🌿15

56.4K 3.8K 525
                                    

Suara kicauan burung berhasil mengusik Kaleza dari tidurnya. Badannya menggeliat guna menemukan posisi nyaman untuk kembali menyelam alam mimpi  namun gerakannya terhenti usai merasakan perutnya seperti tengah dipeluk.

Dengan enggan Kaleza membuka matanya, sambil menguap Kaleza menunduk dan sudah mendapati pucuk kepala seseorang. Mencium dari aroma parfumnya, Kaleza cukup tau siapa yang sedang tidur seranjang dengannya.

Kaleza menghela napas, alisnya menyerngit lantaran merasakan perutnya yang tidak nyaman. Ia jadi ingat tadi malam Kaleza nekat meminum alkohol padahal Danis sudah mau menghentikannya. Dan setelah itu juga samar dia ingat Zairo menyusulnya kemari.

"Ck ck ck, sok-sokan dorong gue, ujung-ujungnya masih butuh kelonan gue." gerutunya dengan suara yang kecil. Pelan-pelan, dia menyingkirkan lengan kekar itu yang melilit perutnya, dalam hati Kaleza kembali menggerutu.

"Kenapa kagak minta si Alina itu kelonin sih." rutuknya setelah bebas dari kungkungan Zairo. Kaleza berjalan ke arah kamar mandi, entah mengapa tubuhnya terasa lengket juga perutnya sejak tadi seperti di aduk-aduk. Mungkin ini salah satu efek alkohol, ternyata tidak enak dan Kaleza pastikan bahwa semalam adalah terakhir dia meneguk minuman itu.

Menanggalkan pakaiannya, Kaleza berjalan menuju shower, detik berikutnya suara gemircik air terdengar. Namun tidak bertahan lama Kaleza berada di bawah shower karena dia sudah tidak tahan lagi untuk mengeluarkan isi perutnya.

Alhasil, gadis itu berlari menuju wastafel lalu mengeluarkan isi perutnya. Kaleza menjerit dalam hati, dia bersumpah tidak akan sok jagoan lagi untuk minum.

Beberapa saat kemudian Kaleza membasuh mulutnya, tatapannya terangkat lalu menatap wajah kuyunya dari cermin. Kepalanya menggeleng miris, pasti Zairo akan bertambah ilfiel melihat kondisinya yang sekarang. Kaleza ingin kumur-kumur, tapi niatnya itu terhenti lantaran baru menyadari sesuatu.

Matanya menyipit bahkan tubuhnya harus condong ke depan guna memperjelas apa yanf baru saja ia lihat.

"Sejak kapan dada gue ada stiker ungunya?" tanyanya seraya menyentuh memar-memar kecil yang menyebar hampir di seluruh dadanya. Bahkan pucuk dadanya baru ia rasakan sedikit nyeri.

Apa jangan-jangan ini efek alkohol? Sepertinya Kaleza memiliki alergi terhadap minuman itu.

Kaleza menggeleng ribut, sudahlah.

Setelah dirasa perutnya membaik, Kaleza melanjutkan agenda mandinya. Dari sana juga Kaleza tau, bukan hanya dadanya yang terdapat bercak-bercak merah, bahkan paha terdalamnya pun juga ada.

"Ck! Kayaknya itu alkohol udah kadaluwarsa." omelnya di sela menggosok-gosok badannya dengan perasaan kesal.

15 menit kemudian Kaleza keluar dengan wajah jauh lebih segar. Pandangannya jatuh pada tempat tidur, sosok Zairo sudah tidak ada. Mengabaikan hal tersebut, Kaleza segera merapikan barang-barangnya yang tidak banyak. Pagi ini dia harus pulang sebab jam 10 sekolahnya akan mengadakan pengumuman.

Sekarang masih jam 6 kurang 20 menit. Masih ada waktu bagi Kaleza untuk bersiap-siap.

Saat keluar, Kaleza sudah tidak mendapati sosok Zairo di atas tempat tidur. Mungkin lelaki itu sudah pulang ke villa-nya.

"Makasih, ya. Maaf juga kalo aku ngerepotin kalian."

Kaleza berpamitan pada dua kakak beradik itu yang nampaknya sedang memulai sarapan.

"Kak Kale ngomong apaan sih. Sama sekali gak ngerepotin kok." ujar Aria menghampiri Kaleza yang masih setia berada di posisinya. Gadis remaja itu menawarkannya sarapan yang segera Kaleza tolak secara halus.

"Pulang sendiri atau rombongan?" pertanyaan Danis tidak langsung dijawab Kaleza. Gadis itu nampak berpikir, kali ini Kaleza bingung memikirkan nasibnya. Tidak mungkin dia kembali ke villa mengingat Kaleza yang memilih untuk pergi dari sana.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang