Bab 48 - Pengakuan Sang Penjahat

2K 230 89
                                    

DAPAT 123 Vote dalam 24 jam, UPDATE LAGI Selasa.

Kalau enggak, ya sampai jumpa Rabu!

Di dalam mobil yang meluncur perlahan di tengah kemacetan, suasana makin memanas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di dalam mobil yang meluncur perlahan di tengah kemacetan, suasana makin memanas. Laura terlihat begitu kesal. Jemari lentik perempuan itu mengetuk-ngetuk sandaran pintu dengan gusar.

"Pokoknya, aku harus memikirkan cara supaya Raya dan Daffa minggat aja dari keluarga Bimantara!"

Baik Reza maupun Pak Eko tampak terkejut dengan kalimat yang baru saja dikeluarkan Laura.

"Laura ... a-apa kamu yang menjadi dalang penculikan Daffa?" Reza bertanya gugup.

Tawa panjang dan meremehkan Laura pun menjadi jawaban.

"Ka-kamu...." Reza berharap apa yang kini bercokol di benaknya tidaklah nyata. Bagaimana mungkin wanita yang begitu dicintainya seumur hidup ini bisa bertindak senekat itu?

Apa yang akan terjadi kalau Bram sampai tahu. Reza sadar kalau Bram tak menyukai Laura. Namun, selama ini, adiknya cukup menahan diri. Reza sangat berterima kasih. Namun, kini Laura mulai mengusik wanita yang dicintai adiknya. Reza tak bisa membayangkan reaksi Bram nanti.

Adiknya mungkin terlihat tenang saat mengambil keputusan di perusahaan. Namun, untuk urusan cinta, pria itu sangat jujur, tulus, juga posesif. Sifat yang sama seperti miliknya. Dia dulu tak segan untuk bertengkar dengan Bram, demi Laura. Bram pun akan melakukan apa pun demi Raya. Darah mereka memang sangat kental!

"Kamu bodoh, ya?" Laura mengetuk-ngetukkan ujung telunjuk kanannya ke dahi Reza dengan kesal.

Reza hanya menepis tangan istrinya lembut. Pria itu tak pernah bisa marah besar seberapa pun tidak sopan sikap istrinya itu.

Laura mencebik dengan sinis. "Aku tidak akan seamatir itu hingga Daffa bisa ditemukan kurang dari dua puluh empat jam!"

"Jangan macam-macam, Laura!" Reza menggeram.

"Ya, habis, nyulik, kok nggak niat! Udah sukses, ya, harusnya dibuang jauh-jauh aja. Ngapain ditaruh deket lokasi orang tuanya sampai bisa ditemukan dengan cepat. Benar-benar amatiran!" Laura memilin ujung rambutnya dengan gaya angkuh yang begitu menyebalkan.

"Jaga bicaramu! Ada Pak Eko. Kamu pengin diaduin?"

Laura tiba-tiba memajukan tubuhnya ke dekat telinga Pak Eko. "Dia tidak akan bisa melapor karena tidak ada bukti apa-apa. Aku bahkan belum melakukan apa pun atau merencanakan apa pun. Semua omongannya hanya akan menjadikan fitnah dan aku bisa menuntutnya balik dengan pencemaran nama baik hingga semua hartanya hilang. Apa dia sanggup?"

Pak Eko bergidik mendengar suara dingin penuh ancaman yang dilontarkan Laura di dekat telinganya. Wanita ini benar-benar iblis! Pria itu tak pernah membayangkan bagaimana Reza bisa tergila-gila pada wanita yang sama sekali tidak layak menyandang nama keluarga Bimantara itu.

Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang JandaWhere stories live. Discover now