Sebut Saja 'Akaashi Keiji'

988 131 63
                                    

"Kalau Akaashi, dia apa kabar?" Kamu bertanya pada dua orang yang sedang asyik menyantap pancake sebagai sarapan. Elit.

Kuroo buru-buru mengunyah makanan di mulut, "Dia dapat tawaran main ke luar negeri. Nggak tau deh bakal dia ambil atau nggak."

"Lho, kalian nggak se-tim?" Aku kaget, bisa-bisanya Bokuto-Akaashi bersebrangan net? Dunia macam apa yang berani memisahkan mereka berdua????

"Enggak." Bokuto menatapku, "Tapi kalau kamu kangen ngobrol sama Akaashi aku bisa ajak kamu ketemu dia."

Wadauu, gua kan istri lu Njir, kenapa kesannya kayak mau jodohin?

"Aku juga kangen dia, sih." Ujar Bokuto setelahnya, tertawa.

.

.

.

Dan disinilah aku sekarang, di pinggiran Chiba, mendapati Akaashi sedang duduk disalah satu bangku taman di musim dingin yang agak hangat ini (?)

"Ah, Mona-san." Ia berdiri dari duduknya. Dan, Yokata! Dari semua orang yang kutemui disini--dimimpi ini--baru Akaashi dan beberapa rekan kerjaku yang memanggilku dengan namaku sendiri, bukan 'Na-chan'. Rasanya seperti di rumah. HHHHH.

Aku melambaikan tangan padanya, "Akaashi!"

Ia menaikan alis ketika aku sampai padanya, "Nggak pakai -chan?" Komentarnya.

"Hah?"

"Biasanya kau memanggilku 'Akaashi-chan'." Jawab pemuda itu dengan muka datar, "Mau kopi?"

"MAU!"

Ia mengulurkan sebuah gelas kertas yang masih mengepul, aku langsung menyesapnya setelah duduk di sebelahnya dengan jarak tiga jengkal.

"Kopi cokelat!"

Ia lagi-lagi menaikan alis, "Kesukaanmu."

"Lho, kau tau? Hebat juga!" Sejujurnya aku benar-benar memuji. Tidak ada embel-embel apapun.

"Kau kan pacar--" ketika sadar pemilihan katanya salah, ia langsung berdehem lantas mengoreksi, "Istri Bokuto-san. Mana mungkin aku nggak tahu."

Aku berkedip beberapa kali, gila sih. Romantis banget deh bromance mereka berdua ini. Siapa sih yang tega misahin mereka berdua yaampun tega bener deh. Pengen nangis.

"Jadi kata Bokuto-san kau ingin ngobrol?" Ia menyesap kopinya juga, kurang tahu sih kopi apa, mungkin esspresso, atau mocachino? Yang jelas sih kopi.

"Eh, Bokuto bilang apa?" Aku meliriknya, teryata berada diluar ruangan saat musim dingin tidak seseram yang aku kira. Nggak dingin-dingin amat.

Ia menaikan bahu, "Katanya kau ingin ngobrol denganku." Ujar Akaashi, "Kau ada masalah?"

Bentar deh, memang aku bilang aku mau bicara sama Akaashi?

"Bokuto-san bilang, sepertinya kau harus keluar, atau ngobrol sama orang. Katanya kau jadi stress belakangan ini."

Aku melongo. Sialan juga Bokuto. Masa aku dikatai stress! Memang sih, aku agak aneh--yaiyalah karena aku terbangun menjadi seseorang yang bukan aku. Aku harus segera membantahnya, "Memang kau lihat aku seperti orang stress? Yang keluar rumah telanjang-telanjang?"

"Nggak." Ia menatapku dengan datar tapi terasa meremehkan, Akaashi banget, "Kau bisa lebih parah dari itu."

Sialan memang!

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Where stories live. Discover now