🌿06

58.5K 3.9K 64
                                    

Kesibukan Kaleza menjadi saudara kembarnya ternyata mampu membuatnya elus dada.

Dua minggu sudah ia berusaha agar Zairo menerima kehadirannya namun ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang ada pria itu kian bertambah tantrum ketika bersamanya.

"Itu mantannya Zairo. Denger-denger dulunya saling mencintai, tapi entah apa alasannya hingga keduanya memilih berpisah." Zara, salah satu teman Delaza berbisik padanya.

Kaleza mengamati interaksi keduanya dan mulai membandingkan tingkah Zairo ketika bersamanya dan sang mantan. Sangat jauh.

Zairo bisa melempar senyum namun kepadanya tidak selain senyum meremehkan.

"Sakit banget liat dia akrab begitu." ujar Kaleza penuh dramatis tetapi berhasil membuat Zara menatapnya iba.

"Udah, mending lo nikmatin aja pestanya." sahutnya menghibur Kaleza dengan memberikan segelas minuman bening yang diterima Kaleza kikuk.

Sekarang Kaleza berada di salah satu acara teman bisnis Zairo. Kehadiran Kaleza sendiripun tidak jauh dari campur tangan Gavindra dan Tamari. Padahal pria itu sebenarnya tidak ingin mengajaknya. Mungkin alasannya karena kehadiran sang mantan.

Kaleza menatap gelas di tangannya lalu berganti menatap Zara yang santai meneguknya hingga setengah. Kaleza tidak pernah mencicipi minuman beralkohol tersebut, tapi ia tau efek yang akan ditimbulkan bila Kaleza nekat meminumnya.

Memilih menghindari resiko, Kaleza menaruh gelasnya saat ada pelayan yang kebetulan lewat. Tingkahnya itu tak luput dari Zara yang mengangkat satu alisnya.

"Tumben?"

"Lagi males." dustanya memainkan lidahnya dalam mulut. Zara ber oh ria, tanpa kata ia menarik tangan Kaleza menuju Zairo yang sedang asik berbincang dengan gadis rambut pirang alias mantannya.

"Hai," sapa Zara tersenyum ramah, tangannya memberi kode kepada Kaleza agar mengambil space di antara Zairo dan mantannya. Beruntung Kaleza keburu menangkap kodenya.

"Gue Zara, lo?" tangannya terulur sebagai tanda perkenalan, gadis pirang itu menyambutnya sambil tersenyum kecil.

Manis sekali.

Itulah yang Kaleza tangkap dari penglihatannya.

"Alina."

Kaleza membuka mulutnya sambil mengangguk, ternyata namanya Alina. Kepalanya bergerak ke samping tepat pada Zairo. Terlihat pria itu masih menatap Alina lamat seakan takut gadis itu hilang dari pandangannya.

Tidak bisa!

Kerjaan Kaleza bakal bertambah di mana kali ini ia harus berurusan dengan masa lalu Zairo.

"My Zai, kamu udah makan?" tanyanya penuh kelembutan. Zairo meliriknya tipis dan dengan sedikit kasar melepas tangan Kaleza dari lengannya.

Kaleza mengerucutkan bibirnya dan tingkah keduanya tak luput dari beberapa pasang mata.

"Aku belum makan. Temenin, ya..." rengeknya seperti bocah 3 tahun. Sifat manja Delaza sedang dirinya praktekan.

"Ck, lo ganggu banget." bisik Zairo tajam. Kaleza cuman mengulas senyum, mengabaikan wajah dingin tersebut ia dengan santai menggandeng kembali lengannya.

"Iya, aku tau kok aku manis. Gak usah jujur gitu." katanya malu-malu sembari menyembunyikan wajahnya di lengan kekar Zairo. Sesaat Kaleza berdecak kagum, otot-otot bisepnya begitu padat.

Zairo menghela napas pendek, pandangannya jatuh pada gadis pirang yang sedari tadi mengamati interaksi keduanya. Sadar ke mana arah pandangan Zairo, Kaleza segera mengambil tindakan.

KaleZaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang