Rindu

29.3K 1.9K 33
                                    

Sore ini, seperti biasanya. Aku duduk di balkon kamarku sambil memandangi langit. Handphone ku bergetar, sebuah pesan singkat masuk.

From: Gana

Alea, kemarilah, aku ada di ruang tamu.

Aku mengerutkan dahi. Ada apa Gana kemari? Aku beranjak dari tempat dudukku, kemudian menuju ruang tamu.

Sampailah aku di ruang tamu, aku takjub dengan apa yang sedang ku lihat saat ini. Gana dan Mama Papaku tengah bercanda. Senyumnya merekah, sangat indah. Aku menatapnya sangat lama. Mereka belum sadar akan kehadiranku disini.

Aku memilih ikut berbaur bersama mereka. Gana yang tersadarpun melayangkan sapaan.

"Hai, Al."

"Hai, Gana."

Retina kami bertemu, tanpa sadar aku tersenyum, begitupun Gana. Aku melupakan bahwa aku sedang berada di depan orang tuaku.

"Pa, sepertinya kita menjadi obat nyamuk," sindir mamaku dengan suara pelan.

Aku dan Gana tersadar. Kami menjadi salah tingkah. Gana menggaruk tengkuknya.

"Apaan sih, Ma. Siapa juga yang menjadikan Mama dan Papa sebagai obat nyamuk?" aku bertanya dengan muka yang bodoh.

"Bukan siapa-siapa. Ini, nih, disini banyak nyamuk. Iya kan, Pa?" tanya Mama sambil menyenggol lengan papa.

"Eh, iya, Ma. Disini banyak nyamuk. Makanya papa mau beli obat nyamuk," ucap Papa sambil menepuk tangannya seolah memang banyak nyamuk.

Aku memicingkan mataku. Sekarang mama dan papaku yang terlihat salah tingkah. Suasana menjadi hening.

"Kamu kenapa, Al?" tanya Gana memecah keheningan.

Aku terlonjak. Aku melupakan Gana.

"Eh, tidak apa-apa, kok," jawabku.

"Sini, duduk."

Gana menyuruhku duduk di sampingnya, tepat berada berseberangan dengan Mama dan Papa. Aku menurutinya.

"Kenapa kamu ke rumahku?"

"Aku rindu," jawaban Gana membuatku terdiam.

Papa berdehem.

"Bukankah tadi kita sudah bertemu?"

"Iya, memang. Tetapi rinduku berontak, tidak bisa diatur. Aku lelah, jadi lebih baik aku menurutinya," jawab Gana sambil tersenyum.

"Seperti ini, Ma, calon menantu idaman Papa," ucap Papa sambil menatap Gana takjub.

Aku memandangi Papaku, apakah aku tidak salah dengar?

"Papa bilang apa?"

"Alea sayang, Papa kira telinga kamu tidak bermasalah."

Aku meneguk air ludahku.

"Omyah, Alea boleh saya ajak jalan-jalan?" tanya Gana.

Tunggu sebentar, Omyah? Panggilan macam apa itu?

"Tidak perlu heran. Tadi Om bilang kalau saya calon menantu, bukan? Maka dari itu, saya menganggap Om sebagai calon ayah saya," ucap Gana sambil terkikik.

Papa menggelengkan kepalanya sembari tertawa.

"Silakan ajak Alea jalan-jalan, sepertinya dia juga bosan di rumah. Tetapi ingat, jangan pulang malam-malam."

"Kalau begitu, besok pagi saya antar Alea pulang," ucap Gana sambil menatapku.

Aku mencubitnya, Gana sangatlah aneh. Sepertinya di dunia ini hanya ada seorang manusia seperti Gana. Menjengkelkan, untung Alea sayang.

"Aduh, sakit, Al."

"Habisnya ngeselin banget."

"Sudah, katanya mau pergi?" ucap Mama.

"Iya Mama, iya. Alea pergi dulu, assalamualaikum," ucapku sambil mencium tangan Papa dan Mama. Begitupun dengan Gana.

"Waalaikumsalam, hati-hati."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang