Ren's Pov
Uhk...apa yang kupikirkan ? Kenapa aku memeluk Rie ?
Aku tidak tahu kenapa, tapi setelah melihat wajah Rie yang penuh dengan kesedihan, rasanya tanganku bergerak sendiri.
Dan tahu-tahu, aku sudah memeluknya.
Sadar, aku lansung melepas pelukanku pelan dan mengusap rambutnya lembut, "Jangan cemas. Mereka akan baik-baik saja. Aku yakin.", ujarku seraya menenangkan Rie.
Rie mengangguk kecil, aku bisa melihat semburat merah yang samar (benar-benar sangat samar) di pipinya.
Rie menggenggam kedua tanganku, "Um. Terima kasih, Ren.", ujar Rie.
DEG
DEG
DEG
Uhk...sial, lagi-lagi jantungku berbuat ulah.
Dan kali ini, aku yakin kalau akulah yang sekarang mengeluarkan semburat merah walau tidak sesamar Rie tadi.
Aku mengangguk pelan dengan tetap wajah datar walau dipastikan semburat merahku masih terlihat.
Rie memandangku bingung, "Ren, kau demam ? Apa kau sakit ? Wajahmu merah, lho.", tanya Rie dengan wajah polosnya yang benar-benar imut.
DEG
DEG
Aduh..., jantungku berisik lagi.
Tapi, oh Tuhan, Rie sekarang benar-benar manis. Sangat manis ! Bahkan terlalu manis. Aku tidak kuat terus-terus an melihatnya.
Aku menggeleng pelan, dipastikan kalau sekarang semburat merahku benar-benar terlihat.
"A-aku tidak apa-apa. Tidak usah khawatir.", ujarku pada Rie.
Rie mengangguk pelan dan tersenyum kecil.
Oh Tuhan, semoga aku masih bisa bernafas kalau melihat Rie seperti ini.
(Sepertinya Ren-kun terlalu...gimana ya ? (●>3<●))
"Ehem ehem. Kayaknya kita semua diabaikan nih~", ujar sebuah suara.
Aku menoleh kesal dan melihat Jimmy yang sekarang sedang tersenyum lebar (baca : nyengir) sambil memberikan tanda peace.
Aku menghela nafas kesal.
Dasar, dia benar-benar mengganggu.
Aku melihat sekeliling. Beberapa orang menatapku kesal. Dan mereka adalah senior Shu, Mijyu, Mary, dan...
...Satoushi ?
Dalam batinku, aku tersenyum sinis.
Hee, sudah kuduga kalau Satoushi juga pasti menyukai Rie. Sangat terlihat dari caranya menatap Rie.
Tapi, kau kira aku akan diam saja kalau melihatmu dan Rie sangat akrab ?
Tidak dan tidak akan pernah.
Kudengar dehemen seseorang yang ternyata Akira, "Uhum, kalau mau lanjut silakan. Jangan marah saja kalau tertinggal.", ujar Akira yang kayaknya sedikit menyindir.
Kulihat lagi Senior Kazuto yang menghela nafas kesal, "Situasi sedang genting, tapi kalian malah asyik sendiri. Dunia seakan milik kalian berdua, ya ?", tanya Senior Kazuto.
Uhk, pipiku masih merona lagi.
Aku menengok ke arah senior Yuuma yang sedang tersenyum penuh arti, "Ren, kau sudah benar-benar berkembang, ya...", ujar Senior Yuuma.
YOU ARE READING
Magician Academy [END]
FantasyRie Ayanasaka, anak yatim piatu yang tinggal di daerah Nagoya. Hidupnya dilalui penuh penderitaan. Pandangan memuakkan yang ia terima dari orang-orang, membuat Rie membenci kehidupannya. Ditambah dengan perlakuan busuk dari bibinya, membuat Rie sud...