Sosok di Mimpi

599 95 6
                                    

Tiada yang tersembunyi

Tak perlu mengingkari

Rasa sakitmu

Rasa sakitku🎵

ーPeluk, Dewi lestari feat. Aqi Alexa

-------


Selamat tinggal Bobo-chan.”

Seumur hidup, itu adalah kalimat yang  paling tidak ingin aku dengar dari siapapun--apalagi dari Na-chan. Dan ketika perempuan yang aku nikahi empat bulan lalu itu benar-benar mengeluarkan air matanya saat mengatakan hal paling tak masuk akal semacam ‘selamat tinggal’ aku tahu dia sedang tidak bercanda.
Na- chan jarang bermain-main dengan air mata. Ia tidak menangis kalau itu masih bisa ia tahan.

“Na-chan ngomong apa? Aku nggak mengerti.” Aku menggeleng, aku menyingkirkan rambut yang menempel dipipinya karen lengket oleh linangan air mata.

Ia menarik napas, menatapku dengan segenap keberanian, “Ini bukan tempat aku, aku harus kembali.” Dalam tatapan itu berisi ketakutan akan kehilangan. Na-chan takut kehilanganku.

“Kembali kemana? Rumah Na-chan kan disini.” Aku menyentuh kedua pundaknya, menenangkan ia dalam tangisnya yang tak sudah-sudah.

Ia menggeleng sambil berusaha tersenyum, “Bo, aku itu disini tersesat. Dan diduniaku, aku memang suka banget sama Bokutp Koutarou.” Ia menyeka airmatanya lagi, “Dan aku bersyukur bisa merasakan jadi istri yang paling Bobo sayang didunia.”

Kalau tidak melihat Na-chan yang masih menangis, aku pasti akan tertawa. Itu lelucon paling sering Na-chan ucapkan, ia ingin jadi alien dan tinggal di luar bumi. Tapi keadaannya sekarang tidak seperti bercanda.

“Na-chan sayang Bokuto.” Perempuanku ini menatapku, dalam, “Dari semua hal, itu yang harus selalu bobo-chan ingat, ya.”

“Kamu ngomong apa sih?”

Na-chan berjinjit dan meraih kepalaku, ia mengecup dahiku. Lama. Seperti sebuah proses re-charger. Lalu tersenyum, menguatkanku.

“Selamat tinggal, Bokuto Koutarou.”

.

.

Tiada lagi alasan

Inilah kejujuran

Pedih adanya

Namun ini jawabnya🎵

ーPeluk, Dewi lestari feat. Aqi Alexa

.

.


TITITITITITITITITIITITITTTTTT.......

Suara alarm dari docomo-ku yang usang membangunkanku, menarikku kembali dari alam mimpi. Ya, memang aku menyetel alarm selalu di pukul 05.30. sudah pagi, dan memang selalu langit-langit yang pertama kulihat ketika membuka mata. Alarm masih menyala, aku masih mengumpulkan nyawa, biarpun cuma bunga tidur, yang tadi itu cukup menguras tenaga.

Mimpi macam apa tadi itu?

Ah iya, aku harus segera mematikan alarmnya takut Na-chan terbangun--

Eh, kenapa sebelahku kosong? Apa Na-chan sudah bangun?

Setelah meraih ponsel docomo ku itu dan mematikan bunyinya, aku langsung bergegas ke dapur, menyiapkan sarapan. Na-chan pasti sedang mandi. Biasanya dia akan bangun lebih pagi daripada aku kalau punya janji meeting. Mungkin hari ini dia ada janji bertemu klien.

Aku mengambil dua telur dan roti, satu untuk di ceplok dan satunya lagi untuk di panggang. Sarapannya hari ini tidak usah susah-susah. Setelah mengolesi margarin diatas pan aku langsung menyalakan api di kompor juga memanaskan penganggang roti.

Eh, Kenapa dari kamar mandi nggak ada suara air ya? Tumben Na-chan mandinya tentram nggak jebar-jebur.

“Na-chan, kamu mandi kok lama banget?” Aku berteriak,

Sudah lima detik berlalu tapi tidak ada sahutan. Kenapa dia? Jangan-jangan pingsan dikamar mandi? Harus banget ku tengok.

Aku berjalan sedikit ke kamar mandi yang jaraknya dekat dari dapur,“Na-chan, sarapan sudah--“ aku terkejut, tidak ada siapa-siapa

Kamar mandi kosong.

Apa Na-chan sudah berangkat kerja dan tidak pamit karena tidak ingin membangunkannku?

Iya, kan? Seperti itu kan? Karena entah kenapa perasaan takutku tiba-tiba kembali menyergap. Entah takut karena apa. Saat ini aku hanya butuh melihat Na-chan.

Aku meraih lagi docomo-ku untuk mengecek notifikasi, biasanya dia akan kasih chat singkat kalau akan berangkat cepat, juga kata-kata sayang yang mampu membuatku tersenyum kecil--kadang terbahak malah.

Kosong tidak ada notifikasi satupun.

Aku mungkin harus menelponnya--sebentar ini sudah tiga kali aku menulis nama na-chan di kolom pencari kontak tapi yang tertulis hanya ‘kontak tidak ditemukan’ apa aku sudah menggantinya dengan nama lain ya? Apa ku skroll saja satu-satu.

Tidak ada.

Aku sudah tiga kali bolak-balik atas-bawah demi menemukan kontak Na-chan dan tidak ketemu.

Sebentar, kenapa wallpaper-ku hitam polos? Eh? Homescreen-ku juga hitam. Seharusnya dua-duanya adalah foto selca-ku sama Na-chan dengan pose berbeda. Aku tergesa, folder di galeri, satu persatu kubuka, pasti, pasti ada kan?

Tidak ada.

Ketika aku menatap dinding, aku tidak menemukan satupun foto Na-chan disana. Tidak ada. Satupun.

Aku teliti lagi, benar-benar tidak ada.

Untuk sesaat, aku limbung. Kepalaku yang tidak seberapa ini harus menemukan--dan mencerna--informasi sebanyak ini. Membayangkan ucapan Na-chan tentang selamat tinggal itu adalah kenyataan, membayangkan kalau aku dan dia berasal dari ‘tempat’ berbeda...

Tak bisa. Aku sama sekali tak bisa membayangkan itu.

Tubuh lunglaiku itu ku seret menuju laci. Tempat aku dan na-chan menyimpat surat pernikahan kami. Mungkin disana ada satu tanda-tanda kalau na-chan itu ada. Pasti Na-chan itu memang ada.

Aku sudah membolak-balik semua dokumen, tapi surat pernikahan itu masih tidak ada.

Sama sekali tidak ada.

Apa ketakutanku, adalah kebenaran?

Aku berlari keluar pintu, setidaknya aku harus mencarinya.

Ia pasti tersesat entah dimana.

.

.

Tiada yang terobati
Di dalam peluk ini

Tapi rasakan semua

Sebelum kau kulepas selamanya🎵

ーPeluk, Dewi lestari feat. Aqi Alexa

***

Note:
Selamat tahun baru 2019 yang tinggal 39 menit lagi. Chapter selanjutnya akan di posting beberapa jam kedepan.

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Onde histórias criam vida. Descubra agora