30' 𝓜𝓔𝓙𝓐𝓡'𝓢 𝓒𝓞𝓓𝓔 𝓖28

242 16 0
                                    

" Adyan."

" Ya, Umi." Umi memegang pipi Adyan dan memandang tepat ke dalam anak mata Adyan yang sembab dan lesu.

Sudah berminggu-minggu Dia menangis dan menunggu Arfana bangun dari tidur lenanya. Penat sungguhkah gadis itu sehinggakan dia masih tidak membuka mata sejak kejadian di tangga itu? Tapi adyan langsung tidak menyesal kerana Akhirnya gadis itu ada di depan matanya. Sehinggalah hari ini, dia pulang ke rumah umi.

Disaat semua orang mencari kehilangan Arfana Faiqa, dia hanya diam dan tutup mulut. Sampai sekarang mereka masih mencari permata mereka yang satu itu tapi sayangnya, Adyan masih tidak mahu melepaskan gadis itu dari genggamannya. Jadi, biarkan mereka terus mencari walaupun Nampak seperti orang bodoh.

" Kenapa Umi Nampak Yan lesu sangat. Yan tak cukup rehat ke?"

" Yan banyak kerja nak kena urus. Itu yang tak cukup tidur tu. Umi jangan risau ya?" Bahu Umi dielus lembut.

" Umi risau sebab Yan anak Umi. Umi jaga anak-anak umi cukup sempurna, takkanlah sebab kerja, Yan terus jadi tak terurus macam ni? Atau, Yan ada sorok sesuatu dari Umi?"

Mata Adyan naik menikam anak mata Uminya agak garang. Tidak suka akan persoalan yang berbaur tuduhan itu terhadapnya.

" Umi nak cakap apa ni? Yan penatlah." Soalnya tanpa basa basi.

" Yan jujur dengan Umi." Kedua belah pipi Adyan di pegang dan dielus penuh kelembutan. Adyan pula hanya diam tidak mahu menjawab.

" Dia kat mana?" Soal umi berhati-hati.

" Siapa?" Adyan menyoal kembali.

" Yan tahu siapa yang Umi maksudkan. Bagitahu Umi, Sayang." Adyan Diam tidak menjawab. Matanya tampak garang dan tidak berperasaan saat ini.

" Yan, Yan bagitahu Umi. Umi janji takkan bagitahu orang lain." Tapak tangan diangkat seperti bersumpah. Dan Adyan gelak sinis memandang Umi.

" Umi masih anggap Yan budak-budak?" Umi menggeleng mendengar soalan Adyan.

Adyan menolak Umi sedikit menjauh darinya. Matanya kembali berair dan hanya masa untuk tumpah ke pipi merahnya. Dia memeluk tubuh sambil mata menatap Uminya sangat tajam.

" Umi tahu-"

" Umi tahu yang Yan Sayangkan Faiqa lagi awal dari Abang kenal dia. Yan-"

" Yan yang minta izin dengan Umi untuk melamar Faiqa dulu sebelum Abang. But Why?"

" Apa kurangnya Yan dimata Umi dan Ayah? Umi tahu yang Yan dah lama Cintakan Faiqa! Dan Umi adalah orang pertama yang tahu kehadiran Faiqa sejak Yan Remaja, Umi!"

" Tapi kenapa Hak Yan selalu diabaikan? Yan ni anak pungut ke Umi?" Tergeleng kepala Umi. Air mata tua itu turut mengalir laju.

" Umi janji nak lamar Faiqa untuk Yan. Tapi kenapa berakhir dia dengan Abang?"

" Aariz tak pernah jatuh cinta. Umi kasihankan dia, Yan" Adyan menarik-narik rambut sendiri setelah mendengar alasan Uminya.

" Umi kasihankan dia? Habis, Yan? Umi tak kasihan? Dia cinta pertama Yan! Yan ni pun anak Umi! Umi selalu pertahankan dia sampaikan Umi tak sedar yang Umi dah pun hancurkan sekeping hati milik anak bongsu Umi. Yan jadi macam ni sebab Umi. Bukan sebab orang lain."

" Kenapa keluarga kita harus jadi macam ni lepas kehadiran Faiqa?" Soalan Umi menimbulkan amarah Adyan.

" Umi nak salahkan Faiqa pula?" Soalnya dengan cerlungan.

" Jangan sibuk cari salah orang lain kalau salah sendiri dibutakan. I told you the truth, you're the main problem!"

" ADYAN!" Tangan naik menampar anak bongsunya sendiri. Terketar-ketar tangan nya. Itulah kali pertama dia naik tangan terhadap anak-anaknya. Umi meraup wajah berkali-kali.

" Yan jadi macam ni kerana Umi. Umi penyebab keluarga kita jadi macam ni." Umi menggeleng menidakkan segala tuduhan dari Adyan.

