Lebih dari Cukup

499 93 17
                                    

Aku mengerjap-ngerjap, alarm membangunkanku dari sisa-sisa tidur yang baru saja melahap semua kesadarku tadi malam.

Mimpinya terasa nyata ya?

Aku tertawa sendiri. Aku dibangunkan oleh alarmーbukan oleh seseorang, yang artinya aku tidur sendirian. Mungkin ini sudah ketiga kalinya aku menghela napas saat kesadaranku kembali, bahkan aku tidak punya keberanian buat sekedar menoleh kesamping, ke tumpukan tugasku, ke lemariーkemanapun. Atensiku hanya langit-langit ruangan.

Aku masih belum berani menghadapi kenyataan yang selalu pahit.

Mungkin seharusnya pilihan lain yang sangat kusuka adalah membuka tab mention Twitter, lalu membuat thread dan menceritakan semua yang aku 'alami' di alam mimpi. Kira-kira bakal berapa banyak yang retweet dan like ya?

Seharusnya aku senang, kan?

Aku menghela napas untuk kelima kalinya, aku harus menyelesaikan tugas, mandi, dan berangkat ke kampus. Tambahi, bantu ibu memasak.

Aku berguling dan hendak berdiri.

Eh?

Kok?

KENAPA MASIH ADA MEJA GAMBARNYA BOKUTO?

Aku buru-buru memandang sekelilingku!

Lah iya, bantalnya dua, gulingnya dua, lalu figura foto Bokuto dan aku, lalu mangkuk ramen instan sisa semalam waktu habis nonton Blackpink....

LHA INI MAH GUA BELUM BANGUN BENERAN!

Lantas aku menemukan kertas dengan tulisan di taruh di nakas, tulisan Bokuto dengan huruf yang besar-besar.

"

NA-CHAN AKU BERANGKAT LATIHAN PAGI DAN NGGAK PAMIT, SOALNYA TIDUR NA-CHAN NYENYAK SIH. AKU NGGAK TEGA BANGUNINNYA. HEHE. KALAU MAU SARAPAN BUAT TELUR DADAR AJA YA. NGGAK BOLEH NGGAK SARAPAN! NANTI AKU MARAH!

AKU SAYANG NA-CHAN :*

"


Hanya karena tulisan berantakan itu, aku tersenyum. Belum bangun ternyata aku.

"Aku juga sayang Bobo-chan."

Bisikku, sendiri. Sebelum memasuki kamar mandi dan siap-siap beraktivitas.

•••

13.25 / 01.25 PM

Aku menemui beberapa klien di luar, di sebuah cafe yang tak begitu jauh dari kantor. Mungkin karena tidak mendapatkan semangat dari Bokuto pagi ini, aku nggak se-duarrr biasanya. Entah kenapa. Bawaannya lemas gitu. Perlu di sun jauh kayaknya, mungkin habis ini harus telpon Bokuto supaya semangatku bisa diisi ulang. Re-charger.

"--JADI KENAPA ENTRY DATANYA BISA SEBERANTAKAN INI?"

Eh, ke-kenapa bapaknya marah-marah deh? Tadi kita lagi ngomongin apa?

"Bokuto-san, min-minta maaflah." Seru manejerku padaku sambil berbisik.

Lho? Kenapa? Aku buat kesalahan kah? Program yang dimau klien nggak sama seperti yang kukerjakan, kah?

"LAYOUT DAN DATA BASENYA SEMUA BERANTAKAN, ANDA BISA KERJA TIDAK?"

Wow, aku di bentak.

Sudah biasa sih. Harusnya aku nggak mewek. Harusnya. Tapi tetap saja, dimarahi sama orang yang tidak kita kenal, itu menyakitkan. Bekerja memang selalu menyakitkan.

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang