Detak yang Tak Hilang

17.9K 1.2K 1
                                    

Ia kembali, detak jantungnya kembali berdetak. Setelah keadaan menegangkan itu terjadi, ia masih tetap bertahan. Aku sangat bersyukur untuk itu.

Om Wijaya dan Tante Ranti sudah kembali, aku menceritakan semua yang terjadi barusan. Mereka tak sabar untuk menemui Gana, begitupun denganku. Namun sayang, dokter belum mengizinkan kami menjenguknya karena ia butuh waktu untuk beristirahat.

Meskipun aku tak bisa berada lebih dekat dengannya, sudah cukup bagiku melihatnya dari kaca jendela ruang ICU. Aku merasa Tuhan sangat berbaik hati padaku. Dengan kuasa-Nya, Ia mengizinkan Gana untuk kembali ke dunia ini.

"Alea, kamu sudah makan?" tanya Om Wijaya.

Aku menggeleng perlahan sambil tersenyum, "Belum sempat, Om."

"Alea, boleh saja kamu menjaga Gana secara intensif seperti ini, Om sangat berterima kasih untuk itu. Tapi, kamu juga harus memikirkan kesehatan kamu sendiri. Kalau kamu sakit, Gana pasti akan bersedih."

"Iya, Om. Alea akan makan demi Gana."

"Baiklah, tunggu sebentar disini, Om akan membelikanmu makan."

"Iya, Om. Terima kasih."

Om Wijaya berlalu, meninggalkan keheningan merayap antara aku dan Tante Ranti. Aku mendekati beliau yang tengah duduk sembari melamun.

"Tante, Tante kenapa? Alea lihat dari tadi Tante melamun. Tante memikirkan apa?"

Tante Ranti tersentak, kemudian menatapku sembari tersenyum.

"Tidak, Alea. Tante hanya merasa lelah."

"Tante Ranti pulang saja, lalu beristirahat. Alea akan menjaga Gana disini."

Beliau menggenggam tanganku.

"Alea, terima kasih untuk kasih sayang kamu kepada Gana. Sebelum Gana bertemu kamu, Gana tidak pernah seperti ini. Dia sering mengeluh. Namun, setelah bertemu kamu, dia lebih semangat untuk menjalani kehidupannya. Sekali lagi terima kasih, Tante mohon dengan sangat, kamu selalu buat Gana seperti ini, ya? Tante akan sangat berhutang kepada kamu apabila Gana sanggup bertahan lebih lama," ucap Tante Ranti sambil menitikkan air mata.

"Bertahan lebih lama?" tanyaku pelan.

"Iya, Alea. Sebenarnya, Gana mempunyai riwayat penyakit yang berbahaya."

Aku terkejut bukan main, "Apa, Tante? Berbahaya?"

"Tidak, Alea. I--ini cuma penyakit biasa. Tidak berbahaya," ucap Tante Ranti gugup. Aku yakin, sesuatu tengah disembunyikan dariku. Aku berjanji kepada diriku sendiri, aku akan menguak segalanya.

Tak lama setelah itu, Om Wijaya datang membawa sekotak nasi. Beliau memintaku untuk memakannya dan akupun menuruti permintaan beliau.

Beberapa suap aku memakannya, aku mendengar suara bisikan seorang laki-laki, "Selamat makan, sayang."

Dan aku meyakini suara tersebut adalah suara Fatamorgana.

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang