Bab 34 - Sangking Hectic, Lupa Kasih Judul

2.4K 246 53
                                    

DAPAT 123 Vote, UPDATE LAGI Kamis.

Kalau enggak, ya sampai jumpa Senin!

Jumat mau libur dulu [kecuali dpt 123 vote lagi] mau ngurus ujian anak-anak.

Ditunggu vote dan komennya, yaaaaa!!

Maaf fokus lagi ilang, banyak error. Tolong kabarin kalau ada typo, salah, dll. Akan Shirei benerin.

Dengan amarah menggelegak, Adnan mengayunkan lengan kanannya sekuat tenaga ke arah Bram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan amarah menggelegak, Adnan mengayunkan lengan kanannya sekuat tenaga ke arah Bram. Suara pukulan terdengar jelas ketika kepalan tinju Adnan masuk ke pipi Bram telak hingga membuat pria itu terhuyung ke belakang. Suara kamera memotret dan blitz yang menyala langsung memenuhi ruangan.

Para wartawan seolah menemukan target baru untuk dibidik dan direkam setiap detiknya. Seperti hewan buas yang sedang mengintai mangsanya.

Adnan menyeringai dan langsung bergerak hendak melakukan pukulan kedua dengan tangan kiri, Bram menegakkan tubuhnya, lalu melakukan geseran badan tak mencolok, tapi mampu membuat tinju Adnan hanya menyapa angin.

Mengetahui serangannya meleset, Adnan berang, dia menarik salah satu vas yang ada di tepi kursi pengantin dan bersiap untuk dilemparkan ke arah Bram. Banyak kamera terus menyala dan berkedip merekam serta memotret semua kejadian.

Pot itu memelesat lurus ke arah Bram tanpa ampun. Akan tetapi, Bram bahkan tak berkedip ketika mengangkat lengan kanannya dan dengan punggung tangan dia menepis vas itu dan membuatnya terlempar ke kanan hingga menabrak dinding dan pecah berkeping-keping.

Suara vas yang hancur membuat Adnan semakin meradang. Pria itu melompat dan hendak menerkam Bram dan mungkin ingin menghancurkan wajah penuh percaya dirinya itu. Adnan berhasil mencengkeram kerah Bram dan ketika dia baru ingin berusaha menendang, tiba-tiba Adnan merasakan nyeri luar biasa pada perutnya.

Lutut Bram sudah bersarang di sana. Memberikan rasa berdenyut dan mual luar biasa di tubuh Adnan. Pria itu jatuh tersungkur bersamaan dengan dua bodyguard bertubuh gempal naik ke atas panggung.

"Ba-bajingan kamu!" Adnan berteriak murka ketika dua orang itu menyeret Adnan berdiri.

Bram berdeham lalu merapikan kemejanya yang sempat kusut akibat cengkeraman Adnan.

"Tahan dulu!" Bram memerintahkan kedua bodyguard-nya berhenti menyeret pria itu untuk turun panggung.

"Dasar manusia laknat!" Adnan masih meraung.

"Kalau sikap Anda seperti ini, bagaimana saya bisa mengizinkan Anda menemui Daffa? Saya sudah mengizinkan Raya mengundang Anda. Buktinya Anda bisa datang ke sini, 'kan?" Senyum manis penuh arti terpasang di wajahnya. "Namun, ternyata keputusan saya meminta Raya untuk mengundang Anda salah. Istri dan mertua saya ternyata benar. Anda tidak layak untuk bertemu dengan Daffa lagi."

Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang JandaWhere stories live. Discover now