🌿10

54.3K 3.8K 485
                                    

"Minggir, Alina mau duduk di sini."

"Ih, tapikan aku duluan yang duduk di sini." ujar Kaleza lengkap dengan nada merajuk.

"Hiih, alay banget tuh cewek."

"bicaranya kagak usah dibuat manja gitu."

Para sepupu Zairo yang ternyata diam-diam mengamati interaksi keduanya turut memberikan komentar. Kaleza mencibir dalam hati, susah memang membangun image baik di hadapan para sepupu Zairo yang sedari awal menabur genderang perang kepadanya.

Kaleza menghela napas, badannya bangkit kemudian beranjak meninggalkan tempatnya menuju salah satu tante Zairo yang sibuk mengipasi ikan. Mood-nya sekarang ini sedang hancur, bertambah anjlok saat melihat Alina bercengkerama sangat akrab dengan salah satu paman Zairo yang terkenal cuek.

"Bi, aku bantuin kipasin ikannya, ya." Kaleza menawarkan diri sedangkan tante Zairo yang terkenal cukup ramah kepadanya itu tersenyum.

"Gak perlu, ini mau selesai kok. Mending kamu angkat sup di sana, hati-hati soalnya masih panas." tunjuknya pada kompor yang tak jauh dari posisi mereka. Kaleza mengangguk lalu setelahnya berjalan menuju panci berisi sup jamur.

Dari aromanya saja Kaleza jadi ngiler, dia tidak sabar mencicipinya.

Sedangkan di sisi lain, Alina yang baru saja mengobrol ringan dengan paman Zairo, mengedarkan pandangan hingga tatapannya jatuh pada Kaleza. Alina berjalan menghampirinya, berniat membantu saat melihat gadis itu celingukan seakan mencari sesuatu.

"Butuh bant—"

Alina tidak tau apa yang terjadi, semuanya terjadi begitu cepat. Salah seorang anak kecil berlari hingga menabrak punggungnya. Tubuh Alina refleks terdorong ke depan, yakni ketika dirinya tepat berada di depan Kaleza.

Bruk!

"Akhh!" suara melengking Kaleza terdengar hingga membuat keluarga besar itu menaruh atensi padanya.

"Alina!"

"Alina!"

"Alina!"

Alina meringis saat kedua lututnya membentur tanah begitu keras. Bukan hanya itu, tangannya juga sempat menyentuh panci panas.

"Ya Tuhan, kamu gak papa?"

"Ada yang sakit?"

"Kok bisa jatuh sih?"

"Alina," suara berat Zairo berhasil membubarkan orang-orang yang mengerumuni Alina. Gadis itu dibantu berdiri oleh Bryan.

"Gak papa, cuman lecet doang ini." katanya menunduk menatap lututnya yang memar.

Zairo tidak bersuara, sebaliknya netranya bergulir pada Kaleza yang sejak tadi berdiri mematung. Gadis itu terlihat syok, namun bukan berarti menghentikan niat Zairo untuk mendekatinya. Netranya menghunus tajam pada gadis yang juga balas menatapnya meski pandangannya terkesan tidak fokus.

"Zai..."

Zairo bergeming, tanpa kata dia berjalan melewati Kaleza hingga lelaki itu berdiri tepat di belakangnya. Belum sempat Kaleza menoleh, Zairo tiba-tiba mendorongnya kuat hingga Kaleza jatuh tersungkur dengan lutut mencium tanah, bukan cuman itu, panci berisi sup jamur ikut terjatuh hingga mengenai kakinya.

Semua yang menyaksikannya tentu terkejut, mereka tidak menyangka Zairo akan mengambil tindakan impulsif seperti beberapa saat lalu.

"Zairo, kamu udah keterluan." Bryan maju menolong Kaleza saat tidak ada seorang pun yang berniat membantu gadis itu.

Melihat situasinya sekarang, ditambah di ujung sana Tamari dan Ryan tidak melakukan apapun untuk membelany, berhasil membuat Kaleza nyaris menjatuhkan airmatanya.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang