Bab 18 - Bahaya Mengintai

3.5K 580 104
                                    

Mohon votenya ke 88 vote [Total jadi 440 vote],

UPDATE LAGI Kamis. Kalau enggak, ya Jumat!

Scheduled Post ini asik. Ahahah

Apa Fiona itu penting untuk diceritakan? Dia 'kan bukan siapa-siapa Mas Bram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apa Fiona itu penting untuk diceritakan? Dia 'kan bukan siapa-siapa Mas Bram. Namun, dia sahabat Mas Adnan. Bagaimanapun juga, dia pernah menjadi temanku meski kami tidak begitu akrab.

Aku mengucap basmalah pelan sebelum akhirnya angkat bicara. "Mas, kemarin aku ketemu Fiona, teman yang dulu ngenalin aku dengan Mas Adnan."

Mobil yang kutumpangi mendadak sedikit tersentak sebelum kembali meluncur mulus. Mas Bram ternyata tak bisa menutupi keterkejutannya.

"Apa Adnan juga ada?"

Aku menggeleng. "Kalau dia ada, aku pasti sudah langsung menghubungi Mas kemarin. Aku tidak akan merahasiakan apa pun jika mengenai hubunganku dengan Mas Adnan."

"Alhamdulillah," desahnya penuh syukur. "Aku khawatir dia bakal ngapa-ngapain kamu kalau sampai ketemu. Mungkin ini hanya pemikiran burukku saja. Namun, kurasa berhati-hati mutlak diperlukan untuk kasusmu."

Aku menyetujui pendapatnya. Masalahnya, aku pun belum mengetahui jenis kelamin anakku. Jika perempuan, maka semua akan baik-baik saja. Setidaknya sampai dia dewasa dan minta dinikahkan. Pun seandainya Mas Adnan tidak mau menerima anakku dan membencinya sejak awal, maka aku bisa mengajukan wali hakim. Bukan masalah besar. Tapi, kalau laki-laki?

Aku bergidik membayangkan Mas Adnan yang posesif itu akan bertindak gila di luar nalar. Aku bahkan bisa merasakan tumpukan skenario buruk yang pria itu siapkan untuk merebut putraku!

"Aku kemarin nggak bilang kalau aku dan Mas Adnan bercerai."

Mas Bram menoleh ke arahku sejenak tanpa kata. Seolah menungguku menjelaskan.

"Biar semua terasa wajar kalau aku hamil. Toh, kami sudah lama nggak ketemu. Dia mungkin tidak akan menghubungi Mas Adnan untuk mengadu. Apalagi dia baru menjadi mengangkat seorang anak karena belum dikaruniai anak kandung setelah sekian lama menikah," terangku.

"Salah, Raya!" tukas Mas Bram. "Justru karena kamu tidak berterus terang, dia mungkin heran kenapa kamu ke toko bayi seorang diri di hari libur." Mas Bram terlihat mengeratkan rahangnya. "Kalau aku di posisi Fiona, sebagai orang yang pernah memperkenalkan kalian berdua, aku akan menegur Adnan karena telah membiarkan istrinya belanja sendirian di waktu hamil."

Aku terdiam menatap ke arah jalan. "Kayaknya nggak mungkin Fio sampai seikut campur itu." Aku berusaha menepis kemungkinan buruk itu. Jemariku saling bertaut gugup. Terpaan angin pendingin mobil makin membuatku menggigil cemas.

"Jangan remehkan sakitnya wanita yang tidak bisa mengandung lama, Raya. Mami baru bisa hamil setelah tujuh tahun berjuang. Beliau selalu sensitif jika ada istri yang disia-siakan suami, khususnya di saat mengandung."

Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang JandaWhere stories live. Discover now