Berdua

15.3K 1K 16
                                    

Bel berbunyi, waktu istirahat telah tiba. Aku melirik Thea yang terburu-buru merapikan buku di meja.

"Nama kamu Alea, kan?" ucapnya padaku.

Aku menatapnya, "Iya."

"Kamu rapikan mejanya, ya. Aku dan Gana akan berkeliling sekolah. Terima kasih. Yuk, Gana!" ucap Thea sambil menggenggam tangan Gana.

"Ta-tapi-" belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Thea sudah berlalu sembari menggenggam tangan yang biasa ku genggam.

Aku berdiri, kemudian mencoba mengejar mereka. "Gana," teriakku. Sialnya, aku terjatuh karena tersandung kaki meja.

Aku mengaduh, kemudian seantero kelas menghampiriku dan membanjiriku dengan pertanyaan mereka yang nampak khawatir.

"Alea, kamu tidak apa-apa?"

"Al, mana yang sakit?"

"Hati-hati dong, Al. Kenapa berlari-lari?"

"Sini, aku bantu berdiri."

Dengan bantuan seorang temanku, aku bangkit. Lalu aku menatap mereka.

"Aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah membantuku," aku tersenyum kepada mereka.

"Alea, mengapa kamu berlari? Apakah karena Thea?" tanya Aldo.

Aku menghembuskan napasku kasar, kemudian aku menyunggingkan senyum kepada mereka. Bukan tersenyum bahagia, melainkan tersenyum untuk menutupi lara.

"Apakah Thea tidak tahu siapa kamu?" tanya Rendy. Aku menggeleng.

"Thea itu kecentilan. Kurasa ia menyukai Gana," ucap Aruna lantang.

Aku tersentak. Apakah dugaan Aruna benar? Sebenarnya, aku menyetujui dugaan Aruna. Tatapan mata Thea memancarkan segalanya. Tatapannya bukan tatapan biasa, melainkan tatapan cinta. Entahlah, hanya Thea dan Tuhan yang tahu.

Aku sibuk menenangkan perasaanku. Aku mencoba mengalihkan pikiranku supaya aku merasa tenang. Akupun memilih untuk berbincang dengan mereka.

"Terima kasih sudah peduli kepada Alea. Alea bahagia memiliki teman seperti kalian semua."

"Sama-sama, Alea," ucap mereka serempak.

Mereka melanjutkan perbincangannya. Aku memilih kembali ke tempat dudukku untuk menyendiri. Aku menatap jam tanganku yang menunjukkan pukul 9 tepat. Sebentar lagi bel akan berbunyi.

Benar saja, beberapa detik setelah itu, bel berbunyi. Semua siswa berhamburan duduk di bangku mereka. Aku tak mengerti bagaimana perasaanku sekarang. Rasa takut dan cemburu saling membaur.

Gana dan Thea memasuki ruang kelas. Dengan santainya mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Aku tahu, pasti Thea yang menggandeng tangan Gana. Tetapi mengapa Gana bahkan tidak menolak?

Mereka berdua duduk di bangku masing-masing. Aku menatap gerak-gerik Thea. Ia sangatlah hiperaktif, tidak bisa diam. Ia membalikkan badannya menghadap Gana, lalu menyangga kepalanya dengan kedua tangannya dan tersenyum sangat manis.

"Gana, terima kasih sudah mengajakku berduaan di tempat favoritmu di sekolah ini. Sekali lagi, terima kasih."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang