Cabar Hati

15.2K 1K 50
                                    

"Thea, maafkan aku."

"Thea, please."

"Thea, jangan diam saja. Maafkan aku."

Aku melirik Gana yang tengah membujuk Thea. Sikap Thea berubah, ia menjadi pendiam dan suka melamun. Thea benar-benar mencintai Gana, aku tahu itu. Aku bingung, apakah yang harus kuperbuat untuk menghentikan ini semua?

Thea menatap Gana sebentar, kemudian ia berdiri lalu menarik tangan Gana. Aku mengikuti mereka diam-diam.

Mereka duduk di bangku taman sementara aku bersembunyi di balik pohon besar tak jauh dari tempat mereka.

"Thea, maaf."

"Aku pikir kamu tidak dimiliki siapapun, ternyata dugaanku salah."

"Thea--."

"Aku sudah menyerahkan seluruh hatiku untuk kamu, tetapi ternyata kamu telah dimiliki yang lain."

Gana diam, ia memilih mendengarkan curahan hati Thea.

"Aku mencintaimu, aku berpikir sikap kamu selama ini mencerminkan perasaan yang sama denganku. Mengapa dari awal kamu tidak memberitahuku bahwa hatimu telah dihuni? Mengapa kamu membiarkan aku jatuh saat aku sedang cinta-cintanya?" tanya Thea dengan lirih.

"Kalau tahu seperti ini akhirnya, aku memilih tidak pernah melihat senyummu yang membuatku terikat, Gana."

"Terima kasih untuk lukanya, Gana. Jangan harap besok kamu bisa menemuiku, kita akan berada di alam berbeda," ucap Thea sembari menyeka air matanya dan berdiri untuk segera melangkah.

Gana mencekal tangan Thea. Dengan satu gerakan cepat, ia membawa Thea ke dalam pelukannya, lagi.

"Aku tidak ingin mendapat bekas, Gana. Kamu telah membagi semuanya, termasuk pelukanmu itu. Sekarang, aku yakin. Thea sedang memikirkanmu, ia pasti tengah merasakan jatuh cinta, Gana."

"Al, maafkan aku, aku tidak sengaja melakukannya. Aku berjanji, aku tidak akan mengulanginya lagi. Kamu bisa memegang janjiku. Sekali lagi, maaf. Aku tidak bisa berjauhan dengan kamu, Al."

Aku tersenyum getir, aku sama hancurnya dengan Thea, bahkan dapat dikatakan lebih. Gana tak bisa menjaga hatiku dengan baik. Rasanya, semenjak kehadiran Thea semuanya berubah.

Thea menangis sesenggukan di dalam dekapan Gana. Tak lama, Gana menangkup wajah Thea dan mereka saling bertatapan. Aku tak dapat membiarkan semua ini berlangsung lama. Aku akan memisahkan mereka. Tetapi, beberapa langkah aku berjalan, aku seperti mati rasa, terdiam di tempat tanpa sanggup bergerak. Gana mengecup bibir Thea. Hanya lima detik, tetapi sanggup memporakporandakan hati.

Aku masih menatap mereka yang tak menyadari kehadiranku. Thea tersenyum, berbanding terbalik denganku yang tanpa sadar menitikkan air mata. Sesakit inikah mencintai seseorang yang raganya dimiliki namun hatinya terpaut dengan hati yang lain?

Entah apa yang harus aku lakukan. Pergi atau tetap tinggal disini untuk merasakan sakit yang menghancurkan hatiku sendiri?

Thea memeluk Gana, lagi. Ia bertanya lirih, "Apakah aku masih memiliki sedikit ruang di hatimu?"

Gana bergeming saat retinanya menangkapku. Aku menyeka air mataku dengan cepat. Aku menanti jawaban darinya.

"Gana, ini pertanyaan terakhirku. Apakah aku masih memiliki sedikit ruang di hatimu? Dan apakah aku diberi kesempatan untuk menguasai hatimu sepenuhnya?"

Gana masih menatapku dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Sedetik kemudian, ia mengangguk.

"Masih ada ruang di hatiku untukmu, Thea. Aku memberimu sebuah kesempatan untuk menguasainya, sepenuhnya."

Aku memilih pergi, sudah cukup ia menghancurkanku. Aku tidak menuju kelas, tetapi aku melarikan diri dari sekolah. Aku akan menjauh sementara dari Gana dan Thea, juga cinta mereka.

"Barangkali kamu merasa, kamu ku titipi rasa, aku mati rasa, Gana."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang