Sepakat

15K 1.1K 12
                                    

Sore ini, Tante Ranti memintaku untuk menemani beliau di rumahnya. Akupun segera bergegas. Disana tidak ada siapapun, hanya ada aku dan Tante Ranti. Om Wijaya masih berada di kantor dan Gana belum pulang.

Kami berada di halaman belakang rumah Gana, di dekat kolam renang. Hari ini, aku harus merelakan waktuku untuk memperhatikan pergantian siang dan malam di balkon rumah. Aku akan menemani Tante Ranti yang tengah kesepian.

"Alea, kamu tahu kemana Gana pergi?"

"Tenanglah, Thea. Sebagai gantinya, aku akan mengajakmu pergi ke taman, mau, ya?"

"Tidak, Tante. Alea tidak tahu."

"Gana tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia tidak pernah pergi kemanapun apabila ia belum meminta izin kepada Tante. Kemana dia?"

"Ikut ke rumahku, aku akan memperkenalkanmu dengan orangtuaku."

"Mungkin masih ada keperluan, Tante."

Sebenarnya, aku mengetahui semuanya. Kemana Gana pergi dan dengan siapa ia sekarang. Aku tidak mungkin mengatakannya kepada Tante Ranti.

"Alea, apakah Gana pergi sendirian? Emm--Maksud Tante, kenapa kamu tidak diajak?"

Aku terdiam. Mana mungkin Gana mengajakku, sedangkan ia sedang bersama Thea. Aku yakin, mereka berdua semakin akrab karena mereka menghabiskan waktu berdua. Terlebih, Thea memperkenalkan Gana kepada kedua orangtuanya.

"Al?"

Aku tersentak, lalu menatap Tante Ranti yang tengah kebingungan.

"Ma--maaf, Tante. Mungkin Gana butuh refreshing."

Tante Ranti mengangguk, kemudian tersenyum padaku. "Alea, Tante ingin sekali kamu terus bersama Gana. Tante juga ingin kalian sampai pada tingkatan yang lebih serius lagi," ucap Tante Ranti.

"Maksud Tante?" tanyaku kebingungan.

"Tante ingin kalian memiliki ikatan lebih dari sekedar kekasih. Tante ingin kalian bertunangan. Tante dan om sudah membicarakannya dengan orangtuamu, mereka menyetujuinya. Tetapi, apakah kamu dan Gana setuju?"

Mendengarnya hatiku menghangat. Hal ini adalah sebuah kabar baik untukku.

"Tante tidak ingin mengganggu pendidikan kalian. Sebentar lagi, kalian juga akan lulus. Maka dari itu, kami memutuskan untuk mengikat hubungan kalian. Kamu setuju?"

"Alea--Alea setuju, Tante. Tapi, apakah Gana akan setuju?"

"Tante yakin, Gana pasti setu--"

"Ma, Gana pulang."

Ucapan Tante Ranti terpotong oleh suara teriakan sesorang yang tidak lain adalah Gana. Kami berdua berdiri dan bergegas menghampiri Gana.

"Kamu sudah pulang, Nak. Darimana saja kamu?" tanya Tante Ranti.

"Anu--Gana pergi ke rumah teman Gana."

"Teman?"

Aku mengerti, siapakah orang yang dimaksud oleh Gana.

"Thea?" tanyaku pelan.

"I--iya."

Kami berdua terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Tante Ranti membuyarkan lamunan kami. "Mama pergi ke kamar, ya? Kalian berdua berbincang saja. Dah, Alea."

"Iya, Tante."

Tak berselang lama, Tante Ranti menghilang dari pandanganku. Aku memalingkan mukaku ke arah lain. Aku tidak menyangka, Gana benar-benar menuruti kemauan Thea.

"Al,"

"Sudah, cukup. Aku tidak mau mendengarkan alasan kamu. Aku sudah terlalu puas berkali-kali merasa patah hati karena kamu dan Thea," ucapku sambil membelakanginya.

Gana melangkahkan kakinya menuju ke hadapanku. Aku menunduk, kali ini, aku merasakan sakit hati yang teramat sangat. Akupun enggan menatapnya.

Dengan gerakan cepat, ia memelukku. Aku berontak, aku tak ingin mendapat perlakuan sama seperti Thea.

"Lepaskan!"

"Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kamu memaafkanku, Al," ucapnya lirih.

"Aku tidak ingin mendapat bekas, Gana. Kamu telah membagi semuanya, termasuk pelukanmu itu. Sekarang, aku yakin. Thea sedang memikirkanmu, ia pasti tengah merasakan jatuh cinta, Gana."

"Al, maafkan aku, aku tidak sengaja melakukannya. Aku berjanji, aku tidak akan mengulanginya lagi. Kamu bisa memegang janjiku. Sekali lagi, maaf. Aku tidak bisa berjauhan dengan kamu, Al."

"Baik, aku pegang janji kamu. Aku memaafkanmu."

Jujur, sebenarnya aku tidak bisa untuk tidak memaafkannya. Aku mencintainya. Aku percaya, ia akan menepati janjinya.

Aku membalas pelukannya dengan perasaan yang tidak karuan. Aku bukan satu-satunya wanita yang dapat merasakannya karena Thea juga merasakannya.

Sembari mengeratkan pelukannya, Gana berkata, "Aku mendengar pembicaraan kamu dan mama. Aku menyetujuinya, kita akan bertunangan."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang