Rencana 'Hairdown'

686 93 24
                                    

Bokuto itu meskipun sakit, tetap saja mengerjakan pekerjaan rumah.

Dan dengan kurang ajarnya, aku yang mengambil cuti untuk menjaganya karena ia sedang sakit, malah tidur siang sampai jam seginiーeh jam berapa sekarang?

Aku mengucek mataku dan berkeliling menatap rumah yang sudah bersih, cucian piring yang sudah tidak ada, dan Bokuto yang sudah tidak tidur disampingku. Jadi tadi sepulang belanja dari supermarket dan setelah minum obat, Bokuto mengajakku tidur siang. Kan, lumayan.

Tapi aku malah kebablasan tidur di buai libur danーdengan tidak tahu dirinyaーdia mengerjakan pekerjaan bersih-bersih seperti biasa. Untung aku menikahi dia, sangat bisa diandalkanーtapi dimana dia?

"Ya kupikir kau akan mati atau apa,"

"Sialan sekali kau Kuroo!"

Aku mengucek lagi mataku dan benar saja rumah mungil kami kedatangan tamu, siapa lagi kalau bukan tetangga.

"Hai, Na-chan!" Kepala kucing itu melambaikan tangan padaku, yang barang tentu ku balas dengan tidak kalah antusiasnya.

Aku melirik Bokuto yang rambutnya masih belum naik ke atas karena tidak di gel, lalu menempelkan tanganku diatas dahinya. "Kamu sudah mendingan apa bagaimana? Jangan ngerjain apa-apa kalau lagi sakit dong!" protesku.

Suamiku itu mengacungkan jempolnya, "Aku sudah tidak apa-apa berkat obat dari Na-chan!"

"Terus kenapa kamu biarin aku ketiduran sementara kamu beres-beres?"

Dia mengacak poniku yang memang sudah berantakan, "Na-chan kelihatan capek. Kan lumayan libur sehari bisa buat Na-chan istirahat sejenak dari rutinitas."

Apapun itu, ketika Bokuto mengatakan hal yang semacam ini, seketika hatiku menghangat, entah apa penyebabnya. Dia sepeti lapisan-lapisan kebahagiaan yang mengupas perasaanku satu demi satu namun tidak membuatnya habis, malah bertambah.

"Dia itu masa pemulihannya paling cepat kok, Na-chan." Kuroo menambahi kalimat Bokuto, sambil menggaruk-garuk punggungnya.

"Oh iya, ada tetangga. Ada perlu apa Kuroo?"

"Tadi kan kamu bilang dia sakit, makanya aku jenguk pulang latihan."

"Yaaaah, maaf Kuroo kamu gagal menjenguk karena tersangka-nya sudah sembuh secepat ini." Aku menjawabnya dengan cengiran lebar.

"Eh, kamu ketemu Kuroo kapan?" Bokuto bertanya dengan muka polos yang kebingungan, dia pasti berpikiran dimana kemungkinan aku bisa bertemu Kuroo tanpa sengaja.

"Pagi-pagi dia ketempatku," potong Kuroo, "Dia bilang kau nggak bisa datang latihan karena suhu badanmu tinggi sekali. Na-chan khawatirin kamu banget loh!"

"Yaampun, aku nggak akan sakit lagi deh supaya Na-chan nggak usah ke tempat tempat Kuroo segala."

"Lho kenapa memang kalau Na-chan ketempatku? Masalah?"

"Masalah dong,"

"Apa masalahnya?"

"Dia kan cewek masaー"

Aku memperhatikan mereka yang asyik banget ngobrolin hal tidak jelas, tapi tetap ku nikmati sih. Itulah cara mereka mengungkapan rasa sayang mereka, kan?

"Eh, kau kan pindahan, rayakan dong! Teraktir tetangga minimal." Bokuto dalam mode memalak.

"Yaudah yuk sekarang, siap?"

"Ayoooo!" kalau soal makanan Bokuto memang paling pertama, semangat sekali pokoknya.

"Tunggu," Aku menghentikan Bokuuto, "Memang Bobo-chan sudah sehat betul? Aku nggak mau ya masih sakit tapi malah pergi-pergi. Nggak mau aku, nggak suka."

"Aku sudah sembuh."

"Gapapa, Na. Kita makan diluar sesekali." Kuroo membujukku.

Aku menyerah dengan tatapan memelas mereka padaku, dan seperti yang sudah di prediksi, aku mengganguk, "Tapi aku belum mandi."

.

.

.

Setelah mandi, dan berganti pakaian, aku kembali menemui dua orang yang tidak pernah sekalipun kudengar kehabisan obrolan tidak penting. Tidak pernah. Mulai dari tetang lokal sampai inter nasional, mulai dari horor samapi humor, mulai dari budaya sampai politik, obrolan mereka sungguh sangat beragam dan tidak bermutu.

"Ngomongin apa?" aku ikut nimbrung.

"Kata Bokuto dia mau ganti gaya rambut." Jawab Kuroo apa adanya.

Aku membulatkan mata, "HAH? Kenapa?"

Bokuto mendelikan bahu, "Kan Na-chan pernah bilang kalau suka aku ramburnya kebawah, inget nggak?"

"I-iya sih, memang." Aku mengagguk mantap, "Tapi kalua Bobo-chan nggak nyaman ya jangan diikuti."

"Nyaman kok." Ia tersenyum cemerlang, "Makanya aku tanya pendapat Kuroo."

"Terus, apa masukan mu, Roo?"

"Aku suruh dia ratakan poninya saja." Kuroo membuat gestur telunjuk di jidat, "Biar kayak oppa-oppa Korea."

"Bagaimana?" Bokuto menanyakan padaku. "Aku nanti mirip artis kesukaanmu si Yamazaki Yamazaki kento itu."

"Bokuto," Kuroo menginterupsi, "Yamazaki Kento itu dari sini, dari Jepang. Bukan anak Korea-Koreaan."

Aku menggangguk-angguk setuju. Namanya saja Yamazaki, ya dari jepanglah! Tulul memang suami gua.

"Woahahahahahah. Aku salah ternyata, abis mirip-miirp semua sih." Ia malah tertawa, sialan memang. "Berarti sebelum makan kita ngerapihin rambutku dulu ya di barber shop. Kuroo nanti bilangin ke tukangnya ya, aku nggak bisa ngomong modelannya soalnya."

"Siap!"

"Eh tapi gini saja sudah ganteng banget loh." Sebisa mungkin kusuarakan pendapatku.

Bokuto mengacak poniku, gemas, lalu mecubit pipiku sekali, "Pantangan itu kalau nyenengin istri setengah-setengah."

Setelah itu, semenjak hari ini, meskipun aku sangat sadar diri kalau Bokuto itu orang yang menyebalkan, rasa sukaku sudah berkembang biak jadi berkali-kali lipat.

Rasanya seperti pernah lihat dia, tapi dimana ya?

***

Note:Wkwkwkw gua tulis apaan ini tolong🤣🤣🤣Buat yang penasaran Bokuot itu kayak siapa, bisa lihat foto diatas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Note:
Wkwkwkw gua tulis apaan ini tolong🤣🤣🤣Buat yang penasaran Bokuot itu kayak siapa, bisa lihat foto diatas. Dia haruto, pemeran ketiga Bokuto di haisute. Aku sayang banget sama dia, sekarang kalau ngehalu dream, ngebayanginnya ya orang ini, wkkwkw. Oh iya terimakasih banyak sudah menyempatkan diri membaca. Hehe.

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Where stories live. Discover now