Dia si 'Tetsurou Kuroo'

1K 139 11
                                    

"Jangan berisik, nanti dia bangun!"

"Kenapa memangnya kalau bangun!"

"Sialan kau! dia insomnia semalam, baru tidur tadi."

Aku mengerjap-ngerjap, suara obrolan dengan beberapa tawa menyambut pagi yang lumayan mendung, kalau tidak salah semalam memang turun salju. Tapi siapa orang yang Bokuto ajak bicara?

Keluar kamar tanpa merapihkan rambut, celana jeans pendek, dan sisa-sisa muka ngantuk, aku menemui Bokuto dan... Siapa pula pria dengan senyum miring dan rambut acak-acakan itu?

"Hai, istri Bokuto." Ia menyapaku, terasa seperti sesosok kawan lama yang akrab. Aku langsung nyaman.

"Hai, Kuroo. Rasanya lama tak melihatmu." Tentu saja aku langsung tau siapa dia, aku ini kalau di real-life adalah bucin (budak cinta) garis kerasnya mereka semua.

"Buahaha~" makhluk sialan bernama Kuroo Tetsurou itu langsung tertawa menggelar, "Kemana surfiks -chan yang biasanya selalu kau panggilkan ke aku?"

Aku menengglengkan kepala, lalu menatap Bokuto yang sedang memperhatikanku.

Kuroo melirik Bokuto, "Ya, kau tau. Kau selalu memanggil orang dengan -chan disetiap akhiran nama mereka." Jelasnya.

"Na-chan belakangan ini sering seperti orang bingung kalau bangun tidur, kayak yang kubilang tadi." Suamiku menggambil alih menjawab.

Eh, benar juga sih. Mungkin bagi mereka 'aku' sudah seperti orang lain sekarang. Lha orang kemarin juga begitu. Kirain hari ini bakal 'bangun' beneran.

"Ah, benarkah? Seberat itu pekerjaanmu yang sekarang, Na?" Kuroo langsung terduduk dibawah sofa, meleseh dan bersandar pada ujung sofa, diikuti Bokuto. The-real-best-friends tuh yang seperti ini.

Jadi mereka pikir 'aku' jadi aneh karena masalah pekerjaan? Memang aku sering mengeluh soal pekerjaan ya? Kayak aku di real life saja. Huhu.

"Nggak, aku nggak apa-apa." Aku ikut duduk meleseh di hadapan mereka, terhalang meja, "Bokuto ngadu apa memang?"

"Aku nggak bilang apa-apa!" Yang kutuduh langsung sigap membantah segala tuduhan.

"Katanya kau kecapekan, jadi aneh. Terus dia khawatir." Kuroo menyesap jus jeruk yang ada didepannya. Sepertinya tadi Bokuto sudah menyiapkan jamuan untuk tamu. Suami idaman memang.

"ENGGAK--" Dapat terlihat Bokuto sempat tegang karena kalimat yang enteng sekali Kuroo katakan, oh ayolah kenapa harus setakut itu sih?

"Oh benarkah?" aku tersenyum, berusaha secemerlang Bokuto tapi sepertinya tak bisa, "Terima kasih ya, Bobo mau mengkhawatirkanku."

Yang tadinya sedang tak enakan padaku akhirnya tersenyum senang, "Sama-sama, sayang!" ia memamerkan sederetan giginya yang rapi. Uwuwuwu, lucunya partner nikahku.

Kuroo menatap kami dengan tatapan seperti ingin muntah, tapi pasti dia tahan. Lagipula sebagai salah satu temannya Bokuto yang paling dekat, ia pasti sudah hafal sifat-sifat kami. Aku pernah melihat foto kami bertiga disalah satu frame di tembok, senyum kami cemerlang. Aku tahu saat itu kami bahagia.

"Udahan dong, pamer kemesraannya. Aku kan belum nikah!" protes mas meong pada kami. Lha, lagian aku sama Bokuto apa coba.

"Makanya nikah, jangan cuma PHP-in cewek aja!"

"Aku nggak PHP-in cewek loh, by the way."

Sebelum cekcok makin parah, aku harus ada inisiatif menghentikan, entah dengan cara apa, 'Kalian tadi ngomongin apa?"

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang