Tersadar

18.3K 1.2K 8
                                    

Aku membuka mataku, aku menatap plafon berwarna putih. Dini hari tadi, Gana dipindahkan ke ruang VVIP karena kondisinya telah stabil. Aku menunggunya hingga aku tertidur pulas di sofa. Aku mengambil handphoneku, sebuah pesan singkat masuk dari Tante Ranti. Beliau memberitahukan bahwa ada kepentingan mendadak yang harus diselesaikan di kantor bersama Om Wijaya. Alhasil, aku harus menunggu Gana sendirian lagi.

Aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan menggosok gigi. Setelah selesai, aku kembali dan duduk di dekat brankar Gana.

"Selamat pagi, sayang."

Pagi ini adalah hari kedua ia tertidur pulas, sekaligus hari pertamanya memulai kehidupannya lagi setelah ia kehilangan detak jantungnya semalam. Mengingat hal itu, aku sangat bersyukur karena Tuhan masih mengizinkanku untuk menjaga Gana. Melihat Gana masih menghembuskan napas pagi ini adalah kebahagiaan terbesarku. Semoga Tuhan selalu melindunginya.

Di kehidupan kedua Gana ini -bisa dibilang seperti itu- aku berjanji untuk terus berada didekatnya untuk menjaganya dari mara bahaya. Pun aku berjanji untuk mewujudkan impian Mama Gana untuk membuat Gana bertahan lebih lama.

Aku menggenggam tangan Gana, kukecup lembut punggung tangannya. Aku tersenyum sembari menatap wajahnya yang terlihat sangat damai.

"Terima kasih telah bertahan hidup untukku. Aku tak pernah menyangka bahwa kamu akan terus bertahan. Maafkan aku karena sempat mengira kamu jahat karena hampir meninggalkanku. Sekarang aku tahu, kamu benar-benar bertahan untukku. Terima kasih. Berjanjilah padaku, sampai kapanpun kamu akan terus bertahan hidup. Untukku, untuk bahagiaku."

Aku tersenyum bahagia. Aku selalu berdoa supaya ia segera tersadar dari tidur panjangnya.

Aku menenggelamkan wajahku diatas tanganku yang ku lipat sebagai bantalan, lalu ku pejamkan mataku. Aku merasa lelah, sepertinya aku kurang tidur. Kuputuskan untuk tidur sejenak untuk menghilangkan kantuk yang masih menghinggapi kedua mataku.

Baru saja aku akan memasuki alam mimpiku, aku merasa terusik dengan usapan lembut di rambutku. Dengan terpaksa aku membatalkan tidurku dan mendongakkan kepalaku. Mataku berbinar-binar menatapnya yang tersenyum lemah kepadaku.

"Gana, kamu sudah sadar? Ada yang sakit? Aku panggil dokter, ya?" aku tergopoh-gopoh bersiap berlari untuk memanggil dokter. Namun, Gana mencegahku.

"Ada apa, Gana?"

"Aku mendengarmu mengucapkan selamat pagi. Selamat pagi juga, sayang."

Aku terkekeh melihatnya. Lalu, aku melepaskan genggaman tangannya dan segera berlari untuk memanggil dokter.

Tak berselang lama, dokterpun datang lalu memeriksa keadaan Gana. Ia terkagum dengan kondisi Gana yang cepat pulih. Dokter berkata bahwa Gana masih perlu banyak istirahat setelah melewati masa komanya. Setelah selesai, dokterpun pamit untuk memeriksa pasien lain.

"Alea, sudah berapa lama aku tertidur?" tanya Gana dengan muka polosnya.

"Hanya dua hari. Tidak lama memang, namun bagiku dua hari bagaikan dua abad, " mendengar hal itu, ia tertawa perlahan.

"Gana, ternyata kamu adalah bintang dan aku buminya. Aku yang tidak terlihat indah saat kamu tidak berada disekitarku. Bumi terasa sangat gelap apabila tidak ada bintang yang menghiasi."

Ia menghembuskan nafas perlahan, kemudian meraih tanganku dan menggenggamnya. Lalu berkata, "Bintang butuh kegelapan untuk terus bersinar, Alea."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang