Luka Lagi

15.7K 996 7
                                    

Aku mengerjapkan mataku dan membukanya perlahan. Pemandangan pertama yang tertangkap iris mataku adalah plafon sebuah ruangan berwarna putih, pun seorang pria berperawakan jangkung tengah menatap pemandangan di jendela.

Aku menerawang kejadian terakhir sebelum aku kehilangan kesadaranku. Saat dimana dia menghancurkan segalanya dan mengharuskanku berpisah dengan masa depan indah yang telah tertata rapi. Sayang sekali, doa yang sering kurapalkan di sepertiga malamku tak diizinkan Tuhan untuk terwujud.

"Hey, sudah sadar?"

Suara itu memaksaku keluar dari lamunanku. Aku menatapnya dan mata kami bertemu. Senyuman di bibir itu menghangatkan hatiku. Aku membalasnya, namun sial, aku teringat lagi saat Gana memutuskan hubunganku dengannya. Jadilah aku tersenyum dengan perasaan aneh.

"Hey, aku tak menyukai senyumanmu. Jangan seperti itu, lupakan kejadian kemarin," tembakannya tepat sekali. Aku mencoba bersikap biasa saja, namun aku tak pandai menyembunyikan perasaan ini.

"Tenanglah, Alea. Aku selalu berada di sisimu, jangan bersedih lagi."

Aku tersenyum padanya, namun dengan perasaan yang sudah lebih baik. Ia mengelus puncak kepalaku lembut. Perlakuannya padaku membuatku memutar ulang saat Gana melakukan hal yang sama. Lalu dengan cepat, aku mencoba untuk tidak mengingat lagi kejadian di hari lalu.

Aku mencoba bangkit untuk duduk, Aldo dengan sigap membantuku. Setelah itu, ia mengambilkan minum untukku. Aku menenggaknya hingga tak tersisa. Aku memberikan gelas yang telah kosong kemudian berterimakasih.

"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya.

"Sudah lebih baik."

"Baiklah, cepat sembuh, ya."

Aku mengangguk pelan. Beberapa menit saling bungkam, aku memutuskan untuk angkat bicara. "Aldo, ajak aku berkeliling. Aku bosan," ucapku sambil menekuk wajahku.

Tak kusangka, respon Aldo membuatku membulatkan mata; Ia mencubit gemas kedua pipiku. Aku tidak merasa risih, namun bingung. Mengapa beberapa minggu ini, sikapnya berubah menjadi lebih perhatian kepadaku? Oh tidak, aku tidak boleh percaya diri berlebih.

"Yuk, tetapi aku punya syarat. Kamu dilarang berjalan."

Aku menatapnya heran, tetapi sepertinya ia menangkap raut keherananku.

"Em- keadaanmu belum benar-benar pulih. Jadi, jangan terlalu memforsir tenagamu," jelasnya.

"Baiklah," putusku pasrah.

Aldo mengambil kursi roda kemudian membantuku untuk turun dari ranjang rumah sakit. Aku kesusahan karena punggungku masih terasa perih dan pada akhirnya, Aldo membopongku dan kemudian mendudukkanku di kursi roda.

Aneh sekali, saat ia membopongku, aku merasakan detak jantungnya berdetak kencang. Aku mengabaikannya karena menurutku mungkin ia menahan berat tubuhku.

Ia mendorong kursi rodaku keluar dari ruangan, membawaku turun ke lantai dasar dan menuju taman. Aku sempat mengira keluar dari ruang rawat inapku adalah hal yang benar, namun semuanya berubah menjadi sebuah kesalahan untukku. Suasana hatiku berubah saat aku bertemu seseorang yang tak menginginkan kehadiranku lagi, ditambah dengan gadis yang mungkin tengah berbahagia karena berhasil membalaskan dendamnya. Aku tersenyum kecut mendengar mereka tertawa bersama. Aku tak menyukainya, namun aku tak berhak lagi melarang mereka. Takdir begitu kejam memisahkan aku dan Gana dengan cara licik seperti ini.

Mereka seperti tak peduli keberadaanku, tak peduli rasa sakitku. Aku memalingkan wajahku saat mereka lewat di depanku. Dadaku terasa sesak. Aku merasa benci harus berada di tempat yang sama dengan mereka berdua. Melihat Gana dengan senang hati mendengar bualan Thea tentang kejadian ia terluka kemarin, aku merasa tak tahan, apalagi saat mendengar Gana dengan antusias menyumpah-serapahiku. Aku mengajak Aldo kembali ke ruang rawatku dengan air mata menggantung di pelupuk.

"Aku sangat menyayangkan saat-saat seperti ini, saat dimana aku membutuhkanmu, tetapi kamu juga dibutuhkan olehnya. Aku butuh tempat untuk mencurahkan segala keluh kesahku, tetapi ternyata kamu juga menjadi tempat mencurahkan keluh kesahnya. Aku membenci saat-saat seperti ini, saat dimana aku terjatuh namun tak ada yang membangkitkanku, yang kuharapkan untuk membangkitkanku lebih memilih membangkitkan orang lain."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang