Dia Berbeda

23.5K 1.7K 8
                                    

"Gana, lima bulan ini, kamu sering mimisan. Sebenarnya kamu kenapa?" tanyaku pada Gana yang tengah asyik dengan pikirannya.

"Panas dalam," jawabnya singkat tanpa melihatku.

"Tapi, apakah mungkin panas dalam bisa sesering itu? Aku takut sesuatu terjadi padamu, Gana."

"Tidak perlu takut. Aku tidak apa-apa."

Saat itu juga, aku marah. Bukan, bukan kepadanya. Aku marah terhadap diriku sendiri, bagaimana mungkin aku tidak mengetahui masalah yang sedang disembunyikan Gana yang statusnya adalah kekasihku?

"Gana, aku ini siapa?"

"Kamu Alea."

"Statusku?"

"Jangan bertanya, kau sudah tahu jawabannya."

Aku menghembuskan napasku perlahan, mencoba menetralkan emosiku. Baiklah, aku merasa bodoh saat ini.

"Bagaimana bisa aku menjadi yang terbaik, masuk dan menyelami hidupmu saja aku tidak diperkenankan," ucapku sambil tertunduk.

Kami berdua terdiam, semuanya telah berubah sekarang. Gana semakin tertutup padaku, kami juga jarang pergi ke danau bersama. Selama 5 bulan ini, aku sama sekali tak melihatnya tersenyum. Wajah kokohnya pucat pasi. Ia menjadi tempramental, sering marah tiba-tiba. Dan terlebih, dia mulai menarik diri dari pergaulannya.

Teman-temannya merasa heran, mengapa dia berubah secepat ini? Setiap jam istirahat, Gana memilih menuju rooftop sekolah yang sepi, tanpa teman. Ia juga sering bolos jam pelajaran. Hati kecilku yakin, ada suatu hal yang tengah membuatnya tertekan.

Selama ini, aku selalu mencari tahu penyebabnya. Suatu hari, aku bertanya kepada mamanya, namun bukan jawaban yang kuinginkan untuk memenuhi segala rasa ingin tahuku, melainkan sebuah tamparan keras yang membuatku tak berani bertanya lagi.

Mungkin aku terlalu mencampuri kehidupan Gana, tetapi apa salahnya? Aku mengharapkan kejujurannya, tetapi secuil kejujuranpun sepertinya tak pantas untukku. Aku hanya bisa berharap dalam cemas, ia akan segera mengungkapkan segalanya.

Gana yang sekarang bukanlah yang dulu. Aku merindukannya. Aku rindu senyumnya, aku rindu tatapannya, dan aku rindu semua tentangnya. Dia berubah, aku merasa asing. Demi Tuhan, aku bahkan tak bisa menebak jalan pikirannya. Setiap kali aku mendekat padanya, ia acuh padaku. Aku merasa terbuang. Apakah Gana membenciku? Apakah dia telah membuang rasa cintanya kepadaku?

"Gana, apakah kamu bosan kepadaku?" tanyaku padanya.

Ia mengendikkan bahunya. Jujur saja, aku tak menyukai sikapnya saat ini. Aku menerka-nerka, mungkin saja cintanya telah lekang dimakan waktu. Aku hanya manusia biasa yang memiliki rasa lelah. Namun, aku tak akan mudah menyerah, menyerah bukanlah sebuah penyelesaian masalah. Aku akan terus mencari tahu penyebab Gana berubah.

"Fatamorgana Sefria, aku merindukan kamu yang dulu."

Beberapa detik setelah aku mengatakannya, Gana berlalu dari hadapanku. Meninggalkan tanda tanya yang akan menghantuiku sampai waktu yang tak menentu.

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang