🌿23

63.6K 5.7K 927
                                    

Mau tanyalr, ngikutin Arrinda dari jaman kapan nih?

Cerita pertama aku tuh Aiserana.

Oh ya, jangan lupa ramein cerita teman aku Ratnawati260221

Ceritanya juga gak kalah seru.

🌿🌿🌿

Suasana mansion begitu menegangkan dengan aura seseorang yang mampu menekan jiwa orang-orang yang berada di sana.


Tanpa memberikan kesempatan bagi Kaleza untuk lari, wanita itu dengan cepat diseret masuk ke dalam. Tubuhnya sedikit didorong ke arah Zairo yang sejak tadi masih enggan menatapnya balik. Malah sebaliknya pria itu sibuk dengan benda nikotin di tangannya.

Meneguk ludahnya guna membasahi kerongkongannya yang kering, Kaleza menjatuhkan tatapannya kepada Ira  yang juga tak luput dari perhatian para bawahan Zairo. Tatapannya menyimpan berbagai makna lalu turun menatap Geva yang masih dengan santainya menyelami alam mimpi. Kaleza menggigit bibir, tak sengaja tatapannya beradu dengan pengasuh itu.

Ira yang memang sedari awal mulai menebak-nebak, kini sedikit demi sedikit mulai paham. Tak butuh waktu lama bagi Ira mengerti, cukup melihat wajah laki-laki yang memiliki aura menyeramkan dan melihat wajah Geva, maka orang akan tau Siapa ayah biologis anak tersebut.

Mereka bagai pinang dibelah dua.

Dengan gerakan halus, Ira menutup wajah Geva agar Zairo tidak melihat wajah sang anak.

"Tinggalkan kami." suara arogansi itu menyentak Kaleza yang sedang melempar tatapan penuh arti kepada Ira.

Sekilas tatapan tajam Zairo jatuh pada anak yang ssdang dimomong Ira. Dia tidak bisa melihat begitu jelas, lantaran Ira berhasil menutup wajah Geva menggunakan kain bayi.

"Bibi Ira, keluarlah. Kasian anak kamu sedang tidur." tiap kalimat yang keluar dari bibirnya, Kaleza seperti merasakan adanya bongkahan batu yang menimpa hatinya. Geva putranya, tapi dengan situasi yang tidak baik-baik saja, Kaleza harus melakukan ini.

Menempatkan Ira seolah-olah dia adalah ibu dari Geva.

Ira mengangguk paham kemudian pergi dengan bawahan Zairo yang turut serta mengawasinya.

Kini di ruangan super luas itu, hanya tersisa Kaleza juga Zairo. Kaleza yang berusaha menghindari tatapan maut Zairo, dan Zairo yang masih senantiasa memberikan aura intimidasinya terhadap wanita yang telah membuatnya kalang kabut mencarinya.

Perlahan kakinya melangkah mendekati Kaleza yang masih enggan menatap Zairo. Satu tangannya terangkat lalu mengapit dagu Kaleza, seulas seringai muncul di sudut bibirnya.

"Kaleza Odira, apa lo udah puas berkelana, hm?" tanyanya menarik wajah itu agar semakin mendekat, memaksa wanita itu agar menatapnya. Tidak mendapat jawaban, Zairo mengambil tindakan lain.

"Akhh!" ringisan Kaleza tertahan lantaran Zairo berganti mencengkram pipinya. Rasa panas di punggung tangan akibat sudutan rokok milik Zairo, cukup membuat Kaleza merasakan sakit.

Zairo yang ia kenal dulu bukanlah orang yang akan susah-susah memberikan tiap wajah emosi kepada Kaleza. Hari ini, Kaleza dihadapkan dengan Zairo versi baru.

"Kaleza Odira, apa lo udah puas berkelana?" kali ini Zairo kembali mengulang pertanyaannya disertai tekanan yang dia berikan pada punggung tangan Kaleza. Sudah pasti setelah ini akan meninggalkan bekas terbakar.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang