Muka Tidur

686 104 24
                                    

Bokuto ternyata bisa dewasa (dan cerewet) juga kalau menyangkut kesehatan. Gara-gara kasus dehidrasi di tempat latihannya tadi, Ia tak henti-hentinya bilang jangan melakukan sesuatu terlalu keras. Sendirinya? Apa Bokuto ini tidak ngaca ya? Hmm.

Setelah menceramahi ku supaya tidak kecapean, Bokuto langsung jatuh tertidur. Ia berbaring dengan posisi telungkup dengan baju tidur lucu yang--mungkin--aku belikan.

Mungkin sebenarnya dia yang lebih kelelahan.

Melihat ke sekeliling, Bagaimana meja lukisnya yang tidak benar-benar rapi, peralatan dapur yang sudah tercuci bersih, rumah yang nyaman. Bokuto itu anak yang rajin, kan?

Setelah meliriknya yang sepertinya sudah benar-benar di alam mimpi, aku berbaring disebelahnya.

Aku berbaring menghadap wajahnya yang polos.

Napasnya naik turun. Rambut yang biasanya jingkrak itu kini seperti rambut normal. Ia habis keramas setelah pulang tadi, setelah kering, ia sudah malas menata rambutnya.

Tambah ganteng. Hehe.

Sambil memperhatikan wajah tidurnya, tanganku iseng menyentuh rambutnya yang hampir mencapai mata, hingga meraba hidung mancung itu, lalu melukis imajiner di pipinya, terasa kasar, mungkin sudah tiba waktu bercukur, aku akan mengingatkan kalau nanti ia bangun. Eh, tapi sepertiny Bokuto dengan sedikit bewok akan membuat seksi, kan?

Telunjukku melaju dari hidung kebibir tipisnya, merabanya hati-hati. Jadi begini ya tidur dengan seseorang itu?

"Apa aku jadi jelek?" Suara rendah Bokuto terdengar, ia mengatakan dengan mata tertutup. Gawat, apa aku membangunkannya?

"Kenapa berpikir seperti itu?"

"Na-chan hari ini bertemu Kuroo, Akaashi, dan Kageyama." Ia menjawab masih dengan mata tertutup, seperti tidur.

"Terus? Ada yang salah dengan itu."

"Nggak ada." Ia berbicara dengan suara rendah, "Aku merasa Na-chan mulai berpikiran 'kenapa aku menikah dengan Bokuto' seperti itu."

Ya, memang benar sih aku mikir begitu.

Dia memang mengenalku dengan baik.

"Kenapa harus nikah sama orang lain, kalau Bobo-chan segalanya?" Oke, dimana aku belajar ngegombal sebelumnya?

Ia tersenyum lebar, lalu perlahan membuka mata, dengan rambut yang hampir menutupi mata saking panjang poninya itu.

DUH GUSTI KENAPA GANTENG BENER DAH? PENGEN GUA NIKAHIN TAPI KAN UDAH JADI SUAMI! TERUS GIMANA?

Mon, tenang Mon. Tenang.

Aku menyambut senyumnya ketika pandangan kami berada dalam satu garis lurus yang tidak sampai dua jengkal. Napas kami bersahutan. Masih. Ini masih membuatku berdebar ternyata.

"Kenapa senyum-senyum seperti itu?" Bokuto menegur dengan balik merapihkan rambut-rambut di pipiku.

"Aku sedang membayangkan,"

"Membayangkan apa?"

Aku menyetil pelan rambut di dahinya, "Kalau Bobo-chan pakai poni seperti ini terus. Aku pasti kehabisan napas, erus cepat meninggal."

Orang ini menyerngitkan dahi, "Lho kenapa?"

"Soalnya tampan banget."

OKE FIX GUA PINTER GOMBAL. OKE.

Ranjang kami bergetar, kami tertawa lepas. Bersama.

Ia terseyum, tidak menolak juga tidak mengiyakan. Aku sangat menikmati saat-saat sebelum tidur dengan orang disampingku ini.

"Aku besok mau latihan sama Akaashi." Ia menggeser tubuhnya sehingga leluasa memainkan rambutku. Seperti itu aktifitas kesukaannya. Biarin deh.

"Aku boleh ikut nggak?"

"Ikut latihan?"

"Bukan. Aku mau main ketempat pacarnya Akaashi."

"Tunangan." Bokuto mengoreksi.

"Yha, itulah."

Aku merasakan kulitnya dan kulitku bersentuhan, kami tidak benar-benar mengobrol. Hanya saling tatap. Kemudian bercerita sedikit. Tertawa. Menebak merek mie instan yang besok akan diskon di minimarket. Bokuto membayangkan apa yang akan kita lakukan bersama dimasa depan, sambil berencana tinggal di rumah yang punya kebun setelah memiliki cucu. Oke, padahal punya anak aja belum kepikiran. Bikin aja belum, mas. HHHHHH. Itu adalah musim dingin terhangat yang pernah kualami, Bokuto juga.

Malam itu, kami tidak tidur, kami malah bermimpi.

***

NOTE :

Hanya penyambung chapter depan, aku bertaruh kalian akan terkejut di chapter depan. Tunggu saja. Hhhh.

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Where stories live. Discover now