Bab 13 - Pembicaraan Serius

3.8K 580 69
                                    

Jangan bosen dengan Shirei minta 88 vote [Total jadi 407 vote], 

Soalnya kemarin turun 20 vote dari bab sebelumnya. Hix.

UPDATE LAGI Sabtu. Kalau enggak, ya Senin!

Terima kasih buat yang selalu vote or komen or membaca. LOVE YOU ALL!!

Apa aku tidak salah dengar? Aku malah diminta menjadi ibu rumah tangga?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apa aku tidak salah dengar? Aku malah diminta menjadi ibu rumah tangga?

Tak banyak calon mertua yang mau menerima menantunya hanya tidak bekerja. Apalagi mereka dari keluarga terpandang. Banyak yang beranggapan kalau ibu rumah tangga adalah pengangguran yang tidak prestisius sama sekali. Acap kali diremehkan berbagai kalangan. Sedikitnya aku heran.

"Semua wanita di keluarga Bimantara justru sangat disarankan menjadi ibu rumah tangga. Bisnis kami sangat berat. Para suami sibuk hampir 7x24 jam." Mami meletakkan tangan dengan posisi telungkup di lutut.

Aku mendengarkan dengan saksama ketika akhir Mami Lena akhirnya kembali menjelaskan.

"Karena itu, Mami meminta agar para istri fokus untuk merawat anak-anak mereka. Bagaimanapun juga, itu adalah cara terbaik agar keturunan keluarga Bimantara tetap terjaga kualitasnya. Toh, uang bukan masalah bagi kami. Kasih sayang langsung dari orang tua tidak akan terganti."

Mulutku ternganga mendengar semua alasan yang sangat masuk akal itu.

"Harta hilang, bisa dicari. Namun, anak yang menjadi bengal, pembangkang, dan nakal, akan sulit untuk dibawa kembali. Karena itulah, seorang Ibu adalah kunci kesuksesan sebuah keluarga. Karena itu, kebahagiaan Ibu adalah prioritas di keluarga Bimantara."

Ah ... sekarang aku mengerti kenapa Mas Bram bisa begitu akrab dengan Mami Lena. Wanita paruh baya itu mencurahkan semua cinta dan perhatiannya pada Mas Bram. Semoga kelak aku pun bisa mendidik anak-anakku sebaik Mami Lena.

"Sayang sekali kakakmu sedang pergi wisata bersama istrinya. Kalau tidak, bisa Mami kenalkan sekalian dengan Raya."

"Kapan sih, Kak Reza nggak jalan-jalan, Mi?"

Mami Lena hanya terlihat menarik napas panjang yang disamarkan senyum getir.

Aku baru tersadar, kenapa papinya Mas Bram menyerahkan perusahaan pada Mas Bram padahal dia anak kedua dari dua bersaudara. Astagfirullah, jangan-jangan keluarga Bimantara memang tak seindah yang terlihat dari luar.

Aku berusaha tak memikirkannya. Saat ini masih belum menjadi urusanku. Dan semoga tidak perlu menjadi urusanku sama sekali.

Kami pun berbincang panjang tentang banyak hal. Tak terasa dua jam sudah, Mas Bram meminta pamit. Dia tak ingin aku terlalu lelah.

"Tetap sehat, ya. Nanti, kalau jadi sekretaris, cuekin saja kalau Bram berusa merayu di saat jam kerja. Korupsi waktu namanya." Mami mengerling ceria.

Aku terkekeh. Aku benar-benar bersyukur Mami Lena adalah calon mertua yang sangat pengertian. Semoga dengan begini, semuanya akan berbahagia hingga ke surga.

Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang JandaWhere stories live. Discover now