[21+] Bab 52 - Awal Season 2

3.2K 179 72
                                    

Bab 51 adegan UwU Bram sama Raya di KaryaKarsa.

Rate cerita ini 21+ untuk standart Indonesia, tapi nggak sampai mature standart Wattpad. Bingung, kan?

Jadi, Shirei udah warning, ya......

Karena Epilog kemarin 169 Vote, Shirei minta 150 vote aja untuk Up Sabtu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena Epilog kemarin 169 Vote, Shirei minta 150 vote aja untuk Up Sabtu. Kalau enggak, update Senin.

Matahari masih belum terbit ketika dua insan yang bertabur rasa cinta masih saling berdekatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari masih belum terbit ketika dua insan yang bertabur rasa cinta masih saling berdekatan. Kepala Raya disandarkan di bahu bidang Bram yang terbuka. Tanpa terasa, sudah tiga tahun mereka menikah. Hari-hari Raya dipenuhi bahagia. Bram pun begitu perhatian dengan Daffa seperti anaknya sendiri.

Tidak hanya menghujani dengan materi, tapi juga kasih sayang seorang Ayah sejati. Bram selalu menyempatkan diri mengecup kening Daffa meski bocah itu sudah terlelap ketika dia pulang kantor. Juga selalu berusaha mengajak Daffa dan Raya berjalan-jalan bersama bertiga saja untuk meningkatkan bonding meski hanya ke taman dekat rumah.

Bram pun selalu hadir di kala Daffa sakit dan tak jarang ganti merawat Daffa jika Raya sakit atau terlihat kelelahan. Bram memang memberikan pengasuh untuk Daffa, tapi tidak menginap. Hanya membantu menjaga Daffa jika Raya harus membereskan bisnis online yang sedang dirintisnya dari rumah.

Terlebih sekarang Bram senang menyebut dirinya sebagai Mas di depan Raya. Terasa lebih manis katanya dan Raya pun menyukainya.

Akan tetapi, semua kebahagiaan ini memang sedikit terusik dengan tingkah laku Laura yang masih menyebalkan dari waktu ke waktu. Meski mereka tidak banyak bertemu, tetap saja ocehan Laura yang selalu bertanya setiap ada kesempatan tentang, 'kapan punya anak?' Menusuk Raya diam-diam. Padahal, harusnya Laura berkaca mengapa dirinya tidak juga memiliki anak. Sungguh tidak punya empati!

Racun pertanyaan yang kerap dilontarkan Laura lambat laun menggerogoti akal sehat Raya. Membuatnya memikirkan hal yang tak seharusnya dipikirkan. Laura bahkan terus-menerus membisikan kemungkinan kalau mungkin saja Bram tak ingin memiliki anak darinya.

Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang