🌿08

53.6K 3.7K 69
                                    

Push!

Senyum Kaleza terbit saat lemparannya tepat sasaran. Dengan langkah ringan, Kaleza mendekati buah kedondong hasil lemparannya tadi.

"Keren kan?" katanya pongah menatap Zairo yang diam berdiri mengamati aksinya sedari tadi.

"Kebun siapa?" tanyanya menatap sekitarnya yang gelap, bahkan pencahayaan hanya mengandalkan bulan dan senter.

"Oh, ini milik kebo."

Kebo?

Meski tau Zairo masih bingung, Kaleza memilih untuk tidak menjelaskannya. Dia harus segera mengumpulkan buah lemparannya karena hari semakin gelap.

"My Zai, yuk pula—"

"Oalah! Jadi ini pencuri yang selalu ambil kedondong saya!"

Baik Kaleza maupun Zairo menoleh ke asal suara. Netra Kaleza membola, lalu tanpa kata berlari meninggalkan Zairo yang masih terdiam mencerna segalanya.

"My Zai, kabur!"

Kaki-kaki panjang Zairo segera berlari menyusul Kaleza yang berlari meninggalkan dirinya. Sampai kemudian dia berhasil menyusul laju lari Kaleza.

"KATA LO ITU MILIK KEBO!" sahut Zairo sambil menoleh ke belakang, dan tampak bapak-bapak tadi mengejar mereka lengkap dengan cerulit di tangannya.

"IYA MILIK KEBO! KEBUN ORANG!" balas Kaleza dengan napas mulai ngos-ngosan. Gadis itu membelokkan kakinya di perumahan warga disertai teriakan sang pemilik kebun yang memintanya berhenti.

Kaleza berhenti begitupun Zairo yang masih sempat-sempatnya merapikan rambutnya.

"Lo—" ucapan Zairo berhenti saat Kaleza menariknya kuat ke arah empang milik warga.

Byur!

Zairo melotot badannya bangkit kemudian menunjuk Kaleza tajam. Namun belum ada sepatah kata, Kaleza kembali mendorong tubuhnya agar membungkuk.

"Sstttt~ dia udah dekat." bisik Kaleza di sela menahan kepala Zairo, dan benar saja. Si pemilik kebun itu masih mencari-cari mereka. Keduanya diam bagai patung sembari menunggu bapak-bapak itu berlalu dari empang.

Shhh~

Zairo tiba-tiba meringis hal yang mengundang Kaleza menatapnya penuh tanya.

"Kenapa?" tanyanya masih berbisik. Zairo meliriknya lalu pandangannya turun ke bawah. Kaleza mengikuti arah tatapan Zairo tentu dengan hati masih bertanya-tanya.

"Ada yang noel."

Kaleza memicingkan mata, Zairo mengarahkan tangannya pada sesuatu yang menoel miliknya. Karena memegang sesuatu yang licin, Zairo segera menangkapnya lalu mengangkatnya guna melihat benda apa yang telah berani menoel masa depannya.

"Lele," gumam Kaleza bergidik ngeri, ia teramat jijik dengan hewam berkumis satu itu. Namun dibanding Kaleza, Zairo malah menatapnya lamat.

"Kamu enggak tau?" Kaleza bertanya dengan dagu menunjuk ikan berkumis di tangan Zairo. Wajar Kaleza bertanya sebab yang ia tau, Zairo hidup di luar negeri. Pulang ke Indonesia bila ada perlu saja.

"Tau, namanya Clariidae." jawab Zairo. Meski lebih banyak tinggal di luar negeri, bukan berarti Zairo tidak tau hewan yang ada di tangannya itu.

"Hah? Bukan Kalidero, tapi lele." sanggah Kaleza, sesaat dia merasa di atas awan karena Zairo malah salah menyebut nama ikan tersebut.

"Ck, itulah gunanya lo di sekolahin. Nama ilmiahnya saja lo kagak tau." tukasnya melemparkan hewan berkumis itu ke arah Kaleza, tentu tindakannya mengundang jeritan histeris dari gadis itu.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang