Chap. 13 : The Mysterious Boy

3.3K 248 11
                                    

Rie's Pov

Kulihat matahari mulai tenggelam, langit yang awalnya berwarna biru cerah, berubah menjadi warna jingga, dan berwarna biru gelap 1 jam setelahnya.

Sekarang pukul 6 malam lewat 7 menit.

Aku, Yuuma-san, Chris, Kaname, dan Mary sedang menyiapkan makan malam. Sama seperti tadi siang, 1 beast dan 1 1/2 ikan.

Untuk sekarang, yang bisa memasak memang hanya kami berlima.

Aku terkejut, baru 1 hari memulai perjalanan, tiba-tiba muncul tambahan 5 teman se-perjalan-an.

Chris yang cocok kalau jadi trap, Kaname yang punya rasa tanggung jawab yang tinggi, Satoushi yang cerewet dan sangat heboh (malah bisa dibilang = Jimmy + Akira = Satoushi), Dundy yang cerewet dan hebohnya se-enggaknya ga kayak Satoushi, dan Varl yang tenang dan tegas.

Selesai makan malam (yang sangat ribut dan berisik, tapi setelah dibentak Kaname dan Kazuto-san, lansung sunyi senyap), aku pergi menyendiri di balik pohon.

Aku duduk di atas tanah, dan mengambil 2 cetak foto di saku dari sweater-ku.

Itu adalah foto-ku dengan Queela.

Foto pertama ku dengan Queela adalah saat pertama kali di dunia sihir. Foto kedua ku dengan Queela adalah  saat kita di asrama saat Magic Battle.

"Rie ! Rie ! Sini, deh !", panggil Queela sambil menarik tangan kananku. Aku melihat kamera analog yang ada di tangan kirinya.

"Ada apa, Queela ?", tanyaku dengan wajah datar nan bingung.

Queela kelihatan memamerkan kamera-nya, "Aku baru saja beli kamera ! Ayo, kita berfoto ! Terus kita cetak, masing-masing simpan, ya !", seru Queela. Lalu kami berfoto.

Tanpa kusadari, air mata mengalir dari ke-dua bola mataku. Aku terisak pelan, berkali-kali aku mengusap air mataku yang ke luar, justru ini malah semakin deras.

kenanganku dengan Queela ter-ingat satu-persatu di memoriku.

"Huh...huhuhu...Queela ... Queela ...", isakku.

'Queela...kenapa harus kau ? Kenapa harus kau yang pergi dari sini ? Pergi dari kami ?'

"RIE~!" , teringat suara cempreng nan keras dari seseorang memanggilku, kalau aku tidak tahu etika, mungkin aku sudah mengumpat sekarang.

"KYAA ! Queela ! Huhh, jangan mengagetkanku !", protesku, berusaha melepaskan diri dari pelukan maut Queela.

"Hahaha, maaf. Maaf. Tidak sengaja.", ujar Queela sambil cengengesan, sehingga tanpa sadar, senyum tersungging dari bibirku.

Saat-saat seperti itu adalah saat-saat di mana masih penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan.

Aku menahan mulutku agar tidak ter-isak lebih keras, atau tidak, mungkin seseorang akan melihatku menangis.

Aku tidak mau ada orang yang melihatku menangis.

Aku tidak mau terlihat lemah.

Dan--hei, ini ke-empat kalinya aku menangis, kan ?

Air mataku terus mengalir, namun akhirnya berhenti karena ker-terkejut-an ku.

Sebuah pelukan dari belakang, pelukan yang hangat, dan menenangkan. aku pastikan kalau yang memelukku adalah laki-laki, karena tangan yang memelukku ini kekar dan ber-otot.

Pelukan yang hangat ini justru memaksa air mataku kembali ke luar, aku kembali ter-isak, namun aku berusaha keras menahannya.

"Kalau kau mau menangis, jangan ditahan."

Magician Academy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang