🌿11

53.5K 3.8K 263
                                    

Jam baru menunjukkan pukul 22:56, cukup tengah malam bagi Kaleza untuk tidur setelah maraton nonton dracin.

Mulutya tak berhenti untuk menguap sampai kedua matanya berair, baru saja dia menemukan posisi nyaman untuk tidur, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Kaleza membuka kedua matanya kesal, bayangkan posisinya sekarang sangat nyaman. Namun ketukan tak sabaran di luar menjadikannya harus bangkit.

"Demi kolor Tok Dalang, kagak bisa apa gue istirahat sebentar." gumamnya membuka lebar pintu kamarnya. Melihat sosok jangkung yang berdiri di depan kamarnya, wajah yang tadinya garang kini berubah menjadi gadis polos dan naif.

"Eh, my Zai. Gak biasanya datang kemari. Ada a—" kalimat Kaleza terpotong lantaran Zairo melenggang begitu saja masuk ke dalam kamarnya. Alisnya menyerngit, tidak mengerti akan tingkah calon tunangannya Delaza itu.

"Gue tidur di sini."

Mata Kaleza melotot horor, kakinya melangkah mendekati pria itu dengan ribuan pertanyaan yang hinggap di hatinya.

"Zai mau tukaran kamar?" Kaleza bertanya saat satu kesimpulan muncul di otak kecilnya. Namun hal itu malah membuat Zairo mendelik padanya.

"Gue tidur di sini. Lo dan gue." tuturnya sedikit menekan tiap kalimatnya agar Kaleza tidak bertanya lagi. Tetapi sepertinya hanya akan menjadi angan Zairo saja.

"Hah! Kok gitu, ya meski semalam kita tidur bareng tapi kan semalam aku cuman bantuin doang. Buk—"

"Gue belum selesai ngomong." sela Zairo yang berhasil menghentikan kicauan Kaleza. Perempuan itu kembali kalem.

"Gue punya insomnia akut. Dan baru tadi malam gue bisa tidur nyenyak sampai matahari terbit. Jadi, gue ada misi buat lo."

Misi?

Kaleza tanpa sadar merepetkan tubuhnya, namun segera Zairo mendorong tubuhnya hingga nyaris terjatuh. Seakan menyuruhnya untuk tidak terlalu dekat.

"Gue pengen seperti semalam kita berdua tidur. Imbalannya gue akan bayar."

Kaleza hendak bersuara tapi Zairo dengan cepat memblokir usahanya yang hendak menyuarakan penolakan.

"50 juta, asal gue bisa tidur nyenyak."

"50 JUTA!" Kaleza tanpa sadar memekik, bahkan Zairo terkejut mendengar suara cemprengnya.

"Yaa kalo lo mau. Kalo gak, ya gue juga kagak bakalan rugi." ucapan Zairo memelan saat Kaleza dengan semangat menaiki ranjang. Tidak lupa kedua tangannya terbuka lebar seakan tengah menyambut Zairo.

"Sini, Sayangkuh. Jangankan peluk, nina boboin kamu, aku ago-ago aja." katanya mengedipkan matanya berkali-kali. Kesan polosnya hilang begitu saja setelah mendengar jumlah uang yang ditawarkan Zairo.

Dasar mata duitan!

Zairo tak memusingkan, tubuhnya bergerak mendekati Kaleza yang sudah siap. Melihat posisinya, Zairo jadi menyamakannya dengan gadis haus belaian.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Zairo berada dalam pelukan Kaleza. Matanya refleks terpejam ketika tangan Kaleza menepuk punggungnya disertai elusan lembut di kepalanya. Tanpa sadar lengannya melingkari pinggang Kaleza dengan kepala makin menyeruk di perpotongan leher Kaleza.

Kaleza membiarkannya, demi 50 juta tidak apa-apa Kaleza menjadi momy muda yang penuh kasih sayang kepada anaknya. Dia tidak akan melewatkan kesempatan yang ada di depan mata.

Bila orang lain melihat tingkahnya ini  pasti Kaleza akan di cap wanita mata duitan. Tapi Kaleza tidak peduli, toh hanya sebatas menidurkan Zairo. Tidak kegiatan lain.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang