Seperti Kencam

414 73 31
                                    

Oke, aku tau ini jam setengah tiga pagi.

Ya, aku tau kok.

Terus kenapa aku malah menyalakan laptop punya Bokuto dan justru sibuk mengetik sesuatu disaat hampir semua makhluk hidup sedang terlelap? Jawabannya karena aku ingin.

Ya, itu doang jawabannya.

Lagipula aku nggak begadang, aku sudah tidur awal--sekitar jam sepuluh mungkin--dan bangun setengah jam yang lalu untuk mengetikkan sesuatu dikepalaku yang harus buru-buru aku keluarkan atau jadi berat di kepala.

"Na-chan tidurlah." Bokuto ikut bangun, ia mengucek matanya, "Sekarang masih malam."

"Eh?! Aku membangunkan Bo-chan ya?" Karena aku agak panik, aku mendekat kearahnya yang masih tiduran dengan mata setengah terbuka setengah tertutup.

"Ngetik apa sih? Tiga harian ini selalu bangun tengah malam dan nyalain laptop. Kerjaan?"

"Waduh, aku ngebangunin Bo-chan ya selama ini? maaf ya." Sebelumnya kukira dia terlelap, tapi sadar juga toh.

"Selesai itu langsung tidur lagi, ya. Nanti siang kita ada acara, ingat?"

Aku mengangguk khidmat, dia juga tersenyum sebelum berbalik dan melanjutkan tidurnya.

Fokusku kembali pada layar laptop, sehabis menghela napas dan tersenyum aku melanjutkan aktivitas kecil ini. Kebiasaan lama bangun malam untuk mengerjakan tugas kuliah yang disambi twitteran. Lalu besok paginya, HARUS selesai. Ya, aku memang tipe orang yang suka mengerjakan sesuatu di detik-detik terakhir.

Jangan di contoh.

Dan ini, setidaknya juga harus selesai. Meski mungkin aku harus menyicil setiap tengah malam dan mengerjakannya sampai dini hari.

Ini wajib selesai juga, kau tahu?

•••


"Apa-apaan Na-chan ini? Kenapa kayak abg banget?"

Aku menggunakan rok kotak-kotak biru selututku, yang kupadukan bersama atasan kaos snoppy-ku warna putih. Dan sepasang sneaker converse kuning kesukaanku, dengan kaoskaki polkadot biru muda senada rokku. Rambut ikalku kuikat ke samping, seperti khas Shimizu Kiyoko. Tadinya sih mau kepang kelabang, cuma aku tidak bisa. Jadi dibeginikan saja. Kacamata bulatku masih yang biasa. Penampilanku sesederhana itu.

Mona sekali.

"Lho memang aku biasanya gimana, Bo?" aku memperhatikan lagi penampilanku yang dikomentari Bokuto, "Aku pakai yang ada di lemari, lho. Outfit-ku kan memang begini."

Aku janjian bertemu didepan gedung pertandingan, bukan berangkat dari rumah bersama Bokuto. Suamiku ada keperluan latihan dan aku malas menunggu, sehingga kami sepakat untuk langsung bertemu ditempat. Aku ini memang mandiri, nggak ada yang mau ngasih piala nih?

"Aneh aja ngeliat Na-chan begini diluar rumah. Aku jadi kayak cabul begitu pacaran sama anak SMA. Hihi." Ia malah tertawa malu-malu. Sialan.

Karena volume orang yang datang semakin banyak, aku menarik tangannya dan menuju pintu masuk, Bokuto bilang dia sudah membeli tiket jauh-jauh hari, jadi nggak usah antri di loket ataupun sibuk ke situs online. "Bobo-chan ngapain sih belakangan pakai masker terus?"

"Kalau aku bilang, Na-chan pasti bilang aku belagu."

"Lha? Memangnya kenapa?" kalau dibegitukan aku jadi makin penasaran, kan, "Kenapa kenapa kenapa?"

"Beneran mau tahu?"

"Ih apaan sih? "

Bokuto mengela napas, beberapa surai silver-nya menutupi alis, hampir mencapai mata, aku ngeri nyolok-nyolok begitu, "Belakangan ini aku punya beberapa orang yang menyebut mereka fansku."

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Where stories live. Discover now