Sore untuk Pulang

1.2K 179 31
                                    

pukul lima sore adalah waktu yang tepat untuk men-shut down komputer kantor dan merapihkan semua barang-barang yang berserakan di meja, segera setelahnya menggenakan mantel.

Waktu yang paling benar untuk melupakan semua tumpukan file pekerjaan yang sedari siang meremas otak tanpa ampun, juga telepon yang berderingーsetidaknyaーtiga kali dalam satu jam. Aku bisa menyelesaikan semua pekerjaan ini, job desk-nya hampir sama seperti saat aku magang. hanya saja, disini aku berusia dua tahun lebih tuaーya, aku dua puluh empat tahun sekarang. Rasanya aneh menemukan diriku sendiri yang sama sekali tidak kesulitan berhadapan dengan ribuan kanji dan katakana disini. Padahal aku sangat sulit menghafal dan baru fasih dengan hiragana.

Aku menyeret kakiku menuju lift dengan melewati orang-orang yang menyapaku sekadarnya.

Tapi yang namanya bekerja itu selalu melelahkan, kan?

Aku kira aku akan terbangun dikamarku dengan laptop yang baterainya habis karena semalaman tidak di charger dan tugas yang malam itu belum aku rampungkan. Awalnya kupikir akan begitu. Sebelum suara alarm memaksaku bangun dan 'sambutan' Bokuto yang panik karena takut aku telat bekerja.

Mana ada coba di dunia mimpi pun harus bekerja. Ini pasti mimpi buatan para kapitalis! pasti!

Namun ketika hendak ke stasiun setelah keluar dari pintu lantai dasar, ketika angin musim dingin bertiup yang memaksa semua orang mengeratkan pakaian hangatnya, aku malah terhenti dan tersenyum dengan perasaan sedikit tak percaya.

Tau apa yang tak sengaja kutemukan?

Bokuto berdiri di sana, di masa depanku.

BUKAN WOI! ULANG WOI ULANG ULANG ULANG!

ULANG!

Bokuto berdiri di sana, dengan mantel warna misty-nya, menungguku. Di tengah Desember yang membuat semua orang sebisa mungkin mengurungkan niatnya berada di luar ruangan. Tapi Bokuto malah di gerbang masuk gedung, menungguku.

Aku boleh tidak sih menikahi orang ini, sekali lagi? di dunia nyata?

"Na-chan!" ketika aku tersadar dari lamunan, ia sudah berlari dengan senyum cemerlang kesukaanku, berlari kearahku. Seperti milikku, kan?

Aku diam saja ketika Bokuto merapihkan poniku yang berantakan dan membenarkan letak kacamataku yang merosot, "Na-chan ngapain sih bengong di luar begini? Pas lagi angin kencang seperti ini lagi!" gerutunya, ceritanya sih sedang memarahi.

"Merhatiin Bobo-chan."

Dia tertawa, "Kenapa nggak langsung panggil aja sih?"

"Kenapa nggak langsung telpon atau chat aja? kan udara lagi dingin banget!" aku membalikan tuntutan kepada terdakwa saudara Bokuto Koutaro.

kau tau? Dia malah tertawa makin keras, bahagia sekali ia dalam tawa itu, "Nggak kepikiran!"

Nggak kepikiran katanya.

"Habis, nggak ada hal lain dikepalaku selain ingin cepat-cepat ketemu Na-chan, sih."

Aku ingin nangis, boleh tidak?

"BOBO AKU MAU PELUK!" Teriakanku langsung disambut oleh dekapan orang ini, dengan mantel kebesaran, aku tenggelam dalam pelukannya. Hangat.

Hatiku rasanya hangat.

"Pekerjaanmu berat ya, hari ini?" bisiknya menenangkan, "Tenang, aku sudah ada disini bersama Na-chan."

kepada diriku sendiri yang sedang tertidur entah dimana, aku ingin memberi taumu beberapa hal. Salah satunya, suatu saat nantiーentah kapanーakan ada satu peluk di setiap senja yang meringankan bebanmu hari itu. Seluruh keluh akan menghilang dan hanya rasa damai yang disisakan. Kelak, kamu akan menemukan orang yang seperti itu, yang meringankan bebanmu hanya dengan satu peluk. Hei, diriku, kamu dengar 'kan?

"Aku disini," bisiknya sekali lagi, "semua akan baik-baik saja." katanya.

***

[Silakan baca Dream versi Akaashi Keiji di jaykyuu
Dan Dream versi Konoha Akinori di bakpaokeju ]
-Iklan ini tidak berbayar. Wkwk.

[Publish tanggal 8 Desember 2018, dan revisi 03 Mei 2019]

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें