Tatapan Serupa

16.8K 1.1K 12
                                    

Bel berbunyi, aku dan Gana merapikan buku yang berserakan di mejaku karena baru saja kami selesai belajar bersama, sementara yang lainnya sibuk menyalin PR fisika yang belum dikerjakan.

Semua murid berlarian duduk di bangku masing-masing. Bu Fatimah -guru fisika- datang, diikuti seorang gadis berambut panjang yang tergerai. Bu Fatimah mengucap salam dan kami -siswa sekelas- menjawabnya. Kemudian, beliau mempersilakan gadis tersebut untuk memperkenalkan diri.

"Selamat pagi, teman-teman," ucapnya sambil melambaikan tangan dan tersenyum.

"Pagi."

"Perkenalkan, namaku Althea Rainia. Kalian bisa memanggilku Thea. Aku murid pindahan dari Bandung. Senang bisa bertemu dengan kalian, semoga kalian berkenan berteman denganku. Ada pertanyaan?"

"Sudah punya pacar?" tanya Aldo yang notabenenya adalah playboy.

Thea tersenyum, lalu menggeleng.

"Aku belum memikirkan hal-hal seperti itu. Lagipula, siapa sih laki-laki yang mau kepadaku? Aku hanya gadis desa."

Aldo menganggukkan kepalanya. Disusul dengan acungan tangan Rendy yang memiliki status sama seperti Aldo.

"Aku mau kok sama kamu. Kamu cantik, tapi lebih cantik Alea, sih," ucap Rendy. Tak berselang lama, sebuah kotak pensil mendarat di dahinya.

"Sotoy, lo," sinis Gana dengan tatapan tajamnya.

"Santai bro, bercanda doang. Ngomong-ngomong, dahi gue nggak benjol, kan?"

"Benjol, tuh. Segede bakpau," sahut Aldo sambil terkikik.

Kelas menjadi ricuh. Aku menatap Gana yang sedang adu mulut dengan Rendy. Bu Fatimah mulai naik pitam karena keramaian yang terjadi di kelas.

"Berhenti!" teriak Bu Fatimah membuat kelas menjadi hening seketika.

"Nah, seperti ini kan lebih berestetika," ucap Bu Fatimah, lagi.

"Thea, kamu bisa duduk di depan Gana. Gana, angkat tanganmu!"

Gana mengangkat tangannya. Aku menatap Thea yang tengah memandangi Gana tanpa berkedip. Sedetik kemudian, ia tersenyum dan berjalan menuju bangku yang ditunjuk Bu Fatimah.

Sebelum duduk, Thea menghentikan langkahnya tepat di depan Gana. Ia menjulurkan tangannya.

"Aku Thea, semoga bisa berteman baik," ucapnya sambil tersenyum.

Gana menerima uluran tangan Thea, "Aku Gana, semoga bisa berteman baik juga."

Thea tak berhenti menatap Gana. Ada yang aneh dengan perasaanku saat melihat tangan mereka bersalaman lama. Aku mengerti tatapan tersirat Thea kepada Gana karena sejatinya aku juga pernah berada diposisinya.

Gana tersenyum, senyuman yang biasa ia perlihatkan kepadaku, ia perlihatkan juga kepada Thea. Senyum yang membuatku candu itu telah terbagi. Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku.

Mengapa mereka sama-sama terdiam, saling tersenyum, dan bertatapan sangat lama?

Baiklah, demi apapun aku sudah tidak tahan melihatnya. Aku menunduk dan mengatakan sesuatu kepada Aruna, teman sebangkuku, "Run, aku mau ke toilet sebentar. Tolong izinkan aku kepada Bu Fatimah."

Aruna memegang bahuku, "Pergilah, aku tahu perasaanmu."

Aku berdiri, lalu berlari tanpa mempedulikan tatapan teman-teman sekelasku. Sungguh, aku tidak menyukai Gana seperti itu kepada orang lain.

Sesaat sebelum aku sampai di pintu kelas, aku mendengar suara Aldo yang berteriak.

"See, dia kabur. Hatinya sudah hancur karena ada yang sedang berbagi tatapan cinta dengan orang lain yang baru dikenalnya."

Aku tak menggubrisnya, aku terus berlari dengan deraian air mata.

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang