Di tengah menunggu taksi pesenannya datang, mobil Zairo melewatinya begitu saja. Kaca mobil yang tidak tertutup rapat menjadikan Kaleza bisa melihat penghuni di dalamnya. Sosok Zairo nampak sibuk berteleponan, namun yang menjadi perhatiannya ialah senyum pria itu.

Hanya satu orang yang bisa memunculkan senyum langka Zairo.

Alina.

🌿🌿🌿

"Ibu masih pegang janji kan?" pertanyaan Kaleza meluncur tepat ketika menghempaskan bokongnya pada kursi makan. Netranya terus memindai Tamari yang sedang menyiapkan makan malam.

Wanita yang tidak lagi muda itu, menyempatkan diri menoleh ke arah Kaleza, kepalanya lalu mengangguk singkat.

"Dokumennya masih Ibu simpan,bentar Ibu kasih biar kamu puas." balasnya kemudian ikut duduk lalu keduanya memulai makan dengan kesunyian yang menemani.

"Jadi, mau lanjut kuliah?"

Kaleza yang sedang meneguk air putihnya, nyaris tersedak lantaran sampai sekarang dia belum memutuskan untuk masa depannya kelak.

"Kalo Kale gak lanjut, gak apa kan, Bu?" pertanyaan ragu-ragu Kaleza tak semerta-merta Tamari tanggapi. Sebaliknya wanita itu menatap Kaleza lamat.

"Ibu gak bisa paksa buat Kale lanjut atau tidak. Semuanya ada di tangan Kale, meski pendidikan itu penting tapi kalo kamu ragu buat jalanin, tidak usah. Urus saja butik yang Ibu hadiahkan. Bukankah kamu ingin semua lukisanmu bisa dilihat secara nyata?"

Penjelasan Tamari cukup membuat Kaleza segera mengambil keputusan malam itu. Dia akan melanjutkan mimpinya menjadi designer, impian yang sejak dulu Kaleza mimpikan bahkan selama menjadi Kalisa.

Apa itu kuliah?

Otak Kaleza sudah tidak mampu lagi menampung segala jenis materi yang kadang kala membuat otaknya blank.

"3 hari lagi Dela akan tunangan. Seluruh keluarga mereka berkumpul besok. Dan kita juga bakal ikut serta sebagai pihak perempuan."

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang