Chap. 3 : Magic Battle (2)

5.9K 363 22
                                    

Queela's Pov

Hebat sekali. Sekolah sampai repot-repot membuat asrama khusus untuk kelompok yang lulus Magic Battle pertama.

Asrama ini sangat luas dan hebat, Rie lansung menarikku ke salah satu kamar, "Wuah ! Kamarnya luas sekali ! Kita bisa dapat kamar seperti ini ya !", seru Rie dengan antusias.

Aku bingung, "Rie ? Bagaimana kau tahu ini kamar kita ?", tanyaku bingung.

Rie malah menatapku heran, "Bukankah di depan pintu sudah ditulis ? Tuh.", kata Rie sambil menunjuk kertas berbentuk bunga dengan tulisan "Rie & Queela".

Hoo...teliti sekali, ya...

Aku melihat kamar-kamar lainnya, Zun sekamar dengan Kay, Akira sekamar dengan Ren, dan Asseyn sekamar dengan Jimmy.

Asramanya sangat mewah ! Setiap kamar bahkan mempunyai 1 kamar mandi ! Ada ruang keluarga, dapur, ruang makan, bahkan halaman. Sungguh, dibanding asrama ini lebih pantas disebut bungalow.

Uhk...soal memasak aku serahkan pada Rie. Aku tidak mau teman-temanku mati dengan tidak elitnya karena keracunan makanan.

Begitu sampai di kamar masing-masing, kami lansung sibuk sendiri-sendiri.

Aku melihat Rie memperhatikan suatu foto dengan mata berkaca-kaca, "Okaa-san...Otou-san...kalian sehat ? Aku sudah punya banyak teman...kalian tak perlu khawatir. Semoga tugas kemalaikatan kalian baik-baik saja, ya....", aku mendengar gumaman Rie.

Spontan, aku lansung berdiri dan berjalan ke arah Rie, dan aku segera mendekapnya erat.

Hal itu pastinya membuat Rie bingung, "Queela ?", panggilnya. Aku masih mendekapnya, "Jangan sungkan-sungkan kalau kau ingin menangis.", kataku.

Sehabis itu, aku mendengar isakan kecil, namun semakin lama semakin besar suaranya.

Aku mengelus punggungnya yang gemetar, berusaha menenangkannya.

"Sst...tenang saja. Kau tak sendirian. Masih ada kita. Tenang saja, ya ?", kataku lembut sambil mengusap tangan kirinya.

Rie nampaknya segera menghapus air matanya menggunakan tangan kanan dan tersenyum dengan sedikit pahit, "Iya...kau benar. Terima kasih, Queela. Sungguh terima kasih.", ujar Rie.

Kurasa pipiku memanas, aku tak biasa dipuji.

Sekarang, Rie sudah nampak semangat lagi. Aku juga senang.

Aku berkacak pinggang, "Ya sudah, ayo, kita makan siang dulu. Um...Rie, kau bisa masak, tidak ?", tanyaku memastikan. Bisa puasa hari ini kalau Rie tidak bisa memasak.

Kulihat Rie tertawa kecil, "Hehe, tenang saja, Queela. Aku pintar masak, kok. Nilai tata bogaku paling tinggi di kelas.", kata Rie dengan ceria. Aku pun merasa lega karena sudah tersedia juru masak di sini selama beberapa hari.

Tapi, aku merasa sedikit bingung, "Nilai tata...boga ? Pelajaran apa itu ?", tanyaku.

Rie membulatkan matanya, "Queel, kau tak tahu ? Ah, di Magician Academy tidak ada pelajaran tata boga, ya ?", tanya Rie.

Aku hanya mengangguk.

"Hm...pelajaran tata boga itu adalah pelajaran memasak. Biasanya kami akan dibagi menjadi beberapa kelompok lalu disuruh memasak sesuatu oleh senseinya. Bisa kare, spaggheti, kroket, atau yang lain. Menunya macam-macam. Setelah masakannya jadi, sensei akan mencoba masakan setiap kelompok dan kita akan diberi nilai sesuai dengan rasanya."

Rie berkata panjang lebar, waow. Tidak biasanya.

Rie menepuk pundakku pelan, "Ya sudah. Kau mau ngapain ? Aku mau memasak makan siang.", tanya Rie padaku.

Magician Academy [END]Where stories live. Discover now