Berita Besar

500 66 25
                                    

BREAKING NEWS

Seorang atlet nasional kebanggan Jepang berinisial BK tertangkap kamera sedang berada di temapt hiburan malam bersama mega model sekaligus wartawan kenamaan berinisial S pada Sabtu malam sekitar pukul sembilan.

Dari video yang beredar di media sosial terlihat bahwa BK beberapa kali menyerang S dengan ciuman yang bertubi-tubi, dan S juga membalasnya hingga mereka melakukan hal yang tak patut ditiru. Di duga keduannya dalam keadaan mabuk. Video ini sudah dilihat riuan kali oleh masyarakat. Sampai berita ini diturunkan kedua orang yang berada dalam video ini masih belum bisa dihubungi.

Untuk melihat video bisa lihat dibawah ini: hpps.yutup.co.jp/watch=?/mauliatapaanlubangsat/

***

Aku membaca lagi setiap kata yagng tertera dilayar ponsel. Ini sudah ke dua puluh tiga kalinya aku membuka portal berita berbeda yang mengabarkan hal yang sama. Belum termasuk media sosial yang sama ramainya—malah mungkin lebih ramai.

Aku menghela napas.

Handphone-ku berbunyi lagi. Masih dari Akaashi. Ini sudah yang ke lima belas kali dia menelepon dan aku biarkan saja ringtonenya berbunyi, nanti juga dia capek sendiri. Dan aku, aku memang butuh waktu sendiri.

Saat tadi aku menjemputnya di bandara dan kita sama-sama tercengang atas apa yang sedang heboh-hebohnya di internet, aku pamit ke toilet. Setelahnya aku tidak berniat kembali. Aku tidak berniat mengbrol dengan siapapun. Dengan Akaashi, Kuroo, Konoha—apalagi Bokuto.

Tidak.

Aku terdiam lagi dibangku taman yang entah dimana, wajahku tertutupi masker polkadot sehingga manusia lain tidak akan mengenaliku atau menanyaiku macam-macam. Oh tentu saja media sosialku ramai, begitu banyak hal ditag dan aku ditanyai macam-macam. Sejenis, 'apakah kamu tidak merasa sakit?'

Pertanyaan tolol macam apa itu? Tentu saja kan aku merasa sakit.

Perkataan Sakura muncul lagi dikepalaku, mengawang, begitu pula wajah Bokuto yang tiba-tiba memEnuhi semuanya. Memenuhi perasaanku. Oh ayolah, ini hanya mimpi, kenapa aku harus sebegini kecewa?

Hei Mon, ini hanya mimpi buruk yang biasa dialami kan? Bukannya jomblo memang sudah biasa dibeginikan? Bukannya seharusnya ini sama sekali tidak merasa sakit?

"Meratapi nasib sendirian dan tidak ada yang menemani?"

Suara ini selalu seperti virus menyebalkan yang keluar dari otakku, kali ini bukan pekerjaan imajinasi, ini betul-betul suara nyata dari seorang yang sangat tidak ingin kutemui sekarang. Kenapa juga sih mesti banget sekarang?

"Hari ini kayaknya Sakura-san tidak ada kerjaan banget ya? Mengikutiku dari pagi? Bisa minta tolong berhenti?" Aku mengucapkan sesuatu tanpa menoleh kearah perempuan jalang yang cantik itu, aku yakin kini ia berdiri tepat di belakangku. Sebelum ada apa-apa, aku siap membunuhnya kalau dia bertindak macam-macam. Tapi tentu saja aku nggak sejahat itu sampai harus menghabisi nyawa orang lain.

Ia berpindah berdiri dihadapanku, "Entahlah. Aku hanya ingin melihat raut kekalahanmu?" ia tersenyum manis sekali, yang sebenarnya kalau ada air keras, ingin ku siram saja kewajahnya, "Kapan kau menangis, aku menunggunya, loh."

"Kenapa kau sangat yakin kalau kau menang? Dan kompetisi apa yang aku mainkan? Aku nggak sadar itu." Akuh berdiri dan maju ke arahnya. Sayang aku pakai masker, jadi ngomongnya nggak bisa muncrat-muncrat.

"Kenapa aku harus kalah?"

"Aku tidak bilang kau kalah."

"Berarti kau mengakui kalau Koutaro adalah punyaku?"

"Sebentar," Sekarang aku yang tersenyum miring pada perempuan ular ini, "Jadi yang ini kau ambil sebagai piala atas sesuatu yang kau sebut 'kemenangan' itu adalah Bokuto Koutaro?" Aku melihat ia kebingungan, mungkin ia berpikiran ia sudah berkompetisi penuh, tapi apa yang kulakukan? Tentu saja mempermalukan mba menyebalkan ini, "Kau bisa mengambilnya kapan pun. Aku tidak peduli."

Sakura menatapku.

"Meski kau ambil, secara sah, Bokuto Koutaro masihlah suamiku." Aku tersenyum cerah, "Kau tidak akan menyakitiku hanya dengan sebuah pukulan kecil macam ini." Aku undur diri, "Semoga harimu menyenangkan, Sakura-chan."

Aku pergi, tanpa pernah menoleh lagi.

***

To : Akaashi Keiji

Aku di tempat kopi yang sering kau beli. Maaf telponmu nggak kuangkat.

***

Jalanan terasa lengang, ada beberapa hal dihatiku yang seperti sesuatu yang kosong dan tak terisi. Di suatu waktu aku ingin marah, memaki, menghancurkan barang, tetapi disaat yang sama, aku juga tidak bisa menyalahkan siapapun. Bahkan aku tidak bisa menyalahkan diriku. Situasi rumit memaksaku terus berpikir.

Saat kulihat lagi Akaashi diujung mataku, yang tergesa-gesa menghampiriku. Disana pertahananku untuk tetap utuh akhirnya hancur.

"Mon—"

Tepat saat ia berada didepanku, ku peluk ia, dan tangisku pecah disana. "Pa-padahal tadi kami melakukan hal menyenangkan banyak banget, Shi. Padahal yang tadi itu—hiks—menyenangkan banget,"

Aku hanya butuh bersandar. Sebentar.

"Nggak apa-apa, Na." Akaashi membalas pelukanku, "Nggak apa-apa."

"Kenapa sih jadinya itu kayak gini, akhirnya itu kayak gini itu kenapa."

"Nggak usah buka-buka internet, omongan orang, atau apapun." Akaashi menenangkannku, tentu saja ia berusaha keras untuk itu. Aku tahu, "Maaf ya karena menyuruhmu membuka berita yang paling nggak ingin kamu tahu."

"Tapi sekarang berita itu jadi trending topik di negara ini. Cepat lambat aku pasti tahu, baka."

"Yaudah, pokoknya jangan dipikirkan."

Aku melepaskan pelukan Akaashi, "Sakura menemuiku tadi."

"Lalu."

"Aku rasa... aku kalah."

Tepat saat itu, ponselku berbunyi. Dari Bokuto Koutaro.

***

Note :

Wah aku mengerjakan ini di kerjaan. Wkwkw. Ya benar, di hari inggu yang cerah ini aku harus masuk kerja. Mumpung ada kesempatan aku ngetik dream saja wkwkw. Oh iya, di chapter kemarin makasih banyak ya banyak yang komen, aku jadi malu wkwk. Dan maaf juga karena bagian ini kurang greget, aku ngerjainnya sambil dikerjaan soalnya. Sekali lagi makasih banyak ya sudah mau meluangkan waktunya baca ini :)

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Where stories live. Discover now