Extra Part

29.2K 1.4K 90
                                    

Riuh tawa seorang anak kecil yang berwajah tampan itu terdengar samar tertelan derasnya hujan. Seakan tanpa beban, ia menari riang di bawah derasnya hujan. Ia sangat menyukai hujan. Tiap kali hujan turun, dengan tergesa-gesa tanpa menunggu izin dari orangtuanya, ia langsung berlari dan menyatukan diri dengan dinginnya air hujan. Kerap kali ia terserang flu, tetapi anak kecil tetaplah anak kecil, berkali-kali dimarahi pun ia akan tetap bersemangat untuk mencari kebahagiaannya.

Namanya Fatamorgana Alehandro, buah hati dari pasangan suami istri Aldo dan Aleasha. Usianya baru menginjak tiga setengah tahun, ia masih sangat kecil untuk menjadi seorang pluviophile seperti bundanya.

Aleasha dan Aldo menikah satu tahun setelah mereka menyelesaikan kuliahnya di Paris. Usia mereka masih 24 dan 23 tahun dikala itu, namun tak menyurutkan kekukuhan mereka untuk menikah muda. Kisah cinta mereka seringkali dihadang oleh permasalahan, mereka berdua mengarunginya bersama-sama untuk mendapatkan akhir bahagia seperti yang saat ini tengah mereka rasakan. Keluarga kecilnya harmonis, sangat hangat. Masalah yang datang mampu mereka hadapi dengan mudah.

"Ayah, Bunda, kemari!" teriak Fatamorgana sembari melambaikan tangannya kepada orangtuanya.

Ayah bundanya tersenyum kemudian melangkah di bawah derasnya hujan, mereka bertiga hujan-hujanan bersama dan saling kejar mengejar. Tawa riang menghiasi halaman rumah mereka. Seringkali tetangga mereka merasa iri dengan keharmonisan mereka, namun, mereka mengabaikannya.

"Gana, lihat Ayah! Bunda milik Ayah, kamu dengan boneka Jack-mu saja, ya," goda Aldo kepada putra kecilnya, ia memeluk sang istri membuat bocah kecil itu menatap ayahnya kesal.

Gana berlari menuju sang ayah dan segera menggigit pinggangnya. Alhasil, sang ayahpun menjerit kesakitan.

"Aduhh, sakit!"

"Wlek, itu hukuman karena Ayah merebut Bunda dari Fatamorgana," balas pria kecil itu sengit sambil menjulurkan lidah.

"Ampun Gana, ampun. Ayah melepaskan Bunda, ini, pegang Bundamu, jangan dilepas," ucap Aldo sambil menyerahkan tubuh istrinya ke anaknya.

Sang anakpun dengan riang menggenggam tangan Bundanya dengan jarinya yang mungil. Aldo dan Aleasha bertatapan, kemudian tersenyum. Sedetik kemudian, Aldo menyeringai dan menatap putranya.

"Gana, kita gelitikin Bunda, yuk!"

"Ayay, kapten."

Ayah dan anaknya memulai aksi jahil mereka. Sang istri mulai pasrah dan tertawa terbahak-bahak menahan rasa geli yang menjalar di perutnya.

"Berhenti-" ucapnya terpotong tawanya.

"Ayah, Gana, berhenti. Bunda kegelian," wanita itu tertawa lagi.

"Tidak, kami tidak akan berhenti sampai Bunda menangis," jawab sang suami.

"H-hey, nanti adik Fatamorgana lelah," ucapnya terpotong.

"Ups, keceplosan," ujar wanita itu sembari menutup mulutnya.

Kejujuran wanita itu membuat sang anak dan suami jahilnya menghentikan aktivitasnya. Mulut sang suami menganga lebar, begitupun sang anak. Kompak sekali, bukan?

"Adik Fatamorgana? Ja-jadi," tanya sang suami sambil menatap wajah istrinya yang memerah menahan malu atas kelalaiannya mengatakan rahasia yang sebenarnya akan dijadikan kejutan di hari ulang tahun suaminya.

"Iya, seorang lagi menjadi bagian keluarga kita," jawab wanita itu sambil tersenyum lebar.

"Ha?" teriak dua pria itu bersamaan.

Beberapa detik kemudian, Aldo dan Fatamorgana melompat-lompat, "Yey, Gana punya adik kecil."

Genap sudah kebahagiaan keluarga Aldo dan Aleasha. Kehidupan mereka berjalan seperti yang mereka inginkan. Diam-diam, Alea berterimakasih kepada Tuhan telah mengirimkan seseorang yang akan menjaganya lahir dan batin. Seseorang yang melengkapi hidupnya, hari ini, esok, dan selamanya. Wanita tersebut telah mengikrarkan janjinya untuk senantiasa mencintai suami dan keluarga kecilnya hingga akhir hayatnya. Ia telah bersedia mengabdikan hidupnya untuk orang-orang yang ia cinta.

Akhir bahagia adalah dambaan setiap manusia di dunia. Tak ada seorangpun yang mengharapkan akhir yang sengsara. Tuhan membuat suratan takdir yang berbeda-beda untuk setiap makhluknya. Sekalipun awalnya memang sengsara, namun percayalah, ada rencana indah yang tengah disiapkan Tuhan untuk menggantikan duka lara.

Di bawah hujan mereka bertiga berpelukan, dan di bawah hujan keluarga kecil itu menemukan kebahagiaan mereka. Dengan ini, kisah mereka telah terabadikan dan tertata rapi dalam setiap kata-kata yang telah terukir di cerita ini.

Karena cinta yang indah bukan tentang mereka yang senang memberikan barang-barang yang mewah, tetapi tentang mereka yang dapat melukiskan kisah suka duka mereka menjadi sebuah sejarah.

-T A M A T-

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang