Pemenang

14.3K 943 10
                                    

Bus kami telah sampai di tempat tujuan. Aku segera mengemasi barangku dan membawanya turun dari bus. Aldo tak bersamaku karena ia sibuk menurunkan barang teman-teman dari bagasi. Aruna juga tak nampak batang hidungnya. Jadilah aku berjalan sendirian menuju pos tempat berkumpul.

"Anak-anak, kita akan berada disini untuk dua hari kedepan. Jaga diri kalian, jangan pernah menjauh dari tenda sendirian. Sekarang kalian boleh menuju ke tempat mendirikan tenda. Terimakasih."

Seusai berdoa bersama, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dimaksud. Aku berjalan sendirian dan berada paling belakang.

Aku memandang kanan kiriku. Pohon menjulang tinggi membuat cahaya matahari masuk disela-selanya menjadikan hawa sejuk. Tak lama kemudian, aku mendengar suara teriakan seseorang.

"Alea."

Aku menghentikan langkah dan menoleh ke sumber suara. Aku tersenyum melihat Gana, namun kemudian senyumku memudar karena Thea berada di belakangnya.

Kami bertiga melanjutkan perjalanan dengan berjalan sejajar. Aku merasa canggung seakan baru mengenal Gana. Bukan, rasa canggungku bukan karena Gana, tetapi dengan keberadaan Thea.

Keheningan menemani kami berjalan memasuki hutan. Thea akhirnya angkat bicara.

"Gana, aku lelah."

Aku dan Gana menoleh ke arah Thea. Aku menatap muka cemberut Thea. Sekali ini saja aku ingin mengetahui siapa yang akan dipilih Gana, maka aku melakukan hal yang sama seperti Thea, mencuri perhatian Gana.

"Gana, aku ingin minum," ucapku sembari menggoyangkan lengan Gana dan alhasil membuat Gana menghadapku.

Namun sepertinya Thea tak ingin kalah, ia berpura-pura tersandung dan terjatuh.

"Aduh," ucapnya mengaduh kesakitan.

Gana terlonjak, kemudian tergesa-gesa menolong Thea. Ia meraih tangan Thea dan menggenggamnya, membantu Thea berdiri. Dengan wajah khawatirnya, Gana berkata, "Hati-hati, Thea."

"Sakit," rengeknya sama persis seperti saat dimana aku pertama kali bertemu Gana. Sontak memoriku memutar kembali saat-saat indah itu.

Aku melamun. Namun, aku tersadar saat Gana menyuruhku membawakan tas milik Thea.

"Tolong bawakan tas ini, Al," ucapnya sembari menyerahkan tas yang berada di tangannya.

"Ta-tapi,"

"Ayolah, sebentar lagi kita akan sampai," ucapnya memaksa.

"Ba-baiklah."

Aku pasrah saat Gana memberikan tas gadis berambut panjang itu. Sebetulnya, aku berniat menolak karena aku telah membawa dua tas di punggung dan tanganku. Jadilah sekarang aku membawa tiga tas sekaligus.

Gana membawa tas ransel hitamnya di dadanya, sementara ia menggendong Thea di punggungnya. Aku menatapnya dengan perasaan yang tak dapat dijelaskan.

Ingin rasanya aku membuang tas merah milik Thea, namun urung karena aku tahu apabila aku melakukannya, Gana akan marah kepadaku.

Thea menoleh ke arahku dan mata kami bertemu. Ia tersenyum sinis dan aku tahu ia mengejekku. Lalu ia kembali memeluk leher Gana dengan erat.

"Kamu belum tahu bagaimana Thea sebenarnya Gana. Ia hanya mempermainkanmu."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang