Kemungkinan-Kemungkinan

402 66 9
                                    

Kalau dunia pararel memang ada, kalau kenyataannya ada banyak percabangan takdir yang ada di semesta, tentunya aku sangat bersyukur menemukan sebuah sudut perpotongan yang mempertemukan aku dengan yang mereka sebut tak nyata; dua dimensi; sekedar kartun atau apalah.

Kalau ini mimpi yang terlalu nyata untuk dibayangkan, aku juga tidak masalah.

Aku ingat betul malam sebelum aku jatuh tertidur lalu bangun dan menyadari tersesat di tempat yang ku kenal; di tempat seseorang yang aku sukai terlampau banyak.

Aku juga senang menemukan takdir yang di tulis di sini begitu manis dan menyenangkan. Lalu menyadari teman-temanku; mereka yang kujadikan tempat menceritakan kehalusinasian ini pun berada di tempat yang sama, kebahagiaan yang sama, dan objek yang saling mengenali satu sama lain.

Dicintai sebegini banyak, diberi kebahagiaan seberlimpah ini, tentu saja ini mimpi, kan?

Perkataan Konoha tadi, ya yang menjelaskan tentang bagaimana Kentang kemarin ada lalu tidak ada cukup menjelaskan keberadaan Dina ataupun masa depanku nantinya.

Semalam aku bisa berbicara dengan Dina, bahkan membuat janji temu. Apa yang kudapati pagi ini adalah bukti bahwa Dina sudah kembali, mungkin pemicunya adalah tertidur. Seperti sebab aku terdampar disinipun adalah karena tertidur.

Tapi bahkan aku belum menemui Riri.

Dia--sering kukatakan--adalah sahabat mayaku yang terhubung lewat platform bernama Twitter. Kami sering bertukar cerita di lini masa kami, tapi setelah kupikir-pikir, setelah aku berada disini, setelah aku kehilangan dia bahkan sebelum sempat menemuinya sekali saja dimimpi--yang kuingat, setidaknya--aku merasa sedikit sedih.

Kalau benar Bokuto bilang kami pernah menghabiskan waktu berenam, tidak ada satu memoripun di kepalaku yang menunjukan kenangan semacam itu. Ku percaya aku memang belum pernah melakukannya.

Aku ingin sedikit lebih mengenal Riri.

Aku tidak tahu warna yang dia suka, aku tidak tahu pekerjaannya, aku tidak tahu makanan yang dia suka, aku tidak tahu apa-apa.

Setelah kembali, aku akan pergi menemuinya.

Tapi sebelum itu, aku harus menyelesaikan urusanku disini. Menyelesaikan ceritaku, menyelesaikan kisah ini.

Ada beberapa hal yang mesti aku jelaskan dan katakan. Aku harus mengucapkan beberapa kalimat perpisahan supaya semua baik-baik saja, yang kutinggalkan dan yang ditinggalkan. Mungkin, inilah yang orang-orang sebut dengan berpisah baik-baik?

Ah, tapi kalau baik-baik saja kenapa harus berpisah?

Aku berusaha tersenyum meski getir dengan kenyataan-kenyataan yang tidak memiliki kemungkinan ini, kenyataan yang hanya mimpi. Senantiasa memantapkan hatiku sendiri. Untuk apa?

Mengakhirinya dengan Bokuto.

Dan langkahku semakin mantap untuk kembali 'pulang' ke rumahnya; rumah Bokuto.

•••

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora