Tunangan Akaashi

752 102 40
                                    

Menarik napas. Mengeluarkannya perlahan. Ulangi. Ini mungkin bisa jadi dugaanku yang paling ngawur.  Tapi kalau tidak dipastikan, mana bisa tahu kan?

Disinilah aku sekarang dengan segala kebodohan dan rasa penasaranku. Sepulang bekerja, aku memencet bel rumah Akaashi Keiji.

Seseorang keluar dari pintu. Dan ia sekarang sedang menuju gerbang tempat aku sedang menunggu siapapun yang membukakannya. Kau tau kan, aku tidak sedang mencari Akaashi?

Seorang perempuan. Disini. Didepanku. Berkali-kali aku menelan ludah  ketika ia memandangku. Tapi, bukankah tugasku sekarang hanya memastikan dugaanku sendiri?

"Dina?"

"Iya?" Dia berusaha tersenyum ramah. Saat itu aku menahan nafas saking gemetarannya.

"Demenhujat?" Sebuah username meluncur begitu saja, pun wajah si perempuan yang sama terkejut. Benar, itu pasti username-nya. Dua orang dengan kebingungan sama.

Waktu berhenti beberapa jeda.

"Lo, siapa?" Dengan suara pelan ia balik bertanya, ku asumsikan jawaban dari pertanyaanku adalah iya.

"Mona."

Dua dari kami mencerna informasi yang baru saja diterima otak. Bertanya-tanya apa yang lebih tidak masuk akal. Kalau boleh, saat-saat seperti ini boleh dimasukkan ke daftar situasi paling membunuh dalam hidup.

"Nopembermu?" Ia juga menyebut username-ku.

Aku konslet sesaat. Untuk kemudian berteriak sekencang yang kubisa.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" ia juga ikut berteriak sama histerisnya.

Saat itu, kupikir, aku tidak 'tersesat' sendiri.


***

Aku terduduk di sebuah sofa panjang dan cokelat panas disajikan didepanku. Tadi aku ditawari kopi, teh, atau cokelat. Tentu saja aku pilih cokelat.

Dan, Dina duduk persis di seberangku.

Aku harus mengatakan sesuatu. Tapi ngomong apa? Oh ayolah, kita kan akrab kalau di timeline twitter. Bisa Mon, bisa!

"Selamet ya, Din udah jadi PNS."

"Eh PNS?" ia nampak mengingat, "Oh iya, semalem pengumuman dan gua lolos ya?"

Dia aja kagak inget! Gimana gua????? Bentar, tadi dia bilang semalem?? Perasaan diriku sudah berhari-hari disini. Tapi bodo deh. Mataku asyik berkeliling melihat ruangan, "Rumah lu sama Akaashi gede ya." Komentarku pada akhirnya.

"Emang rumah lu enggak?" Antara serius bertanya atau memang mengejek. Yang manapun aku tak tau.

"Gua sih kayak apartemen sederhana gitu." Aku membayangkan rumah dan Bokuto.

"Susah sih nikah sama orang pinter cari duit mah." Ia manggut-manggut bangga. Memang semenjak kenal dia aku sangat tau obsesi terbesar Dina adalah Akaashi.

INI MBANYA MAU NYOMBONG APA GIMANA?

"Lu kata Bokuto miskin gitu?"

"Lu ya yang bilang bukan gua."

Oke. Gua yakin ini Dina. Meskipun di dunia nyata belum pernah ketemu, tapi dia ini sangat Dina. Nyebelinnya.

Gadis itu memundurkan badannya untuk bersandar pada sofa, "Kegilaan macem apalagi ini."

"Kayaknya sih lu gila beneran." Aku mengakuinya.

"Bdw kita sih yang gila." Dina buru-buru menyanggah, tidak terima gila sendirian makanya ngajak-ngajak.

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Where stories live. Discover now