🌿22

66.6K 6.1K 1.3K
                                    

"Leza,"

Seseorang yang sedang memberikan fokus pada gambar di depannya mendongak saat namanya dipanggil.

"Kenapa, Ti?" tanyanya sambil melanjutkan kegiatannya. Tangannya begitu apik menari di atas kertas, seluruh gerakannya dibuat se-hati-hati mungkin agar karya itu tidak cacat karena bisa saja dia kembali me-revisi. Dan itu amatlah merepotkan.

"Minggu depan kita ada jadwal ketemu model, tapi..." perempuan yang kerap di sapa 'Ti' alias Tilsa itu ragu-ragu melanjutkan kalimatnya dan hal tersebut berhasil mengambil fokus teman bicaranya.

"Tapi apa?" tanyanya. Bertemu model sudah ia rasakan sejak menekuni bidangnya di dunia menggambar.

"Pihak mereka nyuruh kita ke luar negeri,"

"Gue juga ikut?" sosok yang tak lain Kaleza itu menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, pihak agensi si model ingin semua yang terlibat juga ikut serta."

Kaleza menpautkan bibirnya rapat, kepalanya menunduk menatap hasil karyanya yang sudah rampung 75%. Otaknya sedang ribut setelah Tilsa datang memberikan info.

"Gue, kagak usah pergi ya, Ti. Kalo luar kota gue ago-ago aja." ungkapnya menunjukkan ringisan serba salah. Kaleza memang menyukai profesinya serta senang melakukan interaksi kepada model yang memakai hasil gambar ciptaannya meksi tidak sampai mendesign pakaian.

Tapi bila sejauh itu, Kaleza rasanya tidak mampu.

"Gua gak tau sih kalo soal itu. Kecuali lo ngomong langsung sama si Eren. Jelasin baik-baik apa alasan lo kagak bisa ikut. Eh, tapi gue ada info tambahan," Tilsa merengsek mendekat kemudian mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Kaleza.

"Denger-denger atasan si model pengen rancang gaun pernikahan calon istrinya. Nah, katanya kalo dia puas sama design yang lo buat, dia bakal gunain jasa lo. So pasti keuntungan yang bakal kita dapet bakal jauh lebih gede ketimbang kerjasama dengan perusahaan lain." tukasnya tanpa menyembunyikan wajah berbinarnya.

"Yakin banget kita dapet untung gede." timpal Kaleza terdengar skpetis juga menaruh pensilnya karena bila dipikir, tidak tepat rasanya dia melanjutkan pekerjaannya jika ada penggosip handal di sampingnya.

"Yakinlah, si cowok bahkan ada julukan khusus,"

Kaleza menguap, tubuh lelahnya mulai Kaleza rasakan efeknya. Agaknya, pekerjaan ini sudah cukup menyita banyak waktunya.

"Kaisar uang." sambung Tilsa lengkap dengan alis naik turun. Berbeda dengan ekspresi cerah sang teman, Kaleza malah sebaliknya. Wajahnya mendadak keruh usai Tilsa menyebut dua kalimat tersebut.

Kaisar uang.

Julukan itu hanya diberikan oleh Zairo. Berarti dengan kata lain, atasan si model adalah Zairo sendiri. Pandangan Kaleza jadi kosong, itu berarti persentase pertemuan mereka sangat besar bila Kaleza tidak berusaha menjauh.

"Maksud lo, Caler?" tanyanya dengan nada menggantung. Lalu anggukan antusias Tilsa menjawab keresahannya.

Dirinya berhasil menyembunyikan diri selama 2 tahun. Sejak kejadian di mana Zairo mencarinya, hidup Kaleza tidak tenang. Dia berkeliling mencari tempat perlindungan yang tidak bisa ditembus oleh kuasa Zairo. Dan akhirnya Kaleza menemukan tempat yang pas.

Yakni di sebuah desa nelayan yang cukup jauh dari edaran orang seperti Zairo. Hidupnya sudah ia dedikasikan di tempat yang telah menampungnya selama bertahun-tahun, di sana jugalah Kaleza mulai membangun cita-citanya. Sedikit demi sedikit dengan menggunakan nama belakangnya, Kaleza berhasil merangkak pelan.

"Menurut gue sih lo harus ikut, anggap aja rejeki lo lagi nunggu." ujar Tilsa tanpa meninggalkan kesan bujuk dalam kalimatnya. Sayangnya Kaleza sudah menagkap maksudnya.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang