Chap. 31 : Kay Another Personality

2.6K 154 11
                                    

Varl's Pov

Hanya ada satu yang kurasakan sekarang.

Emosi.

Melihat jasad Jena yang mengenaskan seperti ini membuat amarahku memuncak.

Sebenarnya aku baru saja ingin menyerangnya dengan emosi ini...-

'Varl, kendalikan emosimu. Menggunakan emosi secara gegabah dalam pertarungan itu berarti kau sengaja membuat dirimu kalah.'

-...namun kalimat dari Jena tiba-tiba tergiang di pikiranku.

"Varl, kendalikan emosimu. Menggunakan emosi secara gegabah dalam pertarungan itu berarti kau sengaja membuat dirimu kalah.", kata Jena.

Varl baru saja menghajar Dundy karena mengejek Jena.

Varl mengeryitkan dahinya, "Memangnya aku pernah begitu ?", tanya Varl.

Sekarang giliran Jena yang mengeryitkan dahinya, "Ihh, ya ampun, Varl ! Kapan kau bertarung tanpa emosi !? Kepalamu terbentur, ya jangan-jangan !? DOKTER !!", seru Jena sambil menyentuh kening Varl.

Varl menyentil kening Jena, "Apa-apaan, sih...", ujar Varl kesal.

Jena tersenyum lebar -cengengesan-, "Aow ! Hahaha, aku bercanda kok...! Jangan dianggap serius, Varl !", seru Jena.

Varl mengerutkan dahinya kesal, namun tak dipungkiri kalau rona merah juga muncul di wajahnya.

"Varl..!", seruan dari Shu-san berhasil menyadarkanku ke waktu sekarang.

Aku mendongak dan melihat angin yang kencang menuju ke arahku.

Aku lansung melompat dan menghindari serangan itu.

Aku melihat tatapan teman-temanku yang cemas.

Ha ha ha, kenapa sekarang aku malah teringat dengan kenanganku bersama Jena ?

Sadarlah, Varl.

Jena sudah tidak ada di dunia ini.

Kenapa kau harus terus memikirkannya ?

Kau adalah orang yang bodoh Varl.

"Magic Laser : dual", ujarku.

Dari tangan kanan dan kiriku, muncul pistol yang sama persis.

Aku pun melompat tinggi.

Aku menembak laser itu ke arah laki-laki bernama Redya ini.

Laki-laki bernama Redya ini tampak terkejut, ia segera bersalto di udara ke belakang.

Redya menyeringai, "He...itu mengagumkan. Aku tidak tahu ada sihir seperti itu, padahal aku informan sihir.", ujarnya santai.

Aku berdecih kesal melihatnya masih santai, "Tch, kau santai sekali. Kalau boleh jujur, itu menyebalkan.", ujarku membalasnya.

"Varl, minggir ! Curse Tree !", seru Kay tiba-tiba dari belakangku.

Empat buah pohon besar tiba-tiba muncul dari kanan, kiri, depan dan belakang Redya.

Daun-daun dari empat buah pohon tersebut lepas dan menempel di kedua mata Redya.

Sulur-sulur juga muncul dan mengikat kaki dan tangan Redya.

Redya menyeringai, "Ck ! Ini, sih, hal yang gampang ! Kaze Buro !", seru Redya.

Sebuah angin lansung muncul dan menyabet-nyabet pohon serta sulur itu.

Magician Academy [END]Where stories live. Discover now