" Yan cintakan Faiqa. Sampai mati pun cinta Yan tetap untuk dia. Dia hidup Yan, Dia nyawa Yan. Sekalipun Yan perlu memilih, Yan tetap pilih Faiqa. Untuk pengetahuan Umi lagi, Dia lah perempuan yang jadi penguat Yan waktu belajar dulu. Kerana Umi, tak pernah ambil kisah tentang Yan sejak dulu. Yan cintakan Faiqa." Tergamam Uminya mendengar ayat anak bongsunya.

" Kalau Umi pinangkan Faiqa untuk Yan dulu, yan takkan jadi biadap macam hari ni Umi. Tapi Umi pinangkan Untuk Aariz." Saat itu air matanya kembali gugur menyembah bumi. Tidak mampu lagi dia bertahan dan berlagak kuat di depan Umi.

Lutut jatuh ke lantai dan Adyan terus meraung disitu.

" Umi tipu Yan. Umi mungkir janji. Sejak Abang selalu dapat keputusan cemerlang, Umi selalu mungkir janji dengan Yan. Yan bodoh! Yan sepatutnya tak payah terlibat lagi dengan keluarga ni sejak dulu. Umi dengan Ayah lebihkan Abang dalam segala hal. Yan—yan dipinggirkan..." Umi turut melutut lalu memeluk Adyan dalam tangisan.

" Umi minta maaf. Umi sayangkan semua anak-anak Umi. Tapi Umi lalai, Umi lalai dalam memberi kasih sayang. Maafkan Umi. Semuanya salah Umi."

Hatinya sakit. Jiwanya terluka dengan segalanya. Jahatkah dia jikalau dia perlu berkelakuan begini terhadap manusia yang sudah bersusah payah melahirkannya? Tapi bagaimana dengan hati Adyan sendiri? Bukankah derhaka itu ada dalam segala hal? Anak derhaka kepada ibu bapa atau Ibu bapa yang derhaka terhadap anak? Bagaimana dengan keadaan sekarang? Adakah keduanya berlaku serentak?

" Yan sakit Umi. Hati Yan sakit sangat sejak dulu. Dekat sini, sakit sangat" Adyan menumbuk dada sendiri dengan mata merah menyala dan air mata yang tidak pernah kering.

" Yan betul-betul cintakan Faiqa. Yan sayangkan dia. Yan perlukan Faiqa dalam hidup. Kenapa Umi perlu pisahkan kami?"

" Tapi dia tak cintakan Yan, sayang..." Umi memujuk.

" Dia tak cintakan abang juga. Dia baru belajar nak cintakan Aariz. Jadi dia boleh je belajar untuk cintakan Yan kalau Umi tak khianat Yan waktu tu."

" Umi sengaja hantar Yan jauh-jauh, kononnya nak suruh kawan Umi buatkan baju kahwin Yan sampai ke London sana semata-mata nak kahwinkan Aariz dengan pujaan hati Yan!"

" Umi dah janji dengan Yan masa tu, nak pinangkan Faiqa untuk Yan. Yan pergi London untuk Umi. Tapi Umi tipu Yan. Sampainya hati Umi. Sampai hati Umi hancurkan hati anak bongsu Umi semata-mata untuk anak kesayangan Umi." Adyan tunjuk ke arah hatinya seolah-olah Umi dapat melihat isi dalamnya.

" Patutlah waktu Yan pergi jumpa dia di pejabat dulu, dia tak kenal Yan... rupanya, Umi tak pinangkan pun Faiqa untuk Yan. Sedangkan waktu tu, dia belum kenal siapa Abang." Umi pejam mata serapat yang boleh.

Ya, dia menyesal atas perbuatannya. Adyan jadi begini kerananya. Andai masa boleh diputar kembali, dia pasti tidak akan mengkhianati anaknya sampai begitu.

" Yan diam sebab Yan hormat Umi. Tapi Yan pun manusia biasa Umi, sampai masa, Yan perlu luahkan. Seperti sekarang." Perlahan saja suara menutur terhadap Umi.

" Yan kecewa dengan Umi?" Soal Umi dalam tangisan.

Melihat mata Adyan sahaja dia sudah tahu yang Adyan sudah lama Kecewa kepadanya. Mungkin kecewa kerana memiliki Ibu sepertinya. Tiada guna. Pasti sakit bila perlu memendam rasa terlalu lama. Maafkan Umi kerana tidak peka.

" Yan cintakan Faiqa sangat-sangat, Umi"

" Yan cintakan Faiqa sangat-sangat!"

Menyengat jiwanya mendengar ungkapan cinta dari mulut adiknya sendiri di hadapan Umi. Dan yang paling mengejutkan adalah, kata cinta itu untuk isterinya. Arfana Faiqa. 

OG | | MEJAR'S CODE G28Where stories live. Discover now